webnovel

Undangan

Adelia melihat HP nya dan melihat banyak notifikasi chat masuk di WA nya. Sesuai dugaannya, chat yang masuk kebanyakan adalah chat dari Nathan.

"Cowo ini benar-benar bikin kesal", gerutunya.

Adelia melihat hampir setiap jam Nathan menchat hanya untuk memberitahu kegiatannya, mulai dari buka matanya, sarapan pagi, meeting paginya dengan petinggi PT.WD International, bahkan kemarahan nya ke karyawan. Terakhir dia sedang menaiki mobilnya menuju kantor Adelia. Paniklah Adelia melihatnya, karena kalau melihat jam chatnya seharusnya dia akan tiba sebentar lagi. Benar saja, tak lama Heru memberitahukan kedatangan Nathan kepada Adelia. Adelia buru-buru keluar ruang kerjanya, membuka pintu.

"Sayang", ujar Nathan membuat kaget Heru yang ada di ruangan itu.

"Loh cepet amat kamu sampai nya. Bukannya model kami akan mulai syuting Minggu depan ya di Bandung?", tanya Adelia mendekat. Nathan menarik tangan Adelia, membawa nya kepelukan Nathan.

"Aku kangen kamu", ujarnya. Adelia mendorong tubuh Nathan walaupun hatinya sebenarnya masih menginginkan pelukan Nathan.

"Dikantor ni, malu", ujar Adelia mengingatkan.

"Kalau gitu temani aku ke bos kamu", ujarnya sambil menarik tangan Adelia mengikuti langkahnya.

"Heru aku ke ruangan pak Andika ya, bos besar ini rese", ujar Adelia kepada Heru.

"Bukan bos besar ya, aku suaminya", ujar Nathan membenarkan membuat Heru makin kaget. Adelia mencubit pinggang Nathan.

"Loh salah aku apa, besok aku resmi jadi suami kamu kok", ujar Nathan sambil kembali berjalan menuju ruangan Andika.

"Heru awas, jangan sampai ada orang lain yang tau. Saya ngga mau ada gosip lagi", ujar Adelia mengingatkan Heru, dan ia melihat Heru mengangguk pelan.

Sampai depan ruangan Andika, Adelia bertanya kepada Roni, "Bos Besar ada ngga? Moodnya lagi enak ngga?".

"Ada Bu. Biarin moodnya jelek juga kalo liat ibu langsung berubah jadi baik kok", ujar Roni polos.

Adelia merasakan hawa panas dibelakangnya dan ia melihat Nathan mulai berubah raut wajahnya.

"Oh benarkah bisa langsung berubah ya moodnya?", sindir Nathan dengan senyum sadisnya.

" Uda akh masuk aja", ujar Adelia sambil menarik tangan Nathan lalu membuka pintu ruangan Andika.

Andika mengangkat kepalanya dan berdiri tersenyum menyambut Nathan. Ia mengulurkan tangannya menjabat tangan Nathan. Adelia menutup pintu ruang kerja Andika lalu duduk di sofa samping Andika, namun segera berpindah duduk ke samping Nathan setelah melihat mata tajam Nathan yang menunjukkan ketidaksukaannya atas tindakan Adelia.

"Adelia bukan nya sudah memberitahukan mengenai tindak lanjut kami ya pak? Apa ada yang bisa saya bantu pak?", tanya Andika hati-hati tidak mau menyinggung Nathan. Nathan tersenyum lalu mengeluarkan satu amplop berwarna pink muda dari saku jasnya lalu memberikan kepada Andika.

"Saya hanya mau mengantar kan ini saja", ujarnya kalem. Dari modelnya, Andika tau ini adalah undangan, dia membuka nya, Adelia kaget setengah mati berusaha untuk merebutnya namun dicegah Nathan yang langsung memenjarakan tubuh mungilnya dalam pelukan.

Adelia berang, " Lepaskan aku. Kenapa ngga konsultasi dulu sama aku, aku ngga suka cara kamu", ujar Adelia berdiri dan pergi meninggalkan mereka berdua.

Nathan hanya tersenyum di tempat duduknya melihat kepergian Adelia. Andika yang sudah selesai membaca undangan, merasakan perih di hatinya, "Oh kalian akan menikah besok. Cepat sekali. Selamat ya pak Nathan, saya usahakan besok datang menghadiri", ujarnya serak menahan semua rasa yang ingin meledak di dadanya.

" Baik terimakasih. Sekalian saya mau minta ijin untuk membawa Adelia pulang, kami masih harus fitting baju agar besok bisa siap. Oh ya satu lagi, Adelia ngga mau ada publikasi untuk pernikahan ini, mohon bapak jangan beritahu kan ke media ataupun orang yang tidak berkepentingan", ujar Nathan sambil bangkit dari duduknya dan mengulurkan tangannya kepada Andika.

Andika berdiri dan menyambut uluran tangan Nathan lalu Nathan berjalan keluar menuju ruangan Adelia.