" Meskipun setelah apa yang dia lakukan saat ini?" tanya Valen.
" Papa...tahu...?" tanya Reva terkejut.
" Ah! Reva lupa siapa papa!' kata Reva baru sadar siapa papanya.
" Sebesar itukah cintamu pada pria brengsek itu?" tanya Valen.
" Sebesar apa cinta mama ke papa?" tanya Reva. Valen tersenyum pada Reva.
" Sebesar itulah cinta Reva ke Andra, Pa!" kata Reva.
" That lucky bastard!" geram Valen.
" This is all my fault too!" ucap Valen.
" Apa maksud papa?" tanya Reva.
" Kamu masih ingat Papa Lewis?" tanya Valen. Reva menerawang jauh, dia mengingat-ingat orang yang disebutkan papanya.
" Papa...Lewis? Papa Reva yang suka foto?" tanya Reva mengingatnya.
" Iya!" jawab Valen.
" Apa hubungan semua ini dengan dia, pa?" tanya Reva penasaran.
" Luke adalah adik kandung dari Papa Lewis! Dia telah lama merencanakan semua ini, sayang! Dia memang berniat untuk menghancurkan keluarga kita! Bodohnya papa tidak menyadari semua itu! Dan papa terlambat untuk melindungimu!" tutur Valen memukul pintu mobilnya karena kesal. Reva terperanjat mendengar penuturan papanya. Perasaannya semakin hancur mendengar penuturan papanya, dan dengan bodohnya dia tergoda dengan kesenangan sesaat.
" Tapi papa sudah membereskan semua, sayang! Maafkan papa yang terlambat menyelamatkan dirimu!" kata Valen menyesal.
" Apa yang papa lakukan?" tanya Reva menatap Valen.
" Sesuatu yang akan membuat dia dan seluruh keluarga besar Richard menyesal pernah terlahir ke dunia!" kata Valen dingin. Reva bergidik mendengar suara papanya.
" Pa!" panggil Reva.
" Ya, sayang?" jawab Valen mendekap putrinya.
" Reva hanya ingin hidup sendiri sekarang! Please, take me away from all of this!" mohon Reva pada Valen dengan mata berkaca-kaca. Valen sangat terpukul mendengar perkataan putrinya itu.
" Yes, darling! I will!" jawab Valen mengecup puncak rambut putrinya.
" How about mom?" tanya Reva khawatir, dia tidak mau mamanya jadi sedih melihat keadaannya.
" I promise she won't know!" jawab Valen.
Valen langsung membawa Reva saat itu juga ke negara S dan mengobatkan Reva pada seorang psikiater terkenal di sana yang bernama Dr. Matt Dominic . Valmont sangat senang saat tahu jika Reva akan tinggal di negara S.
Revan membaringkan tubuhnya di ranjang, dia baru saja sampai di rumahnya setelah meninggalkan Gina di apartementnya. Sepanjang perjalanan Revan berpikir keras akan kehidupan seksnya. Apa dia impoten? Kenapa miliknya tidak dapat menegang sempurna saat bersama wanita-wanita itu? Revan kesal sekali. Hampir sebulan Revan tidak bertemu dengan Wina dan dia sangat merindukan gadis itu. Ditekannya nomor Wina, tapi nomor tersebut tidak bisa dihubungi. Sial! Berani sekali dia memblokir nomornya. Revan sangat marah.
" Halo, Jim! Bawa Dia kemari!" kata Revan memberi perintah pada Jim, asistennya - ( " Baik, Bos!" jawab Jim)
Revan mematikan ponselnya dan melepaskan pakaiannya untuk membersihkan tubuhnya. Dia mau jika Wina datang, dia langsung melepaskan semua nafsu yang tertahan di dadanya saat itu juga.
Ponsel Revan berdering, nama Jim tertera di layar ponsel.
" Halo!" jawab Revan dengan tubuh masih basah dan toples. - (" Maaf, Bos! Nona tidak ada di negara ini!" kata Jim)
" Apa? Apa maksdumu tidak ada di negara ini?" tanya Revan marah. - (" Nona telah pergi, Bos!" jawab Jim)
" Apa? Cari! Jika dalam waktu 3 hari tidak ketemu, kalian akan tahu akibatnya!" kata Revan marah lalu membanting ponselnya ke tembok.
" Argghhhhh! Kemana lo Wina? Beraninya lo menghilang dari gue!" teriak Revan.
Sementara itu Reva menjalani terapi dan pengobatan di Negara S di sebuah RS ternama disana. Valen menitipkan Reva pada Joe dan Monica.
