webnovel

AKU IKHLAS SUAMIKU MENDUA

arthavero_Givency · ファンタジー
レビュー数が足りません
1 Chs

AKU IKHLAS SUAMIKU MENDUA

"Mau saya bikinin minum apa, Mbak?" Tanyaku pada gundik itu yang baru datang bersama suamiku. Mereka terlihat haus dan kelelahan.

"Taro boba cheese foam aja,"

"Baik tunggu sebentar saya buatin dulu," ujarku sambil menuju dapur. Selain menyajikan minuman yang direquest aku juga menyiapkan makanan kesukaan mereka.

"Makasih ya, Sayangku. Aku tak menyangka kamu bisa selegowo dan sebaik ini. Aku bangga memilikimu," puji suamiku tiba-tiba seraya memelukku dari belakang. Tentu aku tersipu.

"Iya, selama kamu bahagia aku juga bahagia mas."

"Aku pikir kamu akan sulit menerima kenyataan. Ternyata kamu sungguh diluar dugaan. Kamu istri yang sangat berbakti."

"Iya, Mas. Selama Mas jujur sama aku, itu tak akan jadi masalah. Aku akan senantiasa menjadi sebaik-baiknya pendamping hidupmu apapun keadaan dan kekuranganmu, Mas," tukasku sambil mengecup pipinya, untuk meyakinkannya bahwa aku memang seikhlas ini.

Aku, suamiku, dan selingkuhannya makan malam bersama dalam satu meja. Sungguh indah dan hangat sekali suasana seperti ini. Andai suamiku mau menikahi perempuan itu untuk jadi istri keduanya, keceriaan keluarga ini akan makin bertambah.

Seusai makan aku membereskan piring dan gelas, kemudian aku mencucikan baju wanita itu karena ia meminta.

"Kira-kira besok sore kering, gak?"

"InsyaAllah kering. Saya usahakan ya, mbak."

"Oke, kalau gitu aku mau ke kamar dulu. Udah malem, ngantuk. Oh iya, kamu nanti tidur di kamar yang satunya ya,"

"Oke, Mbak," aku mengiyakan. Aku ingin dia dan suamiku senyaman mungkin berada di rumah ini.

**********

"Aniiii...!!!"

Tiba-tiba terdengar teriakan suamiku dari kamar sebelah. Aku segera berlari menuju kamar utama. Suamiku terus-terusan berteriak memanggilku.

"Ke sini Ani! Lihat ini!" Pekik suamiku setelah aku membuka pintu. Ia berusaha menjaga badannya agar tak bergerak, begitupun dengan perempuan itu.

"Astaghfirullah hal azim!" Aku terkejut bukan main mendapati Alan, Amira, dan Dulloh berada satu ranjang dengan mereka. Alan, Amira, dan Dulloh adalah ular berbisa peliharaanku. Aku tak menyangka mereka bisa berkeliaran di kamar, padahal sudah terkunci dalam kandang. Dengan sigap bak pawang hewan aku menangkap mereka dan mengembalikannya ke tempatnya semula. Namun naas suamiku dan perempuan itu terlanjur tergigit. Yang lebih menyedihkan lagi mereka berdua sudah tak tertolong. Aku ditinggal pergi suamiku untuk selama-lamanya.

Kini aku sendirian. Meratapi nasib karena kesepian. Andai waktu itu aku tak ceroboh, mungkin ini semua tak akan pernah terjadi.

Tamat.