webnovel

Tato Namamu di Tubuh Pria Lain

Hee Young menatap lekat-lekat lelaki di hadapannya. Masih sama seperti terakhir bertemu. Rambut cepak, telinga bertindik, sorot malas-malasan.

Ah, ada yang beda. Perempuan itu mengaduk sundubujjiggae pesanannya. Ada tindik baru di puncak telinga kanannya. Hee Young mendesah panjang.

"Aku punya tato baru."

Hee Young berdecak, tak kaget dengan informasi itu. "Di mana?"

"Punggung bawah." Yong Jin membelakangi perempuan itu dan sedikit mengangkat sweater. "Ini tato namamu."

Hee Young tertegun. Nafsu makannya menghilang. "Kenapa kau melakukan itu?"

"Kenapa kau menikah dadakan?" Yong Jin balik bertanya. Tangannya menyendok sesuap penuh daging sapi. "Aku meninggalkanmu sebentar ke Busan dan kau langsung menikah?"

"Yaa, aku tak langsung menikah!" protes Hee Young.

"Aku tak pernah melihatmu dekat dengan Kim Shou sebelumnya." Lelaki itu seolah tak peduli pada ocehan Hee Young. "Kukira kau fobia lelaki."

"Memang dan masih," ketus perempuan itu. Tangannya meremas masker muka hingga membentuk gumpalan kecil.

Kali ini Hee Young mendapat perhatian penuh dari Yong Jin. "Lalu kenapa kau menikah dengan lelaki asing itu?"

"Karena dia melamarku, oke?" sungut Hee Yong. "Dan Shou bukan orang asing. Dia—dia sudah mengenalku cukup lama."

Lelaki bertampang urakan itu mengernyit. Hee Young membuang pandangan. Inilah susahnya berbohong pada orang yang praktis mengenalmu nyaris seumur hidup. Keluh Hee Young.

Buru-buru dia mengalihkan topik pembicaraan. "Aku sudah mengirimkan undangan padamu. Kau satu-satunya orang yang kuanggap kerabat, tapi tak datang."

Yong Jin menggaruk tengkuk. Suaranya terdengar malu. "Kurasa ibuku lupa memberitahu soal undangan itu."

Gerakan garpu dan pisau Hee Young terhenti. Kecanggungan tak nyaman terasa pekat. Perempuan itu tersenyum kecut. Dia menjilat bibir. "Yah, pokoknya sekarang aku sudah menikah dan kau harus memberi selamat padaku."

Sikap kaku mulai mencair. Yong Jin mengetuk-ngetuk meja dengan ujung kuku. "Kau benar-benar menikah atas kehendak sendiri, kan?"

"Tentu saja. Apa aku orang yang gampang dipaksa?"

"Sejujurnya iya," Yong Jin meringis. Menyusurkan jemari di helaian tebal rambut bercat pirang, lelaki itu berkata serius. "Aku tak pernah mendengar soal hubungan kalian sebelumnya. Tahu-tahu, duar, meledak seperti kembang api." Yong Jin memeragakan ledakan bola besar dengan dua tangannya. Mau tak mau memancing tawa di hati Hee Young.

Sejurus kemudian dia kembali terdiam. Dalam hati Hee Young berkata. Itulah tak enaknya punya sahabat yang sangat teliti. Yong Jin tak pernah melupakan detail. Meski pihak Shou sudah merancang rencana sesempurna apapun tentang kencan seorang Shou dan penata gaya pribadinya, tetap saja tak mudah membohongi lelaki itu.

Pertemanan mereka sudah melampaui banyak fase sulit. Lelaki bertindik itu tahu persis fobia yang dialami Hee Young, dan bertanya-tanya apa kehebatan Kim Shou hingga mampu menyembuhkan ketakutan perempuan itu pada laki-laki.

"Dia tak tahu skandal videomu, kan?"

Hee Young membeku. Menggigit-gigit bibir, perempuan itu tak mau kerepotan menatap Yong Jin.