" Aku percaya sama kalian!" kata Valen.
" Tentu saja! Kami akan menjaganya seperti biasa, Val!" kata Monica.
" Iya, Mon! Aku percaya!" jawab Valen.
" Jangan khawatir Om! Aku akan menjaganya dengan nyawaku!" kata Valmont bersemangat.
" Vee! Lebay banget!" kata Joe.
" Apa'an sih, pa!" jawab Valmont kesal.
" Ya Sudah! Kalo ada apa-apa kalian tahu cara menghubungiku!" kata Valen.
" Iya!" jawab Monica.
Valen langsung kembali saat itu juga karena tidak mau Tata akan curiga padanya.
Keesokan harinya Andra mendatangi ruangan Susan dengan penuh percaya diri.
" Susan!" sapa Andra yang langsung membuka pintu dan sedikit terkejut melihat Susan sedang bermain bibir dengan seseorang.
" Apa anda tidak punya sopan-santun?" kata pria itu marah.
" Apa anda punya?" sindir Andra balik.
" Frans! Sudahlah! Aku yang lupa mengunci pintu tadi! Dia pasienku!" kata Susan.
" Aku pergi, sayang! Nanti aku tunggu di apartement!" kata Frans pelan, tapi Andra masih bisa mendengarnya. Kemudian Frans mengecup sekilas bibir Susan dan pergi meninggalkan mereka.
" Dia..."
" Mana hasilnya?" tanya Andra yang tidak mau tahu siapa orang itu. Susan memejamkan matanya, kenapa dia ingin Andra merasa cemburu pada Frans tadi? Jangan gila, Susan! Lo sudah tunangan dan Andra adalah seorang playboy! batin Susan.
" Silahkan duduk!" kata Susan yang duduk di kursinya. Andra duduk di kursi yang berada di hadapan Susan. Susan membuka hasil dari pemeriksaan kemarin.
" Hasilnya bagus! Anda bisa..." belum sempat Susan memberikan penjelasan, Andra menggerakkan kursinya yang beroda mendekati Susan. Diputarnya kursi Susan agar bisa menghadap padanya.
" Apa yang anda lakukan?" tanya Susan dengan jantung berdebar cepat.
" Gue tahu lo menginginkan gue!" kata Andra mendekati wajah Susan dan tangannya masuk ke balik rok Susan yang pendek, dengan cepat Susan menahannya.
" Jangan kurang ajar, anda..." Andra melumat bibir dokter itu dengan kasar, ditekannya tengkuk Susan dan tangannya meremas dada Susan.
" Ahhh!" desahan lolos dari bibir Susan. Dengan gilanya Susan menaikkan roknya dan naik ke pangkuan Andra. Dilepaskannya jas dan kemejanya lalu dilumatnya bibir Andra. Susan sangat menginginkan Andra, semalaman dia tidak bisa tidur membayangkan milik pria sombong itu. Andra melepaskan kait bra Susan dan melumat dada dokter itu.
" Ahhhh! Yesss! Ohhhh!" desah Susan sangat menikmati lematan dan remasan Andra. Dasar jalang! batin Andra. Andra mengigit leher dan dada Susan, Susan yang sudah merasa nikmat tidak menghiraukan semua itu. Dia hanya mendesah dan mengerang saja.
" I want you, Ndra!" bisik Susan di telinga Andra sambil menggigit telinga pria itu. Andra membaringkan Susan di meja kerjanya lalu menarik celana dalam Susan. Susan membuka lebar pahanya, terlihat milik Susan yang ditumbuhi dengan rambut halus. Andra memasukkan 2 jarinya disana lalu memainkannya, Susan menggila, dia sesekali melihat tangan Andra yang bermain.
" Yes! That's it! Yes! Ohhh!" racau Susan karena perut bagian bawahnya telah mengejang dan keluarlah cairan dari dalam miliknya. Lalu Andra menuju ke wastafel dan membersihkan jari dan bibirnya. Andra merapikan pakaiannya, sementara Susana yang lemas di atas meja hanya menatap Andra dengan tatapan berharap.
" Apa yang kamu lakukan?" tanya Susan yang menahan hasrat seksnya.
" Lain kali kita sambung lagi!" kata Andra lalu meninggalkan Susan sendiri.
" Brengsek lo Andraaaaa!" teriak Susan yang tidak perduli lagi dengan dimana dia berada saat ini.
Andra semakin lama semakin liar, kehidupannya hanya menyakiti wanita dan mempermainkan hati mereka saja.