webnovel

Aku Cinta Ayahku

Dari dulu kau memang tak pernah berubah selalu saja memberikanku yang terbaik hingga rasa ini tumbuh. Jangan salahkan aku jika suatu saat nanti kau kan kurebut dari ibuku. Ini adalah Aku, Kiel Rama Jordan. Seorang pebisnis sukses yang usahanya telah meluluhlantahkan dunia. Disinilah aku hidup tanpa keluarga ataupun memiliki kasih sayang tapi KAU tidak akan pernah kubiarkan bebas, tidak peduli jika itu harus membuatku menghancurkan hidupMu.

Miwase · その他
レビュー数が足りません
4 Chs

Ayahku Semakin Cantik

Kali ini, aku berniat melakukan hal baru pada ayahku. Aku ingin melihatnya menangis karenaku, karena bagiku dia sangat cantik, aku pun menjadi penasaran dengan daya tariknya ketika menangis karena diriku. Aku ingin membuat kejutan untuk diriku sendiri.

"Sayang?",panggilku menyelinap masuk ke dalam kamar ayahku dan langsung memeluknya.

"Hm..? R-rama...",ucap ayahku kaget.

"Hehe, maaf mengagetkanmu sayang",ucapku sembari mencium bibirnya lembut.

"....",ayahku menatapku tak berkedip seolah terpesona.

Dapat kurasakan tangan ayahku meraba wajahku, entah apa yang dipikirkannya.

Dengan kejahilanku, aku menyusup masuk dibalik pakaiannya dan menyentuh tubuhnya yang tertutupi oleh baju pemberianku.

"Mmngh..."

"R-rama, hentikan! Apa yang coba kau lakukan?",tanya ayahku dengan tubuh yang tiba-tiba gemetar.

'Hn? Ayahku sangat sensitif pagi ini',pikirku iseng.

Sembari menyusup dibalik bajunya, aku menyentuh semakin ke atas, merasa dua tonjolan yang mengeras disana meskipun datar.

"Ayah? Aku hanya bisa berharap sejak dulu, jika kau tak pernah menganggapku sebagai darah dagingmu dan sekarang, setelah belasan tahun berlalu. Kuharap kau sudah menekankan ini dalam benakmu",ucapku sembari menyentuh wajahnya sementara tanganku satunya lagi mulai menekan salah satu dari dua tonjolan di dadanya.

"Mmnggh",lenguhnya tiba-tiba.

Dengan perlahan, aku mulai mengalihkan tanganku dan kini menyusup di balik celananya. Sejak awal, aku sengaja tidak memberikannya celana dalam, hasilnya aku dengan cepat bisa merasakan miliknya berada dalam genggaman tanganku.

"Sayang... kau membuatku semakin ingin memilikimu dan menjadikanmu sebagai milikku seutuhnya",bisikku dengan seduktif ke dekat telinganya.

"Mmnh",tanpa aba-aba kucium mesra bibirnya yang menggoda.

"R-rama...",ucapnya bagaikan nyanyian merdu di telingaku.

Aku pun kini beralih duduk di depan ayahku, aku mulai menatapnya intens dengan tatapan mesumku.

Bagaikan tersentak kaget, ayahku langsung memejamkan matanya dan mengatupkan mulutnya rapat-rapat, takut bersuara karena kini aku sudah beralih menyentuh sesuatu yang lembut dibalik bongkahan pantatnya.

"Hei, sayang. Aku ingin menyentuhmu sekarang",bisikku lagi-lagi.

"Tidak!",ucap ayahku segera membantah keinginanku yang ingin segera menyentuhnya.

"Mengapa tidak? Jangan lupakan, jika semenjak kau menginjakkan kakimu disini, kau tidak boleh bertahan hidup tanpaku",ucapku dengan seringai yang mungkin akan membuatnya merinding seketika.

Aku tidak mendengarkan ayahku, aku dengan cepat menyelipkan satu jari ke dalam bongkahan pantatnya.

"Ngh?",ayahku terlihat melotot dengan kilatan aneh di matanya.

"R-rama, hentikan ini. Aku masih ayahmu meski kau berusaha keras menghapus ikatan kita",ucap ayahku berusaha keras menahan tanganku untuk masuk lebih dalam ke dalam miliknya.

"R-ramah!",ucap ayahku tersentak kaget.

Dengan paksa, aku pun membalikkan tubuh ayahku, membuatku dapat melihat dengan jelas apa yang ada di dalam bongkahan pantatnya. Aku pun segera melebarkan bongkahan pantat ayahku yang menutup.

"Sayang? Dari awal aku sama sekali tidak berniat menyakitimu dengan perasaanku",jelasku secara tiba-tiba, meski kutahu jika ayahku tidak akan mendengarkan penjelasanku karena dia mulai sibuk dengan pantatnya yang kumainkan.

"Ahh... mmngh... MMMNGH... R-RAMA..."

Aku pun menyentuh wajahnya dan mencium bibir ayahku dari belakang hingga dapat kurasakan tubuh indah ayahku yang melengkung ke depan sementara ayahku menaruh kepalanya di pundakku.