"Dia tahu." Hanya itu jawaban pendek yang keluar dari mulut Hee Young.

Bola mata Yong Jin membesar. Refleks mencondongkan tubuh ke depan, suaranya tak percaya. "Dia tahu? Dia tak keberatan dengan keberadaan video itu?"

"Park Yong Jin!" tegur Hee Young tak suka. Seolah belum cukup berat beban yang ditanggungnya karena harus berbohong pada sang sahabat, kini Hee Young juga dihinggapi rasa tak suka pada respon lelaki itu.

"Maafkan aku, Hee Young." Yong Jin mengaduk dalgonanya.

Hee Young menyipit, curiga sahabatnya tak benar-benar tulus minta maaf. Namun, kelanjutan ucapan Yong Jin memunculkan kerut di dahi mulus perempuan itu.

"Video itu memang sudah lama. Tetap saja keberadaannya akan jadi bencana dalam rumah tanggamu. Publik Korea sangat kejam, kau tahu sendiri itu. Karier suamimu dipertaruhkan di sini."

Hee Young menelan ludah. Pikirannya berkecamuk, sadar bahwa perkataan Yong Jin benar. Kejadiannya memang sudah cukup lama. Saat Hee Young duduk di kelas dua SMA. Itu berarti sudah enam tahun berlalu sejak kejadian memalukan itu terjadi.

Peristiwa traumatis yang meninggalkan luka sangat dalam di hati Hee Young. Sejak hari itu, dirinya tak lagi sama. Kecuali pada Yong Jin.

"Hee Young?" Yong Jin melambai-lambaikan tangan di depan muka Hee Young.

Perempuan itu tersadar. Mengerling arloji, dia terperanjat kaget. Sudah hampir satu jam Hee Young meninggalkan lokasi syuting. Disambarnya tas begitu saja dan meletakkan beberapa lembar won ke atas meja.

"Yong Jin, aku pergi dulu, ada jadwal untuk adegan selanjutnya. Kita sambung di telepon, ya?"

Lelaki itu termangu memandang kelebatan punggung Hee Young yang makin menjauh. Gelisah dia teringat sesuatu. Hee Young sama sekali tak menanyakan kabarnya selama di Busan. Tinjunya memukul meja. Kesal.

"Haish, kenapa kau terburu-buru pergi? Aku membawakanmu hadiah, Hee Young."

Yong Jin mengeluarkan kotak kecil dari saku jaket. Dibukanya benda berlapis beledu pink itu. Seuntai kalung berinisal namanya dan Hee Young ada di sana.

"Kenapa kau harus menikah dengan orang lain?"

***

Dari atap bangunan, Shou melihat pemandangan itu. Perempuannya dan lelaki bertampang urakan duduk bersama. Tak ada kecanggungan di antara mereka. Bahkan perempuan itu sempat melepas penutup wajah dan tertawa lepas. Ekspresi yang tak pernah diberikan Hee Young padanya sejak mereka menikah.

Besi yang menjadi pijakan kaki Shou meleleh. Tubuhnya menguarkan hawa panas. Matanya terpejam, berkonsentrasi penuh, lalu perlahan wujudnya mengabur. Hingga di detik kelima, tubuh itu sepenuhnya kasat mata.

"Kau bermain-main dengan resiko?"

Mata Shou terbuka. Taehyung berdiri di sampingnya, ikut-ikutan melihat pemandangan romantis di bawah sana.

"Kau sampai bertindak sembrono seperti ini karena cemburu?"

"Aku tak cemburu, Hyung," elak Shou. "Hanya saja, Hee Young tampak bahagia bersama lelaki itu."

Jawaban sendu Shou membuat Taehyung mencebik. Siang bolong, berdiri di atap bangunan tujuh lantai seberang restoran, mengubah mode dari manusia ke malaikat. Benar-benar tindakan sembrono. Bagaimana jika ada orang yang merekam? Zaman sekarang sangat mudah memviralkan sesuatu.

"Katamu pergi ke Langit?" Shou masih dalam wujud tak kasat mata.

