Meskipun demikina, Xi Wi tidak begitu ceroboh sehingga dia akan mengabaikan semua nya untuk langsung turun dan meledakkan setiap musuh pengikutnya.
Oleh karena itu, dia akan melakukan apa yang selali dia lakukan, menggunakan Mata Ilahi-Nya untuk menemukan orang – orang yang benar – benar mempercayainya dan mengikutinya yang berada dalam kesulitan dan memahami situasi mereka dalam periode waktu yang paling singkat.
Dia kemudian menemukan bahwa orang – orang yang mempercayainya bukanlah pecandu judi.
Meskipun mereka tampak compang – camping, dilengkapi dengan baju besi dan senjata yang tidak terawat dengan baik, setiap gerakan mereka terkordinasai dan lambang pada peralatan mereka yang rusak membuat semuanya semakin jelas bahwa mereka semua melayani kelompok yang sama.
Saat dia mereferensikan catatan yang tersisa dalam keilahiannya, Xi Wei segera menyadari bahwa orang – orang yang beriman itu ternaya lebih merepotkan dari pada apa yang dia bayangkan.
Mereka adalah pendiri asli gereja God of Game yang selamar dari Tierra, kerjaan yang jatuh.
***
Itu adalah hutan yang ditumbuhi pohon – pohon yang menjulang tinggi dan semak belukar di mana biasanya tidak ada satu manusiapun yang terlihat. Daun – daun pohon yang rimbun memenuhi hutan dan menghalangi langit, meinggalkan hutan dalam keremangan – jika bukan karena sinar matahari yang sesekali menusuk melalui celah dedaunan untuk memproyeksikan dinar samar cahaya di dalam hutan, orang akan kesulitan membedakan antara malam dan siang.
Gadis muda yang mengenakan perlengkapan perang berlari melalui jalan sempit di antara hutan.
Ekor kuda pirang menari ketika dia bergerak, bersinar dengan rona emas lebih terang dari matahari itu sendiri.
Masih ada beberapa penjaga elit yang berjaga di sekitarnya, yang mungkin adalah pengawalnya.
Tiba – tiba, gadis muda itu tersandung akar pohon dan hampir jatuh, tetapi tertangkap oleh tangan penjaga tertua di sampingnya.
"Terima kasih, paman Carlo." Gadis yang terengah – engah dan di penuhi keringat dari perjalanannya menyampaikan rasa terima kasih.
"Inii tugas saya, Yang Mulia."
Pria itu tampak jauh lebih tenang, tetapi dia berbicara dengan kaku dan serius. "kita sekarang agak jauh dari Lancaster City, dan mereka akan kesulitan melacak kita di hutan ini. Mari kita istirahat sejenak."
Sebagai tanggapan, gadis itu tidak melanjutkan tindakannya yang selalu berlari, bersandar di pohon dan duduk di atasnyaa tanpa bantalan, dengan wajah penuh kesedihan. "Kupikir dengan mendirikan markas di Lancaster, kita setidaknya akan terbebas sari sabotase oleh pasukan Rasa Pengkhianat...
aku sama sekali tidak membayangkan bahwa seseorang dari kultus Dewa Jahat yang muncul entah dari mana akan memojokkan kita seperti ini."
"...Karena God of Games telah meninggalkan kita." Pria paruh baya itu berkata datar.
"Itu tidak sopan, paman Carlo." Gadis muda itu tersenyum pahit, tetapi kata – katanya tampak lebih mengejek dirinya sendiri daripada menyalahkannya.
Pada kenyataannya, bahkan jika mereka,, para pengungsi Tierra mempertahankan kepercayaan tradisional mereka pada God of Games, hampir semua orang sadar bahwa dewa telah meninggalkan mereka.
Masuk akal jika mereka memikirkannya, kerajaan besat Tierra yang telah berada di puncak kekuasaannya ketika mereka diserang dan didorong hingga berlutut, namun dewa itu tidak pernah sekalipun menunjukkan sedikit pun kekuatannya. Dengan sedikit yang tersisa dari mereka sekarang, tentu tidak mungkin bagi mereka untuk mendapatkan belas kasih ilahi.
Meskipun demikian, gadis muda yang sudah lama terbiasa dengan pukulan kejam menggelengkan kepalanya, menyingkirkan keraguannya terhadp God of Games.
"Lebih penting lagi, mengapa ada orang dari sekte dewa jahat yang tahu markas tersembunyi kita di Lancaster? Bahkan inkuisitor dari Raja Penghianat tidak bisa menemukan kita..."
"Aku bisa menjawabnya, Lady Leah."
Sebuah suara yang tajam dengan permusuhan yang tidak disembunyikan dengan tiba – tiba berbicar, membuat party gadis itu dalam keadaan siaga.
