Ning Qing terjaga sepanjang malam dan kembali ke rumah keluarga Ning keesokan paginya.
Ayah Ning dan Ibu Ning sedang sarapan. Mereka terkejut melihatnya kembali.
"Qingqing?" Ibu Ning meletakkan sumpitnya kemudian berjalan mendekat, "Mengapa kamu tidak mengatakan bilang jika kamu mau kembali? Ayo kemari, duduklah."
Ning Qing menuruti perintah ibunya lalu duduk di meja makan, "Ayah, Ibu."
"Kamu datang sepagi ini, pasti kamu belum makan, kan? Ayo, makanlah sedikit." Ibu Ning tersenyum sambil membawa piring dan sumpit untuknya dengan semangat.
"Ya."
"Bagaimana dengan tubuhmu? Apakah sudah membaik?"
Tenggorokan Ning Qing terasa kering, dia pun hanya berkata, "Sudah baikan. Bu, biarkan saja, aku akan melakukannya sendiri."
Tepat setelah duduk dan memakan dua suap, Ayah Ning tiba-tiba berkata, "Apakah kamu dan Nian Lie bertengkar?"
Senyum Ning Qing memudar.
Ayah Ning memperhatikan ekspresinya yang berubah dengan ekspresi serius berkata, "Ning Qing, kamu adalah orang yang sudah menikah sekarang, bukan anak berusia lima belas atau enam belas tahun. Bagaimana bisa kamu lari ke rumah orang tuamu setelah bertengkar?"
Ibu Ning mengerutkan kening, "Anakmu baru saja kembali. Kenapa kamu mengatakan ini?!"
"Aku ayahnya. Kenapa aku tidak bisa memarahinya?"
Ning Qing menundukkan kepalanya dan tidak mengatakan apa-apa.
Wajah Ayah Ning berubah muram.
"Sejak dia masih kecil dia selalu saja tidak bisa diam, dia pun masih seperti ini ketika sudah menikah. Dia tidak stabil sama sekali. Dia bahkan tidak terlihat seperti wanita yang sudah menikah."
"Kalian sama-sama putriku, Susu selalu patuh dan masuk akal, dia tahu untuk tidak membuatku khawatir. Bagaimana denganmu?"
"Kamu sungguh tidak bisa dibandingkan dengan kakakmu sama sekali!"
Setiap omelan itu terdengar di telinganya, hingga membuat hati Ning Qing berubah dingin.
Tangannya yang memegang sumpit mencengkram dengan kuat, membuat jari-jarinya sakit. Dia tidak tahan lagi, akhirnya dia mengangkat kepalanya kemudian menghentikannya, "Ayah."
Ayah Ning yang disela, tidak bisa menahan nafasnya yang penuh amarah.
"Lihat dirimu, tak punya tata krama sama sekali! Jangan katakan kamu adalah putri dari keluarga Ning jika suatu saat kamu keluar, aku tidak mampu kehilangan muka lagi!"
Ibu Ning tidak bisa mendengarkan lagi, lalu dia memarahi, "Ning Chengfeng, berhenti bicara. Anak ini baru saja sembuh, kamu…"
'Pak—-'
Sumpit menghantam meja dengan suara yang keras. Suara wanita yang dingin terdengar di antara ketiganya. "Kalau begitu aku mati saja."
Mata kedua orang lainnya menatapnya.
Ayah Ning terkejut, "Apa yang kamu katakan?!"
Bibir merah Ning Qing berkedut, menunjukkan jejak kesedihan, "Karena aku sangat menyebalkan bagimu, biarkan aku mati saja."
Setelah dia mati, dia tak akan lagi menghadapi rasa jijik dan kebencian mereka.
Ibu Ning tidak bisa tersenyum lagi, "Qingqing, jangan bicara omong kosong. Ayahmu tidak bermaksud begitu."
"Lalu apa maksudnya?"
Dalam menghadapi pertanyaan dingin putrinya, tatapan Ibu Ning menjadi muram, "Ayahmu hanya merindukan kakakmu. Kebetulan pekerjaannya tidak lancar akhir-akhir ini. Dia tidak bermaksud marah padamu." Ibu Ning menoleh ke Ayah Ning lalu menyikutnya. Ayah Ning mendengus dan tidak menjawab.
Dalam keheningan, kesedihan menyebar dalam diam.
Ning Qing menurunkan tatapannya yang muram lalu mengerutkan bibirnya. Dia sudah kehilangan nafsu makannya.
"Aku sudah selesai makan." Setelah mengatakannya, dia berdiri lalu meninggalkan meja.
Api kemarahan Ayah Ning naik lagi, "Apanya yang sudah selesai makan? Yang tua belum meninggalkan meja, tapi kamu sudah pergi. Siapa yang mengajarimu seperti ini?"
Nada Ning Qing sangat dingin, "Bukankah kamu mengajariku sejak aku masih kecil?"
Mendengar ucapannya dibalik oleh Ning Qing membuat kemarahan pria itu makin naik.
"Apa yang kamu katakan? Ning Qing, kamu belajar untuk membalas ucapan kepadaku sekarang!"
"..."
"Aku belum selesai berbicara, kemana kamu akan pergi? Kembalilah!" Ning Qing tidak berhenti berjalan hendak menuju ke tangga.
Wajah Ayah Ning penuh dengan kemarahan, dia berbalik lalu berteriak pada Ibu Ning, "Lihatlah penampilannya yang seolah tidak ingin hidup atau mati itu. Bukankah semua itu karena kamu memanjakannya?!"
Ada air mata di mata Ibu Ning, "Aku memanjakannya memang kenapa?"
Ayah Ning memukul meja sambil berdiri, "Itu karena dia suka berbuat seenaknya makanya Susu terbunuh! Jika kamu masih memanjakannya seperti ini, dia hanya akan membuat keluarga Ning dalam masalah!"
Ibu Ning menahan air matanya. Tetapi menghadapi suami yang tidak masuk akal ini, membuatnya tidak bisa menjaga kewarasannya.
"Lalu mengapa kamu menikahkan Qingqing dengan Nian Lie? Tidakkah kamu tahu bahwa ini sama dengan mendorong putrimu ke dalam lubang api!"