"Gerbang masih ditutup," jawab Taehyung. Merujuk pada portal magis yang menghubungkan Bumi dengan Kekaisaran Langit. Tempat malaikat pergi dan kembali ke Dunia Atas.

Shou memperhatikan Taehyung. Gejolak di dadanya pun sama. Mereka sudah sangat lama meninggalkan Dunia Atas. Tiga abad lebih Shou melarikan diri ke Bumi dan berbaur dengan manusia. Dia mulai merindukan rumahnya di Gunung Prunos, salah satu wilayah dalam Kekaisaran Langit.

"Aku akan terus mencari tahu siapa Jung Sora," imbuh Taehyung. "Dia memiliki kemampuan unik yang tak dimiliki manusia. Perempuan itu pasti golongan malaikat seperti kita."

"Atau Cheong-He?" Shou melempar tebakan.

Taehyung terdiam cukup lama. "Mungkin saja itu Dewi Bulan yang menyamar. Meski tak ada untungnya juga dia turun ke sini mengusik kehidupan kita."

Shou teringat sumpahnya 300 tahun lalu. Cheong-He yang menolak cintanya demi Danung. Dan janjinya untuk membuat dewi itu turun ke Bumi lantas melupakan suaminya.

Benarkah itu Cheong-He?

Shou bertanya-tanya dalam hati. Namun, rasa penasarannya pada jati diri Jung Sora sedikit terkalahkan oleh pemandangan dua sejoli nun jauh di bawah sana. Rahang lelaki itu mengencang memergoki si lelaki urakan menggenggam tangan istrinya.

"Dia Park Yong Jin," Taehyung menunjuk lurus ke lelaki pengoleksi tindik telinga. "Aktor pendatang baru. Selama ini hanya berkutat di posisi figuran tak penting, tapi selalu bermain di drama populer. Dia sahabat masa kecil Hee Young."

"Hyung, aku tak butuh informasimu."

"Aku bukan pembaca pikiran, tapi wajahmu sekarang sangat mudah diterawang. Kau cemburu pada bocah ingusan itu." Kalimat manajer telak menghantam Shou.

Namun, lelaki itu masih gigih berkelit. "Kau tak perlu serepot itu mencari informasi si ingusan. Lebih baik kembali saja ke Kayangan dan cari petunjuk tentang Sora."

Taehyung melambaikan tangan. "Baiklah, sesuai perintahmu. Jangan terlalu lama kabur dari lokasi. Sebentar lagi adegan bulan madumu dimulai."

"Cih, aku bahkan belum merasakan bulan madu sungguhan, malah harus merayu perempuan lain," Shou menggerutu keras.

"Biasanya kau tak protes." Taehyung menengadah. "Gerbangnya sudah terbuka. Jangan buat masalah, Haes-sal."

Sayap lebar terentang di punggung Taehyung. Tanpa menoleh, entitas astral itu menjejak udara dan terbang sangat tinggi. Pusaran angin lembut menerpa kulit muka Shou. Aktor tampan itu memicingkan mata.

"Angae bodoh, kau pikir aku tukang buat onar?" decih Shou.

Pandangannya kembali turun. Dilihatnya Hee Young terbirit-birit meninggalkan restoran. Si lelaki urakan menyusul tak lama kemudian, tapi arahnya berlawanan dengan Hee Young.

Shou tertegun kala menyadari arah si urakan. Lelaki itu berhenti tepat di hadapan seorang perempuan yang beberapa jam lalu menjadi lawan mainnya di lokasi syuting. Mereka bicara serius, lalu Park Yong Jin pergi lagi.

Hati Shou mencelus saat tak sengaja pandang mereka bertemu. Jung Sora melihat tepat ke arahnya. Sepertinya wujud tak kasat mata Shou tak berimbas ke perempuan itu. Sora menggoyangkan telunjuk lalu melemparkan ciuman ke arah malaikat tak berwujud itu.

Malaikat itu terbelalak. Tubuhnya mematung. "Sialan, dia benar-benar bisa melihatku?"