Gelak tawa dan teriakan memenuhi rumah kecil kayu dari bilik 'Banya', kami memutuskan untuk mampir sekedar memulihkan keadaan badan yang letih dari perjalanan menembus dinginnya Russia.
Banya adalah traditional spa di Russia, orang Russia secara rutin pergi ke Banya, bagi mereka Banya adalah tempat untuk bersantai, menghabiskan waktu dengan teman atau keluarga, memulihkan jiwa yang letih dan menyehatkan badan.
Menurut keterangan orang setempat, banya sangat baik untuk kesehatan, memperkuat imun system, juga mengurangi stress. Suasana begitu relax, seru dan sedikit konyol ketika dilakukan bersama sama, kabin terbuat dari kayu, perapian sauna dengan pemanas batu diatasnya, yang membuat ruangan kamar mandi hangat dan beruap.
Dengan ruangan aroma khas kayu cedar yang menembus sel tubuh menghasilkan efek relaksasi.
Selama berada di ruang sauna hanya boleh menggunakan handuk dan tutup kepala untuk melindungi rambut dari panas.
Bagian yang terasa konyol, yaitu kita akan di cambuk memakai ranting dan daun pohon birch, dan lari keluar menuju salju dan masuk ke kolam air es.
Kami tertawa geli ketika dan membuat beberapa video dari kelakuan Joseph dan Valter ketika berlarian sambil teriak ke arah salju dan kolam es selepas dicambuk dengan ranting.
Setelah kekonyolan tadi, kami disuguhi teh herbal dengan madu sebagai finishing dari ritual Banya.
Sebelum mencapai apartemen, kami mampir mengamati Monumen Alyosha dari dekat, Monuman yang sangat besar dan tinggi menarik perhatian kami, dengan tinggi sekitar empat puluh dua meter, dibangun untuk mengenang para tentara pada perang dunia II, bentuknya berupa seorang tentara dengan senjata di pundaknya, mewakili para tentara untuk membela Murmansk terhadap invasi Germany selama perang dunia II.
Murmansk dikenal juga dengan kota pahlawan, memiliki banyak kemiripan dengan kota Surabaya Indonesia, mereka juga pernah di bom selama perang dunia II oleh tentara Hitler dan pernah terbakar hampir seluruhnya. Jatuhnya Uni Soviet pada tahun 1989 menyebabkan populasi Murmansk menurun drastis dan keadaan ekonomi Russia yang memburuk pada waktu itu.
-
Kami tiba di apartemen Murmansk pukul 20.00 setelah seharian lelah bertualang, Olga membuatkan kami 'Golubtsi' sebagai makan malam kami, bahan dasarnya adalah kubis yang disajikan dengan isian daging cincang yang di gulung dengan cara tertentu sehingga meningkatkan sisi estetikanya, seperti cara mengulung risolles tapi berbahan kol. Untuk isiannya hampir mirip dengan dimsum China namun dimasak dengan cara di rebus atau dengan cara di oven.
Agar muncul cita rasa khas Ukrainanya, krim asam khas Ukraina dibubuhkan pada golubtsi tersebut. Sebenarnya, makanan Russia dan Ukraina banyak memiliki kesamaan, dikarenakan Ukraina adalah satu kesatuan Uni Soviet di masa itu sebelum pecah menjadi beberapa negara.
" Aku tidak menyangka kamu bisa memasak. " ledek Joseph di sela sela makan malam sambil terus melahap makanan yang tersisa.
" Dia merendahkan kemampuanmu. " sambut Yura memanas manasi.
" Datanglah ke Kiev , aku akan memasakkan kau banyak makanan. " sahut Olga tidak mau kalah.
" Tunggu kami disana . " sahut Joseph dengan nada seperti mengajak perang disambut dengan tawa kami ber tujuh.
" Dan kau Jade, kita akan berkumpul di musim dingin tahun depan di Bali, kuharap kau bisa mengkosongkan jadwalmu dari sekarang. "
Walau terkadang mengesalkan, Joseph adalah kreator keributan yang membuat suasana menjadi ramai dan hidup.
Aku merasa lebih positif, hidup dan bersemangat ketika berada di Russia, berada di antara teman teman sesama travellers, bertukar fikiran dan pengalaman sangat berbeda dengan aku yang dulu saat memulai perjalanan, fikiranku melayang mencoba mengurut kembali semua hari hari yang telah kulewati.
Bagiku Russia memberi warna dan semangat di diriku, sekalipun rumor beredar bahwa orang Russia tidak ramah dan penuh curiga terhadap orang asing, namun buatku Russia sangat menarik dan baik.
