webnovel

AKU DAN MAS DIREKTUR

Bagas Surya Atmaja adalah anak semata wayang Surya Atmaja, pemilik Surya Go Corporation. Surya, Papa Bagas merintis usahanya di kota kelahirannya bersama Sugondo, sahabatnya hingga keduanya bersepakat untuk menjodohkan kedua putra putri mereka sebagai ikatan persaudaraan dan tali silaturahmi. Bagas dan Kinanti, menjadi teman kecil yang sangat akrab. Saat itu usia Kinanti masih lima tahun dan Bagas berudia sepuluh tahun. Namun, benih kagum dan suka Bagas kepada Kinan sudah tumbuh. Bagas menyukai Kinan yang berwajah ayu dan bersikap anggun seperti putri keraton. Dua keluarga ini akhirnya berpisah, Surya mengembangkan usahanya di kota metropolitan dan Sugondo tetap melanjutkan bisnis turun temurun dari keluarganya. Saat dewasa, Kinan yang tidak pernah mengetahui perjodohan ini dan lupa akan sosok Bagas karena Kinan masih terlalu kecil untuk mengingat. Berbeda dengan Bagas, yang masih menyimpan rasa sukanya kepada Kinan hingga dewasa. Akhirnya perjodohan itu akan di laksanakan tanpa sepengetahuan Kinan. Namun, siapa sangaka di malam acara penting itu, Bagas malah tidak datang dan membuat keluarga Sugondo kecewa. Tali silaturahmi persaudaraan itu sedikit merenggang hingga akhirnya Kinan di perbolehkan untuk berangkat ke jakarta untuk mengejar mimpinya menjadi wanita karir dan bekerja di sana sesuai dnegan rekomendasi dosen fakultasnya. Takdir yang sudah di gariskan memang tidak adpat di rubah apalagi di hindari. Kinanti bekerja di perusahaan Bagas sebagai sekertaris. Sikap cuek dan dingin Bagas kepada Kinan yang tidak mengetahui bahwa Kinan adalah Ajeng, wanita yang di cintainya sejak kecil. Kegigihan Kinanti dalam bekerja menjadikan Kinanti sekertaris terbaik yang pernah di milliki Bagas. Bagas menyerah dengan keadaan, perjodohannya dengan Ajeng yang menorehkan kekecewaan bagi keluaga Sugondo membuat keluarga besar Sugondo merasa di permainkan dan di permalukan. Mulai sejak itu, hubungan keduanya merenggang. Kini, setelah Bagas tahu bahwa Kinan adalah Ajeng cinta pertamanya. Bagas mencari cara untuk mendapatkan restu dari Sugondo, Ayah Kinan.

Huma_Bidadarisurga · 都市
レビュー数が足りません
11 Chs

BUTA KOTA INI

"Ini Pak, kopi pesanan Bapak," ucap Kinan yang tiba - tiba sudah ada di depan Bagas dan membuyarkan lamunan Bagas.

Tatapan kosong itu akhirnya berpindah menatap Kinan yang berusaha tersenyum ramah kepada Bagas.

Bagas hanya menganggukkan kepalanya pelan dan tersenyum.

"Terima kasih," ucap Bagas pelan. Cangkir kopi itu pun diambil dan mulai diminum.

Harumnya memang sangat membuatlidah bergoyang segera mencicipi.

srrrruuupuuut ...

"Enak," cicitnya sambil menikmati.

Senyum Kinan semakin melebar. Untuk urusan membuat kopi, Kinan memang jagonya. Sang Ayah juga selalu meminta Kinanuntuk membuatkan kopi untuk beliau jika sedang ada di rumah.

"Ada yang kurang? Atau ada yang perlu Kinan bantu lagi?" tanya Kinan dengan suara pelan.

"Tidak ada Kinan, cukup. Tolong pelajari berkas ini saja. Besok pagi ada rapat mendadak, dan klien kita orang asing. Saya harap kamu bisa mempersiapkan diri dengan mempelajari berkas yang saya berikan ini," ucap Bagas dengan suara tegasnya.