Namun, tak lama kemudian, kewaspadaan mereka berubah menjadi keputusasaan mendalam, karena banyak tokoh mengenakan jubah hitam dan mengenakan topeng hitam dan putih yang aneh muncul dari huan lebat.
Gadis itu terlalu akrab dengan mereka – markas rahasia mereka di Lancaster dikuasai oleh para pemuja yang sama!
Saat ini, dia benar – benar dikelilinga oleh mereka.
Orang yang berbicara mungkin adalah pemimpin mereka yang baru saja perlahan keluar dari formasi mereka. Dia mengangkat tangan kanannya, dan jubahnya terlepas untuk mengekspos tangan kanannya yang terdapat sayatan bekas luka.
Seekor serangga yang menyerupai lalat ungu yang bertumpu pada jari telunjukk kanannya, dan menggungakan kaki depannya untuk menggosok mata majemuknya yang besar.
"Serangga hitam ini tidak berguna dalam pertempuran walaupun dia sebagai hewan peliharaan megis, tetapi sebagai familiar ia bisa dengan tepat mengidentifikasi bau busuk yang melekat pada setiap pengikut seperti mu," kata kultus itu dengan bangga. "Terlalu mudah untuk melacak kalian dengan semua itu."
Sebelum gadis itu bisa membalas, penjaga di sampingnya berteriak kesakitan – dia menjadi panik, saat mengetahui lelaki separuh baya yang di panggil Carlo tiba – tiba menyerang salah satu penjaga Putri.
"Berhenti! Apa yang kamu lakukan, paman Carlo?!" gadis muda itu berseru kaget.
"Kamu tidak mengerti? Serangga hitam itu melacar aroma kapter Carlo!" pemimpin kultus itu tertawa gila. "Paman Carlo yang sangat kamu hormati sebenarnya berada di pihak kita sejak awal – dia telah menjadi pengikut Rotten Bones!"
"Bagaimana ini bisa terjadi.." gadis itu tidak percaya.
"Maaf, yang mulia."
Carlo tetap seperti biasa dan sama sekali tidak menunjukkan ekspresi minta maaf. "kamu tahu betul bahwa istri dan putriku meninggal dalam membela Tierra. Aku tidak pernah bisa melupakan keadaan mengerikan dari tubuh tak bernyawa mereka, dan dalam setiap saat beberapa tahun terakhir, hatiku terbakar dengan keinginan membalas dendam... meski begitu, setelah bertarung dalam perang, aku sekarang tahu pasti celah antara pasukan yang diberkati oleh dewa dan yang lain ditinggalkan. Dewa Permainan yang lemah itu tidak bisa membantuku membalas dendam, dan dengan demikian, aku menjual jiwaku kepada dewa yang benar – benar dapat membantu ku untuk membalas dendam."
"Jadi, pada akhirnya, aku hanya tangga yang kamu panjat di jalur balas dendam?" tubuh gadis itu bergetar. Dia merasa seolah – olah telah jatuh ke dalam gua es setelah dikhianati oleh satu orang yang paling dia percayai.
"Sebuah inisiasi, tepatnya. Sementara itu, kami akan 'mendidik' kamu dengan benar sebelum memberikan hadiah pada beberepa bangsawan di kekaisaran, Putri Tierra. Saya yakin bahwa kami bisa mendapatkan sesuatu yang benar – benar baik dari mereka. Babi dengan judul dan julukan seperti itu." Pemimpin kultus menyela. "Mereka terutama menyukai hal – hal seperti itu."
"Aku tidak akan membantumu!" gadis itu menggigit bibirnya dan menghunuskan pedangnya.
Para penjaga lainnya mengikuti dan membawa senhata mereka ke arah para pemuja kultus dan kapter pengkhianat yang mengelilingi mereka.
"Para wanita sebelum kamu selalu mengatakan hal yang sama, dan mereka berakhir dengan tunduk dan patuh pada kamu. Tidak apa – apa, kami memiliki orang – orang dengan keahlian khusus yang dirancang untuk itu di antara kelompok kami." Pemimpin kultus itu tidak peduli terlepas dari senjat gadis muda itu, tetapi malah menjadi senang."tidak akan butuh waktu lama sebelum anda akan sama tunduknya seperti mereka."
"Aku sangat menyesal," kata Carlo dengan datar, sebelum mengarahkan pedangnya pada gadis itu.
"Mungkin. Seperti kamu, aku pernah memiliki keyakinan yang tak terukut pada Dewa Permainan itu, tetapi dia tidak pernah membantu yang mulia dalam kejatuhan Tierra, juga tidak membantuku ketika istriku dan anak perempuanku dibunuh oleh tentara yang melayani raja pengkhianat." Carlo berkata dengan dingin, ���itulah sebabnya sekarang, pada saat ini, dia juga tidak akan membantumu, yang mulia."
"Karena dewa itu berdarah dingin dan tidak berperasaan."