....
" Mmm.. bapak cuma pengen ngajak kamu pulang bareng "
" Eeh? Pulang bareng? "
" Iyaa "
' Aduh jantung ku.. kenapa aku deg degan ya? padahal cuma diajak pulang bareng. ' Batin Rika
" Mmm.. engga usah pak, rumah saya kan engga jauh dari sekolah. Jadi saya bisa jalan kaki ke rumah "
" Engga papa kok, saya lagi pengen bareng kamu pulangnya"
" Lagi pula beberapa hari lagi kita bakalan sering pulang bareng, jangan kan pulang bareng kita bakal pergi ke sekolah bareng-bareng " Pak Dimas mendekati telinga Rika dan membisikkannya.
' Hah? pergi pulang bareng-bareng? Astagfirullah.. aku lupa 5 hari lagi aku bakal nikah sama pak Dimas. '
" Rika.. wajah kamu kok merah? kamu sakit ya? "
" E-enggak kok pak "
Tanpa sadar wajah pak Dimas sudah ada di hadapan Rika. Rika pun terkejut dan berusaha menjauh dari pak Dimas supaya jarak diantara mereka tidak sedekat tadi. Tapi tak terduga, ketika Rika ingin menjauh tangan pak Dimas langsung sigap memegang pinggang Rika. Supaya Rika engga bisa coba-coba menjauh. Rika berusaha untuk melepas pegangan pak Dimas dengan cara memegang dada pak Dimas dan mendorongnya. Tapi usaha itu sia-sia.
" Kenapa? engga bisa lepas ya? " Ucap pak Dimas sambil tersenyum
" Pak.. tolong lepas pak, gimana kalau ditengok orang pak, apa yang akan mereka pikirkan kalau melihat kita seperti ini "
" Kalau kamu mau saya lepas, kamu harus mau pulang bareng saya "
" I-iiya pak, saya mau pulang bareng bapak.. jadi saya mohon lepaskan saya pak "
" Nah gitu dong, kalau kamu bilang mau dari tadi kan saya ngga perlu pakai cara ini "
" I-iiya pak "
....
Rika dan pak Dimas pun berjalan hingga mendekati gerbang sekolah.
" Rika, kamu tunggu sini ya. Saya mau ngambil mobil dulu diparkiran "
" Eh.. Saya ikut pak " Sergapku langsung
" Kamu tunggu di sini aja, parkiran kan jauh. Nanti kamu capek "
" Engga papa, pak... Saya ikut ya pak "
" kamu pengen bareng saya terus ya? " menundukkan badan hingga menyamai tinggi Rika, sambil tersenyum manis kepada Rika. Bahkan senyumannya melebihi permen, hampir diabetes rasanya.
" Ehh.. e..eenggak kok pak, saya cuma engga mau ngerepotin bapak. Kalau saya nunggu disini, bapak harus putar arah lagi. Jadi.. lebih baik saya ikut bapak ke parkiran " Rika pun menjawab sambil memalingkan wajah, agar pipi merahnya tidak terlihat oleh pak Dimas.
" Ooo gitu ya sudah, ayok " pak Dimas pun membalikkan badan hendak berjalan menuju ke parkiran, tanpa aba-aba. Tangan pak Dimas langsung menggenggam tangan mungil Rika. Rika pun terkejut.
" Pak.. t..ttangan bapak " Ucap Rika sambil menatap pak Dimas, memberitahu apa yang dilakukan tangan pak Dimas ke tangan mungil Rika.
" Iya, tangan saya kenapa? "
" Bapak mau menuntun saya ke parkiran? "
" Tenang aja pak, saya tau kok parkiran dimana. Kalau pun saya engga tau, saya kan ada di samping bapak. Jadi.. engga mungkin saya tersesat. Trus.. kalau ada yang lihat kita pegangan tangan gimana pak? saya engga mau dapat omongan jelek tentang saya dan bapak "
" Aduu..hh kamu ternyata cerewet juga ya, jadi engga sabar pengen cepet-cepet nikah deh. Biar tiap hari denger kamu cerewet terus "
" Iiiihh.. kok jadi ngomongin itu, bapak jangan ubah topik pembicaraan. Lagi pula saya engga cerewet, saya ngomong kayak tadi cuma buat ngejelasin aja, pak "
" Iya iya saya engga nuntun kamu kok, saya cuma pengen pegang tangan kamu aja. Lagi pula di sini udah sepi, cuma ada kita berdua dan pak satpam di pos "
" T..ttapi pak "
" ya udah.. saya ada 2 pilihan untuk kamu "
" 2 pilihan? apa pak? "
" Pilihan pertama kita ke parkiran sambil gandengan tangan, atau yang kedua saya gendong kamu sampai parkiran "
' Buset.. pilihannya kayak kamu mau mati sendiri atau saya yang bunuh kamu, 2 pilihan yang betul-betul diujung maut. Astagfirullah cobaan apa ini '
" engga ada pilihan lain ya pak? kok dua-duanya kayaknya sama aja pak "
" Oooo ada 1 pilihan lagi, tadinya saya engga mau keluarin pilihan ini. Tapi karna kamu nanyak ada pilihan yang lain atau engga, jadi saya sebut aja ya.."
