" Hallo, Ben!"
- " Ya, Nyonya?" -
" Dimana Valen?"
- " Bos? Eeee..." -
" Katakan saja, Ben! Apa dia bersama...kekasihnya?" -
- " Iy...iya, Nyonya!" -
" Apa...mereka...sedang bersama?"
- " Iy...iya, Nyonya!" -
" Tolong kamu bilang kalo aku mencarinya!"
- " Iya, Nyonya!" -
" Trima kasig, Ben!"
- " Sama-sama, Nyonya!" -
Dia bersamanya! batin Tata setelah menutup panggilannya pada Ben.
" Ternyata dia memang telah memiliki penggantiku!" ucap Tata sambil menjatuhkan tubuhnya ke sofa.
" Apa tidak apa-apa. Bos? Kasihan Nyonya!" kata Ben.
" Aku hanya ingin memberinya pelajaran!" kata Valen.
" Tapi pengacara Nyonya kan sudah diberi pelajaran, Bos!" kata Ben lagi.
" Tapi dia harus tahu bagaimana rasanya akibat berani mempermainkan ku!" kata Valen.
" Bos!" panggil Sean.
" Hmm?" sahut Valen.
" Ada Nyonya Monica bersama Tuan Joe!" kata Sean lagi.
" Suruh masuk! Kebetulan sekali!" kata Valen. Sean membuka pintu ruangan Valen, masuklah Monica dan Joe ke dalam.
" Val!" sapa Monica manja. Valen berdiri dan mendekati mereka lalu membalas pelukan Monica.
" Joe!" sapa Valen.
" Don Valen!" sahut Joe.
" Boleh aku pinjam istrimu sebentar?" tanya Valen.
" Boleh saja, asalkan kalian tidak aneh-aneh!" kata Joe curiga.
" Astaga, sayang! Dia ini kakakku sekarang!" kata Monica.
" Ada apa?" tanya Monica.
" Ikutlah denganku ke kamar!" kata Valen. Lalu mereka pergi masuk ke dalam kamar yang ada di balik lemari buku Valen.
" Apa yang harus aku lakukan?" tanya Monica. Lalu Valen menceritakan tentang semua tentang istri yang sangat dicintainya itu dan juga rencananya pada istrinya. Monica sebenarnya masih sangat mencintai Valen, dan dia sedikit merasa cemburu saat Valen menceritakan Tata.
" Ok! Aku akan melakukannya!" kata Monica. Seandainya apa yang kita rencanaan benar-benar terjadi, Val! Aku akan sangat bahagia sekali! batin Monica.
" Ini! Aku sudah menelpon dia!" kata Valen menyerahkan ponselnya pada Monica.
" Valen menelpon?" kata Tata senang. Dia dari tadi hanya melamun di balkon kamarnya sambil sesekali menatap ponselnya.
" Hallo!"
- " Ini siapa, ya? Kenapa kamu menghubungi suamiku?"-
" Maaf! Aku tidak tahu jika dia sudah menikah!"
Sementara itu Valen yang mendengar suara Tata karena ponsel itu di keraskan, hanya tersenyum saja.
" Sayang! Berikan celana dalamku! Apa kamu lebih suka melihatku seperti ini?" tanya Valen keras, sengaja agar Tata mendengarnya. Itu suaranya! batin Tata lemas. Dia habis bercumbu dengan istrinya! batin Tata dengan mata berkaca-kaca. Secepat itu kamu menikah dan melupakan aku, Val!" batin Tata.
" Kamu sangat seksi tanpa apapun begitu sayang!" ucap Monica dengan suara seksinya. Tata seketika menutup panggilan Monica. Tubuhnya meluruh kelantai, ponselnya terjatuh dari tangannya. Dia tertunduk dengan kedua tangan diatas lutut dan kepala yang di tundukkan diantara betis dan tangannya. Tubuhnya bergetar karena tangisan yang ditahannya agar tidak terdengar keluar kamar.
" Dia menutup telponnya , Valen!" kata Monica.
" Jelas saja! Dia pasti sekarang sedang sedih!" kata Valen.
" Tega kamu sama istrimu!" kata Monica lagi.
" Aku hanya memberikan hukuman kecil padanya, agar tidak lagi punya niat untuk menceraikan aku apapun alasannya!" kata Valen tegas. Ah! Andai saja aku adalah dia! batin Monica yang masih saja menyimpan sedikit harapan pada Valen.
" Trima kasih! Ayo temui suamimu!" ajak Valen dibalas dengan anggukan Monica.
Malam harinya Valen menyerang markas besar Tiger dengan tiba-tiba, setelah mata-mata yang selama ini dikirimnya mengetahui letak markas tersembunyi mereka dan melaporkan kekuatan mereka yang bertambah besar. Penyerangan dilakukan di tengah malam saat mereka sedang beristirahat untuk persiapan penyerangan. Valen merubah rencananya begitu saja tanpa ada yang bisa menebak, karena dia tidak mempercayai siapapun. Mereka melumpuhkan semua prajurit dan tentara tanpa suara dan menyandera semua yang tersisa.
