Setelah kejadian malam itu, mereka menikmati daging kelinci dan akhirnya bisa mengisi perut mereka yang kelaparan.
Lucas tidak ingin kejadian seperti malam pertama itu terulang kembali, ia pun dengan keras kepala menggondeli wanita itu saat malam hari agar ia tidak ditinggal sendirian. Pada akhirnya, wanita itu merubah waktu berburu di pagi hari dan saat perjalan siang hari. Lucas membantu mengolah hasil buruan mereka yang mereka simpan untuk makan pada malam. Tiga hari berlalu dengan tenang diperjalanan mereka melewati hutan, sampai ia sadar saat pagi hari yang biasanya hanya ada daging kelinci, burung atau rusa tapi kali ini adalah daging segerombolan serigala. Lucas brigidik karena ia sadar gerombolan serigala itu mungkin menyerang dia saat malam hari. Mereka sudah hampir keluar dari dari hutan dan tanpa sengaja memasuki wilayah serigala. Walau dagingnya tidak begitu mengenakkan tapi jumlahnya lebih dari cukup untuk mengisi perut dan bekal perjalanan beberapa hari tanpa perlu berburu. Wanita itu juga dengan lihai menguliti bulu serigala menjadi mantel dan tempat tidur. Lucas berpikir itu bisa dijual didesa atau ditukar menjadi makanan.
Dua hari dan satu malam berlalu hingga akhirnya pohon-pohon mulai jarang dan mereka menapaki jalan transportasi di gunung, bukan lagi jalan rerumputan lebat yang membuat Lucas takut menginjak serangga tapi jalan datar yang biasa dilalui gerobak.
"Say, akhirnya kita menemukan desa!"
Wanita itu mengangguk.
🌘🌗🌖🌕🌔🌓🌒
Selama perjalanan aku tanpa sadar selalu mengajak wanita itu mengobrol. Aku tau dia tidak mengeri bahasaku tapi memiliki orang lain yang mau mendengarkan aku rasanya membuatku senang. Kemudian aku sadar lama-kelamaan wanita itu mulai memahami apa yang aku katakan.
Gila, wanita itu sepertinya tidak hanya pandai berburu tapi juga genius, padahal aku hanya bercerita sambil sekali-kali memberikan peragaan.
Wanita ini, Nyonya itu, ataupun kakak ini. Aku masih tidak mengetahui namanya.
"Nyonya siapa namamu? N.A.M.A.K.U L.U.C.A.S" Aku menunjuk ke arah tubuhku, untuk membuat penekanan aku mengulanginya sekali lagi. "L U C A S" kali ini menenjuk arah bibirku. "Namamu?" tanyaku pelan sambil menunjuk ke arah wanita itu.
Wanita itu tersenyum seolah menganggaku lucu. Tangan wanita itu menunjuk ke tubuhnya.
" Panggil aku Say."
🌒🌓🌔🌕🌖🌗🌘
'Anak yang lucu' pikir Say saat mengamati anak itu berusaha dengan keras menjelaskan namanya dan menanyakan namaku.
Karena daripada kata lain, nama memiliki banyak kemiripan dengan bahasa lain 'nama', 'name' , terlebih lagi bahasa Jerman memiliki sedikit kesamaan dengan bahasa Inggris.
Walaupun daripada bahasa Inggris yang membuatku kesulitan di grammar, bahasa Jerman membuatku kehilangan kata kata saat aku sadar kalau bahkan benda memiliki jenis kelamin! tidak hanya dua tapi tiga!
Seharusnya aku sedikit mempelajari bahasa Jerman sebelum datang kesini. Setelah mengantar orang itu kesini kukira aku bisa langsung kembali tapi ternyata aku menghabiskan lebih banyak cadangan energi ku daripada yang aku kira.
"(Namamu?)" Tunjuk anak itu padaku, nadanya terdengar kesal tapi Matanya begitu cerah terlebih lagi dia memiliki mata berwarna abu-abu yang unik. Menurutku, dia bisa jadi anak yang tampan, walau penampilan nya saat ini kotor dan rambut hitam panjangnya yang lusuh, bentuk mukanya bagus apabila dia bisa sedikit berisi.
Dia tidak memiliki tangan kanan, tapi itu tidak masalah.
"(Panggil aku say.)"
Karena sudah terlanjur, mungkin aku bisa istirahat dan menikmati beberapa tahun dengan anak ini.
Ngomong-ngomong Lucas itu apakah nama umum disini?
Luca berasal dari Jerman sedangkan Say berasal dari Indonesia. Walau mereka tidak bisa berkomunikasi dengan baik tapi mereka bisa saling mendengarkan.
catatan untuk percakapan yang kuberi tanda (kurung) berarti dia berbicara dengan bahasa asing dari sisi prespektif orang yang berbicara.
misal, dari awal Lucas sebenarnya berbicara dalam bahasa Jerman dan ketika dia mendengar Say berbicara dalam bahasa Indonesia (dikurung), Lucas tidak memahaminya.