" Pilihan yang 1 lagi apa pak? "
" 1 pilihannya lagi yaitu... kita kembali ke kantor saya. Saya akan mencium kamu sampai setengah jam. Setelah itu kita pulang tanpa ada gandeng tangan atau gendong kamu " Ucap pak Dimas sambil menjajar kan tingginya hingga menyamai tinggi Rika, dan menyentuh bibir bagian bawah Rika menggunakan jari telunjuk pak Dimas.
" A..aapa..jjangan pak " Rika pun langsung mundur beberapa langkah agar menjauh dari pak Dimas sambil menutup bibirnya dengan kedua tangannya.
" Tuh kan kamu engga mau, makanya tadi saya sudah bilang. Saya engga mau keluarin pilihan terakhir, karna saya yakin pasti kamu menolaknya "
" Jadi gimana, kamu pilih yang mana dari ketiga pilihan tadi. Saya hitung dari 1 sampai 3 ya.. "
" Satu.. " Pak Dimas pun mulai menghitung
' Aduuuh gimana nih, aku harus pilih yang mana.. semua pilihannya betul-betul menyulitkan. Udah pikiran ku engga karuan lagi gara-gara pilihan terakhir yang diucapin pak Dimas tadi '
" Dua.. "
' Ya ampun ya ampun ya ampun.... '
" Tiga.. "
" Ssaya pilih yang pertama "
" Yahhh.. saya agak kecewa deh, saya kira kamu bakal pilih yang ke- 2, walau kamu udah nolak yang pilihan 3. Seharusnya pilihan pertama saya buat tidur Bersama nanti malam, tapi udah bikin pegangan tangan "
" Iiiihh.. bapak.. dasar mesum.. tahan pak.. tinggal 5 hari lagi "
" Yaa kamu bilangnya 5 hari lagi, bagi saya 5 hari tuh udah kayak 5 bulan.. lama banget.. "
" Y..yya udah yuk pak pulang.. dari tadi kita di sini trus ngga jalan-jalan "
" Iyaa.. ayuk " Jawab pak Dimas mulai mengenggam tangan Rika dan menariknya ke dekat pak Dimas.
Mereka pun mulai berjalan menuju parkiran. Sesampai mereka di parkiran pak Dimas dan Rika masuk ke dalam mobil. Pak Dimas mulai mengemudi mobil menuju luar sekolah hingga sampai di rambu lalu lintas yang kebetulan berwarna hijau, keheningan memasuki ruang mobil pak Dimas.
" Mmm.. Rika "
" Ya pak? "
[ Akhirnya.. ngobrol juga mereka ]
" Pernikahan kita kan tinggal 5 hari lagi, persiapan pernikahan yang kurang hanya pakaian kita dan buku undangan. Jadi, nanti malam saya datang jemput kamu ya.. kita pergi ke toko baju pernikahan, untuk masalah buku undangannya biar saya yang atur "
' Toko baju..pernikahan... '
' emang udah saatnya, aku udah engga bisa menghindar lagi.. '
" Iya pak " ucap ku sambil tersenyum
Tak terasa selama diperjalanan mereka mengobrol. akhirnya berakhir, karena mereka sudah sampai di halaman rumah Rika.
" Makasih ya pak, udah anterin saya sampai rumah "
" Iya sama-sama Rika "
" Ehh Rika.. "
" Iya pak? "
" Eeee..Mmm.. "
" Kenapa pak? "
" Mmm.. anu.. itu.. saya boleh minta nomor kamu engga? "
" Saya kira bapak mau ngomong apaan, ternyata minta nomor "
" Iya.. hehehe " Ucap pak Dimas sambil tertawa kecil
" Hp bapak mana? biar saya masukin nomor saya "
" Ooohh iya.. ini " pak Dimas pun memberikan hpnya kepada Rika, Rika pun mulai mengisi nomornya di kontak pak Dimas.
" Ini pak sudah "
" Oia.. makasih ya.. nanti saya telfon "
" Iya pak.. kalau gitu saya masuk ya pak. Assalamualaikkum "
" Wa'alaikum salam Rika "