"Siap Pak. Saya akan pelajari dengan baik dan saya akan lakukan yang terbaik untuk besok," ucap BAgas pelan

"Bagus." singkat Bagas menjawab dan menyeruput kopi buatan Kinan.

Kinan hanya berdiam di depan meja kerja Bagas dan menunggu ada hal lain yang akan menjadi pekerjaannya lagi.

"Saya boleh keluar Pak? Atau ada lagi kerjaan buat saya?" tanya KInan lembut.

"Tidak ada." Bagas sedikit ketus menjawab Kinan.

Lalu Kinan berbalik dan keluar dari ruangan kerja itu. Kinan sedikit mengumpat di dalam hatinya. Kesel juga kan, sudah berusaha baik dan peduli serta peka sebagai sekertaris baru tapi sikap Bagas masih saja tidak menentu. Kadang ramah, lembut, baik, tapi kadang juga ketus, dingin dan cuek.

Seharian ini Kinan belajar untuk persentasi meeting besok. Walaupun tidak ikut persentase, tapi sebagai sekertaris juga tidak bisa seenaknya dan tidak tahu apa - apa.

Waktu sudah menunjukkan pukul empat sore. Sesuai SOP, Kinan akan bekerja mulai dari pukul tujuh pagi sampai pukul tiga sore. Tapi, sebagai karyawan baru hari ini masuk, Kinan berusaha menunjukkan loyalitas dan totalitas kerjanya dnegan penambahan jam hingga pukul empat ore.

Semua berkas sudah di rapikan. Begitu juga dengan power point yang sudah tersimpan rapi di flash disk Kinan pun sudah beres. Kinan sudah siap untuk meeting besok, menemani Pak Bagas.

Baru saja, Kinan akan pulang dan menyelempangkan tas di pundaknya.

Ceklek ...

"Kinan, tolong bantu saya sebentar," titah Bagas dengan tegas.

"Apa Pak?" tanya Kinan pelan.

"Rapikan berkas - berkas di dalam ruangan saya. Biar saya lebih mudah mencarinya. Memang kamu sudah mau pulang?" tanya Bagas menatap lekat Kinan.

Kinan bimbang lalu lebih memilih menggelengkan kepalanya dengan cepat. Rasanya sudah capek seklai, tapi bekerja di tempat ini adalah keinginan terbesarnya jadi Kinan tidak boleh mengeluh lelah.

"Baik Pak. Kinan segera ke dalam dan membereskan semua berkas," ucap Kinan pelan dan tetap berusaha lembut.

Dalam hatinya sedikit mengumpat. Jam kerjanya sebenarnya telah habis. Tapi, resiko menjadi sekertaris kan memang begini, terkadang bukan hanya urusan kantor saja, sampai urusan bangunin pagi pun juga sering di lakukan oleh seorang sekertaris dengan alasan totalitas pekerjaan.

"Kinan? Ayok pulang," ajak Festi sambil mentap ke arah ruangan Bagas yang masih terlihat lampunya menyala.

"Nanti Mbak Festi. MAsih ada kerjaan. Ini baru aja Pak Direktur kasih Kinan kerjaan buat beresin berkas di dalam ruangan,' ucap Kinan seperti ingin menyerah saja.

Festi hanya tertawa ringan. Kinan itu lucu, dnegan gaya bahasa yang sedikit medok jawani.

"Kamu itu beruntung. Banyak orang mau berada di posisi kamu. Bisa dekat secara langsung dengan Direktur Bagas," ucap Festi pelan.

"Termasuk kamu juga, Mbak? Mau di posisi Kinan?" tanya Kinan kepada Festi.

"Aku? Gak dong. Aku sudah nyaman jadi sekertaris Pak Surya," ucap Festi sedikit mengelak. Walaupun dalam hatinya, Festi ingin seklai brtukar posisi dengan Kinan. Tapi semua itu tidak mungkin.