" Bangun!" kata Sean pada Tiger yang sedang tidur bersama seorang wanita. Sepertinya mereka habis bersenang-senang karena tubuh mereka yang toples.
" Bangun!" teriak Sean sekali lagi.
" Brengsek! Siapa yang..."
" Aaaaaaa!" teriak wanita itu melihat banyak orang bersenjata di dalam kamar.
" Bawa dia pergi!" kata Valen yang telah duduk di sofa. Beberapa pria membawa wanita itu keluar dari kamar itu.
" Kamu?" kata Tiger.
" Apa kamu sudah bangun?" tanya Valen.
" Berikan pakaiannya! Aku tidak ingin memukulnya tanpa pakaian!" kata Valen. Sean memberikan pakaian Tiger lalu dipakainya pakaian itu.
" Ternyata kamu tidak menghiraukan ucapanku!" kata Valen.
" Ada apa ini? Kau bilang 3 hari!" kata Tiger.
" Sejak kapan kamu membangun semua ini?" tanya Valen. Tiger menghembuskan nafasnya dan menatap Valen dengan pandangan sinis.
" Tenanglah! Aku bukan tipe pria yang main keroyok!" ucap Valen seakan bisa membaca pikiran Tiger.
" Bos! Kami hanya menemukan dia!" kata Nathan sambil mendorong seorang pria berwajah Asia.
" Han Tamamura!" ucap Ben.
" Kemana yang dua?" tanya Sean.
" Sepertinya mereka melarikan diri, ada jalan rahasia di dalam kamar mandi!" kata Nathan. Kami masih mengejar mereka, Don!" jelas Nathan.
" Perketat penjagaan keluargaku!" kata Valen. Wajah Han seketika berubah pias, karena dia sama sekali tidak menyangka jika Valen akan mengetahui rencana mereka.
" Kenapa? Terkejut?" tanya Valen.
" Beruntung kamu tidak ikut mereka, kalo tidak...aku sangat membenci orang yang menggunakan wanita sebagai tameng!" kata Valen tegas. Tubuh Han bergetar mendengar suara berat Valen. Benar kata mereka, dia lebih mengerikn dari Don Velasco! batin Han.
" Apa kamu berniat menyerangku, Tiger?" tanya Valen.
" Apa maksudmu? Mana mungkin aku melakukan itu?" kata Tiger sedikit bergetar. Sial! Darimana dia tahu rencanaku? Siapa yang berani memberitahu mereka? batin Tiger.
" Lalu untuk apa senjata dan bom yang ada di truk-trukmu?" tanya Valen.
" Itu pesanan seorang teman!" kata Tiger mencoba mengelak.
" O, ya? Siapa? Biar aku hubungi mereka!" kata Valen mendesak. Tiger tidak menjawab pertanyaan Valen.
" Kau tahu peraturannya!" kata Tiger.
" Aku tahu! Dan aku bukan orang yang bisa kau bodohi! Tidak ada negara manapun yang membeli senjata dan bom dalam jumlah itu! Dan kau juga peraturannya!" kata Valen membalikkan kata-kata Tiger. Sial! Teliti juga dia! batin Tiger.
" Ok! Kamu menang! Aku memang bermaksud menyerangmu!" kata Tiger.
" Don?" ucap Han.
" Don? Hahaha! Kamu sudah berambisi sekali untuk dipanggil dengan sebutan itu!" kata Sean.
" Kenapa kamu ingin menyerangku?" tanya Valen memberikan kesempatan Tiger untuk membela diri.
" Aku membencimu..."
" Kau..."
" Sean!" cegah Valen yang melihat Sean marah dan akan mendekati Tiger karena ucapannya.
" Kenapa membenciku?" tanya Valen.
" Karena kamu mengambil posisi yang harusnya aku miliki!" kata Tiger.
" Aku mendapatkan bukan karena papa Gabriel, tapi para tetua mendukungku!" kata Valen.
" Karena mereka takut padanya!" kata Tiger.
" Sudahlah! Sebaiknya kamu menyerah dan pengadilan bawah akan memberikan hukuman padamu!" kata Valen.
" Aku ingin memelukmu untuk terakhir kali!" kata Tiger.
" Hmm! Boleh!" kata Valen tanpa curiga. Tiger mendekati Valen dan memeluknya dengan erat.
" Aku sudah menanam bom di ruangan ini dan terhubung dengan milikku! Jika kamu tidak membiarkan aku pergi, kita akan mati bersama!" kata Tiger.
" Ruth!" panggil Valen.
" Maksud anda ini Tuan?" tiba-tiba wanita yang bersama dengan Tiger tadi masuk dengan memakai pakaian seperti tentara sambil membawa sebuah chip di tangannya.
" Kamu..." seketika tubuh Tiger lemas.
" Kau pikir aku tidak tahu kelemahanmu? Kamu pikir kamu bisa menahannya? Aku adalah Ruth, wanita penggoda julukanku! Tidak ada pria dimuka bumi ini yang tidak akan memberikan miliknya untukku!" kata Ruth sinis.
" Bawa mereka!" kata Valen.