webnovel

Cemburu!

" Kamu..."

Tok! Tok! Tok! Ketukan pintu menghentikan perdebatan mereka.

" Masuk!" jawab Tata. Masuk seorang gadis muda yang cantik membawa dokumen dan berhenti di depan Tata dan Fero yang sudah duduk disamping Tata.

" Bu Tata! Ini sebagian laporan dari Devisi Perencanaan!" kata gadis itu, lalu memberikan dokumen tersebut pada Tata.

" Apa mereka akan menyelesaikannya minggu depan?" tanya Tata.

" Mereka minta waktu 3 minggu Bu!" ucap gadis itu. Tata tahu jika sebenarnya dia terlalu memaksa mereka, karena tidak mungkin mereka sanggup menyelesaikannya dalam jangka waktu dua minggu, meskipun mereka bekerja dengan cara lembur.

" Baiklah!" jawab Tata sedikit kecewa.

" Saya permisi dulu, Bu!" pamit gadis itu dan pergi keluar dari ruangan Tata.

" Kenapa kamu menyuruh Devisi Perencanaan menyelesaikan laporan secepatnya?" tanya Fero curiga.

" Itu urusanku sebagai Pimpinan Perusahaan, Fer!" jawab Tata cuek.

" Apa aku sudah tidak penting lagi?" tanya Fero dengan sedikit marah.

" Ada hal-hal yang boleh dan tidak boleh kamu tahu tentang Perusahaanku!" jawab Tata serius. Fero menahan amarah di dalam hatinya, dia tidak mau jika dia marah sekarang membuat Tata akan membencinya. Dia bermaksud menyelidiki apa yang sebenarnya terjadi pada orang yang dicintainya sekarang ini.

" Kita pulang?" tanya Fero. Tata sebenarnya malas pulang bersama Fero, dia takut nanti akan terjadi salah paham anatar dirinya dan Valen, sehingga membuat Valen marah dan menghukumnya seperti tadi pagi. Hukuman dia tadi pagi saja masih terasa sedikit perih di tubuhnya, tapi dia juga tidak bisa langsung mengatakan tidak pada Fero, karena bagaimanapun mereka masih dekat. Ah, sudahlah! Apa yang terjadi nanti, terjadilah! batin Tata pasrah.

" Iya!" jawab Tata lalu dia membereskan dokumennya dan meletakkannya di dalam kabinet. Mereka keluar dari ruangan Tata dan menuju lantai ke lift. Di dalam lift Fero memandangi Tata dengan perasaan campur aduk. Tata yang tahu Fero sedang memandanginya hanya diam saja sambil memainkan ponselnya.

" Nanik! Reva mana?"

- " Reva tidur, mbak!" -

" Jam segini?"

- " Sepertinya dia capek habis pergi sama mas valen!" -

" Apa? Dia sama...memang kemana?"

- " Sepertinya makan pizza! Orang pulang-pulang saya sama Sumi dibawakan Pizza!" -

Pintu lift terbuka, mereka keluar dari lift dan berjalan ke parkiran.

" Apa dia nggak mandi?"

- " Kata mas valen biar saja! Kasihan!" -

" Tapi pakaiannya kan kotor!"

Tata masuk ke dalam mobil Fero dan Fero membawa mobilnya menuju apartement Tata.

- " Terus bagaimana? Apa saya bangunkan?" -

" Nggak usah! Biar nanti aku yang bangunkan!"

- " Ibu sudah pulang?" -

" Iya! Aku capek! Tadi rencana mau lembur, tapi nggak jadi!"

" Ya, sudah, Nik!"

- " Iya, mbak!" -

Tata mematikan ponselnya dan menyimpannya di dalam Tas.

" Reva kenapa?" tanya Fero.

" Dia kecapekan! Belum bangun!" jawab Tata dengan datar.

" Darimana?" selidik Fero.

" Main sama temannya!" jawab Tata bohong, dia sudah tahu jika Fero akan bertanya.

" Oooo!" respon Fero. Mereka telah sampai di parkiran apartement Tata yang terletak di bawah tanah, kemudian mereka keluar dari dalam mobil dan masuk ke dalam apartement. Seperti biasa, Fero akan mampir ke apartement Tata untuk sekedar bermain dengan reva maupun sekedar duduk minum kopi. Dada Tata berdetak sangat kencang saat kakinya melangkah keluar dari lift dan saat semakin dekat dengan apartementnya. Dia sudah pasrah dengan apa yang akan terjadi pada dirinya jika sampai Valen mengetahui Fero ikut ke apartement dengannya.