"Knan masuk dulu, Mbak. Lain kali kita pulang bersama," ucap Kinan lembut.

Kinan langsung berjalan menuju ruang direktur. Festi hanya bisa mengumpat kesal. Ia hanya berandai - anda jika saat ini berda di posisi Kinan, tentu sangat senang sekali. Bisa berdua - dua dengan Pak Bagas, dan menatap terus wajah gantengnya yang bikin hati meleleh.

"Maaf Pak, agak lama. Tadi ke kamar kecil dulu," ucap Kinan pelan.

"Ya." singkat sekali Bagas menjawab dan itu juga tidak menatap Kinan. Hanya mulutnya yang bicara ya.

"Berkas yang mana Pak? Yang harus Kinan bereskan/" tanya Kinan lembut.

Sekilas Bagas mengangkat wajahnya dan menunjuk ke arah rak kaca yang di dalamnya memang terlihat sangat berantakan sekali tanpa bicara sepatah katapun. Wajahnya pun menunduk lagi dengan menggunakan earphone sambil mnetap layar laptopnya tanpa berkedip.

Kinan mulai membuka rak kaca itu dan membereskan satu per satu tumpukan berkas itu sesuai dnegan tahunnya dan sesaui abjad. Cukup lama memang membereskan berkas seperti ini, bukan hal yang mudah juga, Takutnya ada berkas - berkas penting yang malah kelewat dan terbaikan.

Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Kinan sejak tadi berada di dalam ruangan Pak Bagas, begitu pun Bagas ynag terlihat sibuk dan seseklai bicara sendiri dalam bahasa asing yang bisa di mengerti oleh Kinan.

"Sudah selesai?" tanya Bagas yang tiba - tiba sudah berada di belakang Kinan.

Kebetulan semua berkas sudah terlihat sangat rapi dari pada sebelumnya tadi. hanya ada beberapa samapah yang harus di buang Kinanti.

"Sudah Pak." jawab Kinan singkat dengan gugup lalau menutup rak kaca itu.

Kinan sedikit kaget. Bagaimana tidak pertanyaan Bagas begitu lembut dan pas membalikkan tubuhnya, Bagas tepat berada di belakang Kinan dengan jarak beberapa senti menter saja. Benar apa yang di katakan teman - temannya tadi di patry termasuk Festi.

Pak Bagas itu tampan, ganteng, macho, ramah. Lelaki idaman banget, akau boleh milih maunya dengan Pak Bagas dengan kesempurnaan yang kelewat batas bagi kaum hawa.

"Kita makan yuk? Kamu pasti lapar Kinan? Saya lapar sekali. Temani saya makan," ucap Bagas dengan tegas.

Kinan hanya bisa mengangguk pasrah. Selama di perjalanan Kinan memberi kabar kepada Shella, calon kakak iparnya jika ia sedang menemani Bosnya makan malam. Kinan hanya minta alamat kontraan Shella agar nanti ia bisa pulang menggunakan taksi dan cukup memberikan alamat kontrakan itu. Maklum Kinan belum hapal dengan kota besar itu.

"Kamu mau makan apa, Kinan?" tanya Bagas lembut.

Wntah kenapa Bagas merasa nyaman saja dengan sekertaris barunya ini.

"Apa saja Pak," jawab Kinan lembut.

"Ya. Kamu harus pilih dong. Hitung - hitung ini reward kamu lembur, bisa makan malam sama saya," ucap Bagas tertawa keras. Sedikit terkesan sombong memang.

"Maaf Pak. Saya juga baru datang dari Yogyatadi shubuh. Saya buta dengan kota Jakarta. Hanya saja bekerja di Jakarta adalah impian saya," ucap Knan pelan.

"Oh ... Dari Yogya," ucap Bagas lirih dan langsung teringat Ajeng, calon tunangannya yang belum kesampaian.