webnovel

AKU DAN MAS DIREKTUR

Bagas Surya Atmaja adalah anak semata wayang Surya Atmaja, pemilik Surya Go Corporation. Surya, Papa Bagas merintis usahanya di kota kelahirannya bersama Sugondo, sahabatnya hingga keduanya bersepakat untuk menjodohkan kedua putra putri mereka sebagai ikatan persaudaraan dan tali silaturahmi. Bagas dan Kinanti, menjadi teman kecil yang sangat akrab. Saat itu usia Kinanti masih lima tahun dan Bagas berudia sepuluh tahun. Namun, benih kagum dan suka Bagas kepada Kinan sudah tumbuh. Bagas menyukai Kinan yang berwajah ayu dan bersikap anggun seperti putri keraton. Dua keluarga ini akhirnya berpisah, Surya mengembangkan usahanya di kota metropolitan dan Sugondo tetap melanjutkan bisnis turun temurun dari keluarganya. Saat dewasa, Kinan yang tidak pernah mengetahui perjodohan ini dan lupa akan sosok Bagas karena Kinan masih terlalu kecil untuk mengingat. Berbeda dengan Bagas, yang masih menyimpan rasa sukanya kepada Kinan hingga dewasa. Akhirnya perjodohan itu akan di laksanakan tanpa sepengetahuan Kinan. Namun, siapa sangaka di malam acara penting itu, Bagas malah tidak datang dan membuat keluarga Sugondo kecewa. Tali silaturahmi persaudaraan itu sedikit merenggang hingga akhirnya Kinan di perbolehkan untuk berangkat ke jakarta untuk mengejar mimpinya menjadi wanita karir dan bekerja di sana sesuai dnegan rekomendasi dosen fakultasnya. Takdir yang sudah di gariskan memang tidak adpat di rubah apalagi di hindari. Kinanti bekerja di perusahaan Bagas sebagai sekertaris. Sikap cuek dan dingin Bagas kepada Kinan yang tidak mengetahui bahwa Kinan adalah Ajeng, wanita yang di cintainya sejak kecil. Kegigihan Kinanti dalam bekerja menjadikan Kinanti sekertaris terbaik yang pernah di milliki Bagas. Bagas menyerah dengan keadaan, perjodohannya dengan Ajeng yang menorehkan kekecewaan bagi keluaga Sugondo membuat keluarga besar Sugondo merasa di permainkan dan di permalukan. Mulai sejak itu, hubungan keduanya merenggang. Kini, setelah Bagas tahu bahwa Kinan adalah Ajeng cinta pertamanya. Bagas mencari cara untuk mendapatkan restu dari Sugondo, Ayah Kinan.

Huma_Bidadarisurga · 都市
レビュー数が足りません
11 Chs

AMARAH

BRAKK!!

Pak Surya menggebrak meja makan dengan sangat keras saat keluarga kecil tersebut berada di restauran hotel yang mereka inapi itu.

Tatapan kedua mata Papah Bagas sangat tajam ke arah Bagas, anaknya itu.

"Bedebah kamu, Bagas!!! Memalukan!! Alasanmu itu terlalu klasik!! SIBUK!! Semua orang sibuk dan punya kesibukan!! Seharusnya kamu bisa memilih mana yang utama, mana yang harus di prioritaskan!!!" tegas Pak Surya dengan suara lantang.

Emosinya tertahan sejak malam. Kini, Bagas telah tiba dan hanya bisa meminta maaf dengan mudah.

"Memang itu faktanya Pah. Bagas sibuk. Papah bisa tanya Festi, sekeretaris Papah. Bagaimana Bagas juga bimbang dalam mnegambil keputusan, klien ini juga penting untuk kelangsungan hidup perusahaan,'" ucap Bagas pelan dengan tenang.

Bagas sangat hapal watak Sang Papah ayng terkenal keras dan arogan.