" Ta!" panggil Fero saat mereka sampai di depan pintu apartement Tata.

" Hmm?" sahut Tata. Fero memegang kedua tangan Tata.

" Jangan seperti ini jika di depan reva! Aku ingin dia selalu merasa bahagia! Tidak melihat kita saling bermusuhan dan diam!" ucap Fero lembut. Tata kasihan melihat Fero yang seperti ini, dia telah banyak membantu Tata selama ini. Tapi Tata sangat mencintai Valen, dia tidak mau lagi berpisah dari pria yang telah membuatnya mengenal apa arti cinta dan kenikmatan.

" Iya!" jawab Tata. Fero tersenyum dan dengan cepat mengecup tangan Tata. Tata tidak mampu menolak ketulusan Fero, anggap dia salah, tapi hatinya begitu lemah jika merasa kasihan pada seseorang. Kemudian mereka masuk ke apartement Tata. Mata Tata menyapu seluruh ruangan di apartementnya dengan langkah perlahan, dia takut jika tiba-tiba Fero bertemu dengan Valen.

" Pak Fero?" Sumi kaget melihat Fero.

" Ada apa, Sum? Kok, kaget gitu?" tanya Fero menatap Sumi, lalu dia duduk di ruang tengah seperti biasa. Tata memberi kode pada Sumi lewat kedipan matanya.

" Nggak, Pak! Kaget aja! Saya kira mbak Tata pulang sendiri!" jawab Sumi sekenanya sambil hatinya marah-marah karena kebodohannya.

" Biasanya juga sama saya, Sum!" jawab Fero yang merasa agak aneh dengan sikap Sumi.

" Iya, Pak! Soalnya tadi mbak Tata berangkat sendiri ke kantor!" jawab Sumi pintar mencari alasan.

" Kan karena dia ada janji dengan temannya!" jawab Fero lagi.

" Aku ke kamar dulu, Fer! Sumi bikinkan Pak Fero kopi!" kata Tata.

" Iya, Mbak!" jawab Sumi. Fero menatap Tata sampai hilang di balik pintu, lalu dia membuka ponselnya. Tata memutar tubuhnya setelah menutup pintu dan menguncinya. Dilihatnya tubuh atletis Valen yang sedang tidur dengan hanya menggunakan boxer saja. Selimut yang dipakainya telah melorot hingga ke paha, sehingga sesuatu dari balik boxernya terlihat menonjol. Tata menelan salivanya, sialan! Kenapa reaksi tubuh gue gini banget? Astaga Ta? Apa lo sekarang bener-bener sudah jadi orang mesum? batin Tata. Dia berlari ke kamar mandi untuk menghindari pikiran kotornya. Beberapa saat kemudian dia melakukan ritual setelah mandinya sedikit lebih lama, karena dengan adanya Valen, dia jadi harus memberikan perhatian extra pada beberapa daerah sensitifnya. Tata memakai piyama mandinya dan berjalan keluar dari kamar mandi. Dilihatnya Valen masih tertidur, lalu dia meraih celana dalam dan bra warna merah. Dipakainya celana dalam yang tadi diambilnya, tiba-tiba sebuah tangan telah melingkar dipinggangnya.

" Ahhh!" tata berteriak kaget, lalu dengan cepat ditutupnya mulutnya. Fero dan Sumi yang mendengar teriakan Tata menjadi kaget dan berlari ke depan pintu kamar Tata. Tok! Tok! Tok!

" Ta! Kamu nggak pa-pa?" tanya Fero. Valen yang saat itu sedang mencium bahu dan leher Tata menghentikan aksinya mendengar suara Fero memanggil nama Tata. Tata seketika memejamkan matanya dan mengigit bibir bagian bawahnya.

" Kenapa ada suara laki-laki?" tanya Valen.

" Sayang! Kamu tenang dulu, ya! Aku akan jelasin semua!" kata Tata sambil mengelus dada Valen. Tok! Tok! Tok!

" Tata sayang! Kamu nggak papa kan?" panggil Fero lagi. Mata Valen seketika membulat sempurna menatap Tata.

" Sayang?" ucap Valen menatap Tata sambil mengulang panggilan Fero. Tata yang mendengar ucapan Fero ikut membulatkan matanya kaget. Valen akan melangkahkan kakinya ke pintu, tapi Tata menahannya.

" Percaya sama aku!" mohon Tata.

" Kamu.."