webnovel

AKHIRNYA CINTA

Alice namanya....Ketidakmampuannya untuk menolak keinginan orangtuanya yang ingin sekali dirinya menikah dengan temannya saat kecil yang bernama Rama yang ternyata tidak lain adalah pemilik perusahaan tempat ia bekerja. Sudah jelas-jelas keluarga dan Rama tahu kalau sudah ada Panji, kekasih Alice. Orangtuanya yang sangat menghendakinya untuk langsung menikah saja katimbang pacaran Akhirnya Alice mau menikah dengan Rama, laki-laki yang belum dicintainya namun selalu sayang dan perhatian dengannya. Sebelum menikah dan setelah menikah bayang-bayang sosok Panji tak bisa hilang begitu saja. Bagaimana hubungan Alice dan Rama disaat hati dan pikiran istrinya masih terikat pada Panji?

clarasix · 若者
レビュー数が足りません
376 Chs

Part 5

Hari ini adalah hari kedua Alice bekerja di PT. Karunia Alam. Kini dia sudah tahu kalau perusahaan tersebut dibawah kepemilikan Rama. Dia tahu setelah kemarin datang ke ruangan direkturnya dan disana muncul Rama sedang duduk. Sejak saat itulah dia baru sadar kalau dirinya sedang bekerja di perusahaan milik teman kecilnya yang bernama Rama. Sampai sekarang dia masih belum percaya dengan semuanya.

Kenapa laki-laki itu malah merahasiakan identitasnya dari Alice, bukankah kemarin Alice mengungkapkan kalau dirinya melamar bekerja di perusahaan itu pada Rama dan Amira, pikirnya.

Memang sejak kecil Rama memiliki kepribadian pendiam. Dia tidak suka mengumbar-umbar masalah pribadinya kepada semua orang kecuali teman dekat yang memang dianggapnya bisa menjaga privasinya. Kalaupun bicara sama orang lain pasti hanya seperlunya saja. Disamping pendiam, dia itu juga memiliki jiwa pemikir.

Sejak kecil Rama sudah bilang sama Alice kalau dia bercita-cita menjadi pengusaha sukses melebihi ayahnya yang bernama Pak Bambang. Hanya dengan Alice saja dia memberitahukan cita-citanya, orangtuanya pun tidak diberitahu karena dia malu. Sekarang apa yang didengar Alice sudah terwujud, ya sekarang Rama sudah menjadi pengusaha sukses mungkin bisa saja melebihi ayahnya seperti perkataannya dulu.

"Dia memang keren."Alice bergumam sendiri memuji Rama sambil mengerjakan tugas-tugasnya yang telah mengantre untuk segera diselesaikannya di layar komputernya.

"Alice kendalikan dirimu. Kenapa kamu begini. Fokus kerja."Alice terlihat bicara sendiri dengan maksud menyemangati dirinya sendiri.

"Alice, itu ada Mas Galuh."Rini mengagetkan Alice yang sedang mengedit file di computer.

"Mas Galuh?" Alice terkejut ketika mendengar nama itu. Sudah lama dia menunggu untuk bisa berkenalan dengan laki-laki itu. Karena suaranya berbicara lumayan keras jadi Mas Galuh mendengarnya.

"Iya."Mas Galuh langsung menjawab dan menoleh ke sumber suara yang memanggilnya.

"Ini lho Mas karyawan barunya."Rini langsung mengalihkan pandangannya dari Alice ke Mas Galuh yang ada di sampingnya.

"Oh ini ya karyawan barunya."Mas Galuh mulai menatap Alice.

"Kenalin Mas , namaku Alice."Alice mengulurkan tangan kanannya dan berdiri di antara Mas Galuh dan Rini.

"Oh namamu Alice. Udah tahu namaku darimana?"Mas Galuh bertanya sambil menyengirkan senyumnya ke arah Alice.

"Tahu dari Rini, Mas."Alice menjawab jujur.

"Hehehe."Rini pura pura tertawa sambil menatap Mas Galuh.

"Gimana kamu menemui kesulitan bekerja disini?"Mas Galuh berusaha menunjukkan perhatiannya kepada Alice.

"Lancar semua kok Mas. Kemarin Rini bantu aku juga."Alice menjawab dengan tenang dan melirik Rini.

"Syukurlah kalau begitu. Silahkan dilanjutin lagi pekerjaannya. Nanti kalau ada kesulitan jangan sungkan untuk bertanya. Nanti kita bantu."Mas Galuh terlihat mulai sibuk sehingga buru-buru mengerjakan tugasnya.