"Alasanmu tidak kuat. Sekarang terserah kamu, Bagas. Papah sudah tidak mau mengurusi hal-hal seperti ini. Kalau kamu mau minta maaf ya, silahkan saja. Datangi rumah Ayah Ajeng.." ucap Pak Surya dengan suara keras.

Bagas menatap kedua mata Papah Surya lalu memutar kedua bola matanya dengan malas.

'Ancaman macam apa ini!! Bisa-bisanya di saat seperti ini Papah mengancamku,' batin Bagas yang sedikit kecewa.

"Setelah ini kita pulang ke Jakarta, Mah. Untuk apa berlama-lama, jika keluarga besan pun sudah tidak ingin menemui kita lagi. Silaturahmi kita jadi terputus karena gagalnya perjodohan ini. Papah serasa di tampar bolak balik dengan keras. Bukan sakit tapi malu sangat malu!!" ucap Papah Surya dengan tegas dan lantang.

Anita hanya bisa mengangguk pasrah. Ingin rasnya menemani Bagas, putra semata wayangnya untuk kembali datang ke rumah Ayah Ajeng dan meminta maaf atas kejadian ini. Minimal Bagas punya rasa tanggung jawab besar dan memberikan alasan yang cukup tepat dengan gagalnya acar tadi malam.

"Iya Pah. Setelah ini, Mamah siap-siap untuk kembali ke Jakarta. Kamu pulang juga Bagas, yang sudah terjadi ya sudah. Tapi, kalau masih bersikeras untuk datang ke rumah Ajeng dan meminta maaf kepada keluarganya, Mamah sangat setuju sekali," ucap Anita sangat mengapresiasi tindakan putranya itu sebagai rasa tanggung jawab.

"Ya, Bagas mau ke rumah Ajeng siang ini. Kalau Papah dan Mamah ingin kembali ke Jakarta, silahkan?" ucap Bagas melemah.

Papah Surya hanya tersenyum kecut. Sengaja ingin membuat Bagas lebih dewasa da makin bertanggung jawab dengan apa yang menjadi pilihannya dan keputusannya.

Siang ini, Papah Surya dan Mamah Anita akan kembali ke Jakarta. Kedua orang tua itu sudah pergi menuju Bandara Adi Sucipto.

Bagas sendiri sudah berada dalam mobil menuju Rumah keluarga Sugondo, Ayah Ajeng.

Degub jantung Bagas makin berdetak keras tatkala mobil yang ia tumpangi semakin mendekati rumah Ajeng. Satu kesalahan fatal yang ia buat, dan Bagas siap dengan segala resiko yang harus di terima.

Kedua kaki Bagas turun dari mobil, mengamati rumah besar dan mewah milik keluarga Sugondo. Sudah puluhan tahun tidak menapaki rumah ini dan kini ia datang kembali dengan niat baik untuk melamar anak gadis satu satunya yang di miliki Ayah Sugondo.

Langkah kakinya kecil dan begeitu pelan. Degub jantungnya terus saja berdetak kencang tak karuan. Berkali-kali Bagas menarik napas panjang dan di keluarkan dengan perlahan yang katanya bisa mengurangi rasa gugup di dalam hatinya.

Tangannya mulai menekan bel yang ada di depan pintu masuk. Degub jantungnya masih terus berdetak keras bahkan saat ini rasanya jantungnya ingin lepas dari dalam tubuhnya.

'Aku ini kenapa? Kenapa rasanya seperti ini. Cemas sekali?' batinnya di dalam hati.

"Mau cari siapa?" tanya seseorang dari dalam rumah itu.

Tubuh Bagas berbalik dan menatap lekat lelaki muda yang seumuran dengan dirinya sedang menunggu jawaban dan membalas tatapan Bagas dengan sedikit heran.

"Mas Ardi? Apa kabarnya?" tanya Bagas dengan sedikit terbata karena gugup.

"Anda siapa?" tanya Ardi yang memang tidak ingat sedikit pun kepada Bagas.