"R-rama?",panggilnya disela-sela getaran hebat yang menimpa tubuhnya sementara aku masih belum memasukkan milikku padanya.

'Maaf ayah! Kali ini aku harus menyiksamu dan membuatmu menangis untukku',pikirku segera melonggarkan lubang di pantat ayahku dengan memasukkan tiga jariku yang lain.

"AAAHHH?",dengan terbelalak, ayahku mulai mendesah tak karuan.

"Rama? Rama? Rama?",panggilnya.

"Mmngh?"

"Maaf ayah, aku ingin kenikmatan duniawi dari dirimu",ucapku segera menjilat telinganya dengan air ludah yang terlihat tipis ketika aku mulai menjauh mulutku dari telinganya.

"Rama? Mengapa kau melakukan hal ini padaku? Aku mencintaimu, tapi bukan perasaan balasan seperti ini yang kuharapkan",ucap ayahku, memejamkan matanya rapat-rapat sementara aku memegang kedua lengannya, membuat ayahku hanya bisa pasrah saat kedua pantatnya kubuat maju mundur tanpa henti.

"Terima kasih, ayah. Berkat cintamu, aku tumbuh menjadi putra yang sangat menyayangimu. Takkan kubiarkan kau bebas dari belengguku",ucapku membalas ucapan ayahku.

"AAAAAAAAAAAAAAAHHHHHHHH",desahnya merdu di telingaku ketika aku mulai memuncratkan spermaku jauh ke dalamnya.

"Hahh, ayahku yang malang. Jadilah milikku dan teruslah hidup dalam cintaku",ucapku ketika ayahku kini sudah terjatuh lemas di atas ranjang.

Aku pun mulai memasukkan milikku lagi ke dalamnya,"ini masih tidak cukup untukku sayang. Ayo kita lakukan hingga dua atau tiga ronde lagi" ucapku santai.

"TI-DAAAAAAAAAAAAK RAMA! BERHENTI SEKARANG! INI BUKAN YANG KUINGINKAN",teriak ayahku mulai menitikkan air mata.

"Tapi ini yang kuinginkan ayahku sayang",ucapku sembari menjilat sela-sela telinganya.

"MMMNGH...",bagaikan melodi merdu, aku terus memainkan ayahku yang berharga.

"Aku selalu menyayangimu, sayang. Cintamu membuatku tak ingin lepas darimu",ucapku kini memaksanya untuk menatap ke arahku.

"Rama?",panggil ayahku pelan sebelum benar-benar jatuh tertidur dengan banyaknya sperma milikku di dalamnya yang mulai mengalir keluar tanpa henti.

"Permisi Tuan, para pengkhianat sudah diberantas habis",ucap Len dari luar.

"Bagus!",ucapku senang kemudian beranjak dari ranjang ayahku.

Setelah menyelimutinya dengan selimut tebal, aku mulai memakai pakaian tipis yang biasa kupakai selesai mandi. Aku membuka pintu dan menyibakkan rambutku ke atas.

"Len, aku masih ada urusan disini. Bisakah kau menggantikanku menghadiri rapat penting perusahaan?",tanyaku padanya.

"Aku mungkin bisa melakukannya, tapi bisakah aku meminta bantuan orang lain juga?",tanya Len penasaran.

Aku pun mengangguk,"ya, aku tidak menyalahkannya kali ini, dia sudah banyak membantuku. Membiarkannya bersama orang yang dicintainya dengan alasan pekerjaan yang kusuruh, bukanlah perkara yang buru" gumamku kemudian menatap wajah ayahku dari kejauhan.

"Sekarang, aku bisa mengawasi ayahku lebih lama",ucapku segera berjalan mendekati ayahku kemudian mencium bibirnya yang sudah membengkak karena ulahku.

Aku sungguh merasa kejam kali ini padanya, biasanya aku memperlakukannya dengan lembut dan memberinya kenikmatan, bukan memaksakan kehendakku dan membuatnya tertidur dengan perasaan gundah. Hidup ini sangat adil untukku. Cukup adil hingga membuatku dengan mudah dapat memilikinya disisiku. Aku tidak pernah menyesal dilahirkan kedua dan dirawat olehnya dengan penuh kasih sayang, ayahku tercinta.

"Ayah? Sayang? Aku harus bisa membuatmu jatuh cinta padaku, membalas perasaanku hingga membuatmu menjadi sangat terobsesi untuk mendapatkanku. Aku percaya, saat-saat itu akan segera tiba. Jadi, tidak ada salahnya menunggu kali ini dengan lebih lama. Wahai ayahku tercinta, pujaan hatiku",ucapku bagaikan sangat terobsesi dengan kehadiran ayahku disisiku.

Aku menghela nafas lega, ketika melihat wajahnya.

'Ayah? Aku ingin melihatmu tersenyum untukku",ucapku menggenggam lembut tangan ayahku ketika mengecup tangannya sayang. Sungguh kehadiran terindah di hidupku, adalah bisa bersamanya. Selamanya.

Selesai. Tamat. Yeay, semoga cukup memuaskan.