webnovel

Harus Berpisah

Beberapa minggu kemudian,

Mayang berbaring tak berdaya diatas kasur empuk di sebuah hotel berbintang. Dadanya naik turun seiring dengan nafasnya yang menderu.

Sementara di bawahnya telah mengangga dan penuh dengan air kenikmatan saat selesai bersebadan Marwan. Baru saja, Mayang melepas dahaga rindunya bercinta dengan Marwan setelah mendapatkan pesan dari pria itu di tengah dia berkumpul dengan suami dan anaknya, yang memintanya untuk ke hotel. Mayang yang sudah kehausan pun menurutinya.

Sekarang dia merasa puas.

Marwan kembali dari balkon hotel setelah menerima telepon yang dia terima beberapa saat yang lalu.

Mayang hanya menatap pak Marwan dengan tatapan penuh arti dan pak Marwan pun menyadari itu.

"Kenapa ibu lihat saya seperti itu?"

"Ehmmm..ada yang mau saya bicarakan pak"

"Apa itu bu? Katakan saja?"

"Sa...saya hamil, Pak"

Akhirnya Mayang berani mengatakan pada pak Marwan bahwa pada saat ini dia sedang berbadan dua.

"Saya sudah telat datang bulan 2 minggu, Pak."

Marwan hanya diam tidak bereaksi dan terus mendengarkan seluruh perkataan Mayang yang duduk bersimpuh diatas kasur.

"Dan menurut testpack hasilnya positif, Pak."

"Terus?"

Mayang begitu terkejut dengan respon Marwan yang begitu dingin dan kurang antusias terhadap berita kehamilannya.

"Kamu mau apa bu?"

"Maksud saya saya ndak mau menggugurkan bayi tak berdosa ini."

Mayang hanya menunduk sambil terus berbicara dengan suara yang mulai bergetar.

"Dan saya sudah tidak kuat hidup seperti ini lagi, saya sudah mengkhianati keluarga saya, jadi...jadi saya...?"

"Anda ingin menyudahi semua ini bu? Iya?"

Mayang begitu terkejut mendengar kata kata pak Marwan soal menyudahi hubungan gelap mereka selama ini.

"Baiklah kalo begitu anda bebas mulai sekarang dan mulai saat ini ibu ndak perlu datang lagi."

Mayang hanya diam mendengar kata kata pak Marwan, disatu sisi dia lega bisa lepas dari jeratannya.

Namun di sisi lain dia merasa ada yang hilang dengan berakhirnya hubungan mereka saat ini.

"Itu yang anda inginkan bu?"

"I...iya pak."

Mayang tiba di rumah dengan perasaan tidak karuan, dia masuk ke dalam rumah dengan badan yang terasa lemas tak berdaya.

Sebelum masuk ke ruang tengah, Mayang membuka tas kecil dan mengambil cincin perkawinan dari dalamnya.

Dia memakai kembali cincin itu di jari manisnya setelah sebelumnya dia copot saat melayani pak Marwan di hotel.

"Sudah berakhir...."

"Yah...akhirnya semua berakhir."

"Aku dapat kembali lagi..."

"Kembali menjadi istri dan ibu untuk keluargaku."

"Aku tidak perlu khawatir lagi."

Sore itu Novi baru saja selesai mandi dan baru saja masuk ke ruang tengah ketika ayah dan ibunya sedang berbicara serius.

"Yang bener bu?"

"I...iya."

"Ada apa pak?" tanya Novi menyela pembicaraan mereka.

"Ini, ibumu hamil."

"Hamil?" Novi begitu terkejut mendengar hal itu.

"Iya, katanya kamu pengen punya adik? Mau cewek atau cowok?"

"Kan belum tahu, Pak?"

"Ah iya bener juga."

Mayang bersyukur melihat reaksi keluarganya yang senang dengan kabar kehamilannya, dia berpikir ini adalah langkah tepat yang dia ambil.

Meskipun pada kenyataannya calon janin yang tumbuh dalam rahimnya ini berasal dari benih orang lain yang bahkan dia tidak yakin yang mana.

"Novi senang mau punya adik?"