Perkenalan mereka sudah sangat lama sekali, sewaktu rumah mereka masih dekat. Mungkin saat itu usia mereka baru sembilan tahun dan Ajeng baru berumur empat tahun.

"Bagas, Mas. Mas Ardi gak lupa kan sama Bagas?" ucap Bagas pelan sedikit takut.

Kedua mata Ardi menatap tajam ke arah Bagas yang tampak berbeda dengan puluhan tahun lalu yang ia kenal. Bagas sekarang tinggi, besar, macho, tampan, keren, rapi dan sudah sukses di usia mudanya. Berbeda denagn Bgaas yang puluhan tahun lalu ia kenal. Dekil, kucel, berantakan, walau raut ketampanan sudah nampak hilalnya sejak dahulu.

"Untuk apa kamu datang ke rumah ini!! Belum cukup, Kmau dan keluargamu mempermalukan kleuarga kami dengan ketidak hadiran kamu, semua jalannya acara yang sudah di rencanakan jauh-jauh hari harus hancur berantakan dalam sekejap. SEKEJAP!! Seperti menjentikkan tangan dan semua hancur lebur!! Itu karena kamu!! Sadar atau tidak?!!" teriak Ardi yang sudah geram dan tersulut emosinya.

Bagas menunduk, menerima semua omelan, bentakan dan amukan dari Ardi, Kakak kandung Ajeng.

"Maafkan saya Mas. Kedatangan saya memnag untuk meminta maaf dan merencanakan ulang aara lamaan seklaigus pertunangan Bagas dengan Ajeng," ucap Bagas dengan pelan dan tenang.

"Apa?? Maaf?? Mudah ya bilang maaf. Oh ... tentu sudah di maafkan sejak tadi malam. Tapi, kalau merencanakan ulang, sepertinya Ayah tidak mau membuang waktu lagi. Untung saja, sampai saat batalnya acara ini, Ajeng tidaak pernah tahu ia akan di jodohkan dengan kamu, Bagas. Kalau pun tahu, ia juga akan benci dengan kamu," jelas Ardi dengan suara lantang.

"Boleh saya bertemu dengan Ajeng. Untuk meminta maaf secara langsung?!" tanya Bagas pelan dan sopan.

Ardi menggelengkan kepalanya dengan cepat.

"ARDI!! DIMAS!!" suara Ayah Sugondo begitu keras dan lantang.

Suaranya menggelegar bagaikan petir di siang bolong hingga membuat cemas yang terpanggil.

Ardi pun langsung menoleh ke arah belakang untuk membalas panggilan Ayahnya.

"Iya Ayah. Ada apa?" tanya Ardi dengan sopan.

"Kemana Adikmu!! Dia tidak ada di dalam kamarnya? Kopernya pun juga tak ada!! Apa dia kabur?" tanya Ayah Sugondo dnegan suara keras dan terdengar cemas.

"Ar-ardi tidak tahu Ayah," jawab Ardi berbohong.

"Dimas kemana?" teriak Ayah Sugondo semakin lantang.

Tidak mungkin kedua kakaknya tidak tahu menahu kemana adiknya pergi. Sugondo sangat paham sekali kalau Ardi dan Dimas begitu sayang dengan Kinan tentu akan menjaga adik semata wayangnya itu dengan sangat baik.

"Eh ... Ada tamu. Temanmu Di? Suruh masuk dong. Masuk Nak? Siapa namamu?" tanya AYah Sugondo dengan suara mulai memelan.

Bagas mulai berkeringat dan nampak sekali gugup. Wajah calon mertuanya itu sangat garang sekali.

"Jangan suruh Ayah!! Dia adalah Bagas!! Orang yang sudah membuat keluarga kita malu!!" teriak Ardi dengan geram.

Kedua mata Ayah Sugondo langsung melotot, kedua tangannya mulai terkepal. Terlihat guratan amarah besar di wajah orang tua itu.