"Siap Mas."Alice menatap Mas Galuh dengan tersenyum.

Mempunyai teman-teman seperti Mas Galuh dan Rini membuatnya merasa senang. Rasa perhatian dan saling peduli dari teman-temannya membuatnya selalu merasa semangat dalam bekerja. Bahkan sudah tidak terasa dia telah bekerja sampai pukul 11 siang. Sebentar lagi waktu istirahat tiba. Dia merasa beruntung kali ini karena mamahnya telah membawakannya bekal makan untuk disantap siang nanti di kantin. Tadi pagi memang mamahnya membuat bekal khusus untuk Alice bekerja.

Di kantin dia duduk bersama dengan teman-teman yang lain. Makan , bercanda dan berbincang-bincang bersama. Tidak ada perasaan sungkan lagi diantara mereka. Alice yang terlihat sangat asyik dan enak diajak berbicara membuat teman-temannya merasa betah. Alice memang anaknya lucu, ceria, dan mudah bersosialisasi. Siapapun teman disekitarnya pasti akan merasa nyaman bila ada disamping Alice.

Waktu sudah menunjukkan pukul 12 siang. Alice memutuskan kembali lagi ke kantor. Melanjutkan pekerjaannya lagi. Saat dia hendak mulai mengetik di komputernya tiba-tiba Pak Renald mendatanginya dan memberitahukannya kalau Pak Rama, Direktur utama PT. Karunia Alam mau bertemu dengan Alice saat itu juga.

Seketika Alice merasa terkejut sekaligus takut. Kenapa dia tiba-tiba dipanggil Rama, memangnya dia telah berbuat kesalahan apa sehingga dia bisa dipanggil direktur lagi secara langsung. Karyawan-karyawan yang duduknya dekat dengan Alice mendengar ucapan Pak Renald. Bahkan mereka juga merasa penasaran kenapa Alice dipanggil direktur.

Alice tak memberitahukan identitas dan hubungannya dengan sang direktur, Rama yang tidak lain adalah teman akrab ketika masih kecil. Itu bisa menjadi berita viral di kantor nantinya, bila semua karyawan tahu.

Setelah diberitahu, Alice langsung melangkah keluar hendak menuju ke ruangan Rama. Selama perjalanan dia tidak bisa berhenti berpikir. Memikirkan salahnya apa, sehingga ia diundang Rama ke ruangannya. Setelah lama berpikir dan mencari tahu tentang salahnya apa, akhirnya dia merasa pasrah saja karena dia juga tidak tahu salahnya apa.

Tok Tok.

"Permisi Pak Rama."Salam Alice pertama kali setelah masuk dan menghadap Rama.

"Ya. Silahkan duduk."Rama mempersilahkanya duduk di kursi.

"Pak Rama memanggil saya?"Alice terlihat tidak sabar ingin tahu alasan Rama memanggilnya.

"Kamu kaget ya?"Rama berusaha mengajaknya bercanda biar tidak terlihat tegang suasananya.

"Hmmm."Alice menjawab dengan pelan.

"Gimana kerjaanmu ?"Rama menatap Alice dengan pandangan santai.

"Lancar Pak."Alice menjawab dengan singkat sambil menatap Rama.

"Teman-teman kerjamu?"Rama memberikan pertanyaan lagi.

"Memangnya teman-teman saya kenapa pak?"Alice malah kembali bertanya ke Rama. Sontak Rama langsung tertawa.

"Maksudnya teman-teman kerjamu apakah baik dengan kamu?Kalau ada kesulitan kamu dibantu."Rama menjelaskan maksud dari pertanyaan tadi.

"Oh itu. Jujur saya merasa senang bisa bekerja disini. Dan disini saya juga punya banyak teman yang baik-baik semua sama saya."Alice menjawab dengan polos sambil tersenyum. Dia merasa biasa saja saat berbicara dengan Rama, layaknya seorang teman. Dan Rama terlihat tak mempermasalahkan itu.

"Syukurlah kalau begitu."Rama bernafas lega.

"Maaf pak. Bapak hanya tanya itu saja? Maksudnya nggak ada niatan mau complain ke saya gitu?"Alice memberanikan bertanya ke Rama dengan polos.

"Saya hanya tanya keadaanmu saja . Kenapa complain, apa yang akan aku complain dari kamu."Rama mengernyitkan dahi terlihat heran dengan pertanyaan Alice sambil tersenyum.

"Hah hanya itu saja. Aku kira dia mau marah sama aku."gumam Alice dalam hati sambil merasa lega.