Segala kharakter yang terbentuk menurutku terbentuk oleh daftar kelam sejarah panjang negara ini.
Ada banyak pergolakan, pembatasan, ketidak percayaan, pengkhianatan, revolusi, ada banyak luka disana sehingga tidak ada waktu yang cocok untuk banyak tertawa dan tersenyum.
Sejarah negara ini tidak dapat dilukiskan dalam warna warna cerah.
Orang Russia hanya akan tersenyum kepada orang yang dikenalnya, mereka tidak akan tersenyum kepada orang asing, dan selalu menjaga wajah mereka tanpa ekspresi.
Bagi mereka tertawa tanpa alasan adalah tanda kebodohan, berbeda jauh dengan kebiasaan di negaraku Indonesia, yang bisa tersenyum pada semua orang bahkan kepada orang yang belum pernah ditemui sebelumnya. Karena senyum itu sebagian dari ibadah . :)
-
" Jade, Yura ... knock..knock..." Olga mengetuk pintu sambil memanggil namaku dan Yura.
Aku terhenyak kaget dari tidur malamku, meraih hp di meja kecil.
" Udah hampir pukul 08.00 pagi, kita harus segera berkemas nanti kita terlambat ke bandara." bisikku ke Yura yang berada disampingku.
" Tapi hari masih gelap dan matahari bahkan belum bersinar." Tambahku lagi.
" Jade, kita di Russia. " sahut Yura membuka mata dan langsung tertawa kecil.
" Ya, ya... aku terlalu lelah hingga melantur ." Sahutku sambil menyambar handuk dan bergegas pergi mandi.
-
" Bolehkah aku duduk di sini ? " ucap Valter dengan suara rendah sambil menunjuk tempat duduk disampingku di dalam pesawat yang akan membawa kami kembali ke St. Petersburg.
" Tidak masalah jika kamu memiliki tiketmu tertulis nomer yang sama dengan kursi. " ledekku sambil tertawa.
" Mia memberikanku tiket ini, sepertinya dia terlalu sibuk dengan Yura mengenai perjalanan mereka ke Germany " jawab Valter sambil duduk di sampingku.
Hmmm... Mia sangat pandai mengatur segalanya, sehingga semua nampak alami... dimana saja kapan saja aku terperangkap dengan Valter.
" Apa kau sudah memutuskan dengan siapa kau akan pergi setelah St. Petersburg ?" Tanya Valter yang kini duduk di sebelahku.
" Mia dan Yura akan ke Germany besok hari, Olga akan kembali ke Kiev, Liana dan Joseph ke Moskow dan aku akan ke Finland ." sambungnya
" Apa alasanmu mengajakku, bukankah aku hanya akan membuatmu repot nantinya. Kau pergi untuk sebuah pekerjaan kan ? " tanyaku, memandang lurus ke arah Valter.
" Yah, aku pergi karena ada yang harus kukerjakan. Namun bukan berarti aku tidak bisa menemanimu. " jawabnya.
" Dan alasanya ? " tanyaku lagi memastikan.
" Aku mengajakmu karena aku menyukaimu dan aku ingin kita bersama . " jawabnya dengan suara rendah hampir tak terdengar dengan mimik malu yang berusaha ia sembunyikan.
WHAT ? Arrrrhhhhh, sungguh pernyataan cinta yang teramat sangat TIDAK ROMANTIS.
" ehem... aku kurang mengerti apa yang kau bicarakan. " sambungku berpura pura bego.
" Bagiku kamu menarik dan atraktif, dan aku ingin lebih mengenalmu jika kau memberikan aku kesempatan. " jawab Valter dengan nada yakin.
Gilaaaaa... ni orang formal banget.. batin ku dalam hati.
" hmmmm... " berusaha mencari jawaban yang pasti.
" Aku tidak ingin memaksa, kamu hanya perlu menjawab ya atau tidak. " tambahnya lagi.
Aku menelan ludah, mendengar semua kata kata Valter. Aku tersenyum berusaha terlihat santai dan tenang. Ada sedikit panik disana, tapi aku bisa mengontrolnya.
" Baiklah , Valter. Aku memberimu kesempatan mengenalku lebih jauh, dan aku akan membuka diri untuk bisa menerimamu. " ucapku pelan namun tegas.
" Aku akan ke Finland bersamamu. " sambungku sambil tetap menatap wajahnya.
Valter menatap mataku dalam, mungkin ia sibuk mencari kebenaran disana.
🍻🍻🍻