"Hahah iya bu, Novi senang."

"Kan sudah mau punya adik, Novi harus banyak mengalah nanti."

"Iya pak hehe."

Mayang terpaksa membohong keluarganya tentang kenyataan sebenarnya tapi dia berdalih ini semua demi calon bayi di perutnya.

Dan sebagai seorang ibu di harus melakukan segala sesuatu demi menjaga calon bayi yang ada dalm rahimnya

Surrrrrrrrrrrrrrrr

Air shower hangat membasahi tubuh Mayang yang sedang mandi malam itu, entah kenapa dia melamun dalam kamar mandi saat itu.

Mayang meraih botol sabun di sampingnya dan menekan keluar cairan sabun berwarna putih itu ke atas telapak tangannya.

Namun tiba tiba Mayang merasa botol dalam genggamannya berubah menjadi sesuatu yang mengeluarkan cairan.

Mayang menarik nafas dalam ketika tiba tiba birahinya muncul lagi entah apa sebabnya.

"Aku seharusnya sudah berhenti."

Mayang lalu membalurkan seluruh cairan sabun itu keseluruh tubuhnya sambil membayangkannya sebagai air yang kental.

Bagian bawah Mayang kembali basah ketika membayangkan cairan kental memenuhi permukaan kulit seluruh tubuhnya.

Dan entah sejak kapan acara mandi malam itu berubah menjadi pemuasan diri yang Mayang lakukan dengan bantuan tangannya sendiri.

*

Jam menunjukkan pukul setengah satu dinihari namun Mayang masih terjaga belum juga berbaring untuk tidur.

Dia terduduk di depan meja rias sambil terus melamun melihat pantulan dirinya yang hanya memakai kimono yang tak terikat.

Dia menggerakkan jari telunjuknya maju ke arah cermin dan menempelkannya pada bayangan buah dadanya di cermin itu.

Meskipun sudah seminggu sejak dia terakhir berhubungan dengan pak Marwan namun dia tidak bisa melupakan yang telah terjadi.

Dia merasa birahinya memuncak dan tubuhnya terasa panas, dia merasa sensasi kenikmatan yang diberika pak Marwan membuatnya kecanduan.

Dia tidak tahu mana yang nyata dan mana yang palsu, dia merasa sedang berada dalam sebuah mimpi yang tidak bertepi.

Dia tidak bisa menghentikan suara suara pak Marwan yang terngiang ngiang dalam kepalanya yang seakan memanggilnya.

Mayang lantas mengambil keputusan. Dia ingin meminta hubungannya dengan Marwan kembali seperti semula. Sepertinya setan sudah mendominasi dirinya. Daripada dia tersiksa karena kebutuhan batinnya tidak terpenuhi. Lebih baik dia kembali bersama Marwan berpetualangan dengan lebih ganas dengan pria itu. Ah, sudah tidak sabar lagi rasanya.

*

Keesokan harinya, Mayang mengantarkan anaknya seperti biasa ke sekolah. Dia terheran-heran karena tidak menemukan Marwan di sana. Dia bahkan sampai celingukan. Namun, pria itu tidak jua muncul.

"Bagaimana ini? aku sudah kangen berat."

Mayang mengigit bibirnya. Dia pun dengan nekat menuju ruang kepala sekolah. Dia rindu tatkala dirinyaa dibius dan disekap. Ingin rasanya Mayang mengulanginya lagi.

Namun, ternyata pria bertubuh gempal berotot itu tidak ada. Mayang patah hati. Mau menghubungi tapi nomernya tidak bisa dihubungi lantas bagaimana?

Tidak ada pilihan lain selain pergi ke rumahnya. Kemana lagi pria itu kalau tidak di rumahnya. Iya, pasti di sana Mayang bisa menemukannya. Bisa kembali melepas hasrat yang sudah lama dipendamnya.

Saat hendak berbalik arah, tiba-tiba dia melihat pria itu sedang berjalan dari ujung lorong. Mata Mayang langsung berbinar. Namun, memudar tatkala dia melihat seseorang wanita yang sedang digandeng oleh beliau.