" Apa kamu memang pengen aku complain."Rama mengajaknya bercanda.

"Kalau bisa jangan."Alice bergumam dalam hati sambil pura-pura tersenyum kea rah Rama.

"Kamu silahkan duduk. Bentar aku ambilkan air putih dulu. Kamu pasti haus."Rama langsung beranjak dari kursinya dan mengambil air putih untuk Alice.

"Apaan ini. Dia kok perhatian banget sih. Emang sih aku haus. Masak wajahku sejelas itu nunjukin kalau emang aku lagi haus. Dasar wajah ini."Alice berbicara-bicara sendiri yang menyalahkan ekspresi wajahnya.

"Ini."Rama memberikan segelas air putih di depan Alice.

"Makasih Pak."Alice langsung mengucapkan terima kasih kepada Rama dan ia langsung meminumnya.

Di ruangan tersebut hanya ada mereka berdua saja. Selama Alice duduk, Rama tidak henti-hentinya memandang wajah Alice. Bahkan saat Alice sedang minum, kedua mata Rama juga tidak bisa lepas dari Alice. Alice tahu kalau Rama terus memandangnya, langsung saja dia merasa malu dan tidak nyaman.

Alice yang melihat jam sudah menunjukkan pukul 13.30, berpura-pura ngasih kode ke Rama lewat dia melihat jam tangannya. Seketika Rama langsung sadar kalau ia sudah lama berbincang-bincang dengan Alice. Dia pasti telah meninggalkan pekerjaan yang penting dan banyak kerjaanya telah menunggu untuk segera diselesaikan.

"Ya sudah kamu bisa kembali ke ruangan kerjamu lagi."Rama mempersilahkan Alice untuk kembali ke ruangannya lagi.

"Iya pak. Permisi."Alice langsung buru-buru keluar bermaksud bisa menarik nafas panjangnya karena dia telah merasa sesak di dada dan kepanasan di dalam padahal ada AC.

"Alice, semangat."Rama memberikan ucapan penyemangat kepada Alice sebelum meninggalkan dan menutup pintunya.

"Iya Pak."Alice menjawabnya dengan malu.

"Apaan cuma bahas itu aja."Alice bergumam dalam hati dengan kesal.

"Aduh badanku rasanya kepanasan. Aku nggak mimpi kan ini" Berbicara sendiri di depan pintu ruangan Rama, sambil ketawa-ketawa sendiri.

Setibanya di ruangan kerjanya, Alice mencoba bersikap biasa-biasa saja. Tapi justru tatapan dari teman-teman kerjanya di kantor yang tidak biasa. Mereka menatap Alice dengan tatapan ingin kepo. Pasti mereka kepo dengan apa yang terjadi pada Alice sehingga dipanggil direktur perusahaan langsung.

Walaupun banyak sepasang mata yang tertuju pada dirinya, Alice berusaha untuk tidak menghirukan mereka. Ia langsung menatap layar komputernya. Walaupun di dalam hatinya masih merasa tidak karuan. Untuk menghilangkan suasana hatinya , ia langsung fokus dan menyelesaikan semua pekerjaannya yang belum terselesaikan. Tidak terasa jam pulang tiba. Tapi ia masih melanjutkan pekerjaannya yang kurang sedikit.

Setelah tugasnya selesai semua, ia langsung menata barang-barangnya dan membereskan mejanya agar terlihat rapi. Ia melihat ada beberapa orang masih bekerja di kantor. Setelah meja kerjanya sudah rapi, ia langsung pulang dan menuju parkiran. Ketika sedang berjalan sendirian, tiba-tiba ada yang datang dari sampingnya. Ternyata dia adalah Rama. Alice merasa terkejut.

"Baru pulang?"Rama menghampiri Alice dari belakang dan mengajaknya bicara.

"Ya Pak."Alice menjawab dengan singkat dan merasa malu berjalan bareng dengan Rama karena takut dilihat banyak orang.

"Ya sudah hati-hati di jalan."Rama berpesan ke Alice setelah mobil pribadinya sudah dekat.

"Ya pak. Bapak juga hati-hati."pesan Alice ke Rama sebelum berpisah.

Mereka berdua pulang masing-masing. Di dalam mobil Rama tidak bisa menghilangkan bayang-bayang wajah Alice di pikirannya. Mungkin kini dia sudah move on dari mantannya yang bernama Intan. Sudah tidak ada lagi nama Intan lagi dihatinya. Malahan sekarang perasaannya malah menjadi tidak karuan karena selalu dibayang-bayangi wajah ALice.