Xavier mengendarai mobilnya dengan santai. Ia baru pulang dari rumah kawan dekatnya yang tadi mengajaknya untuk latihan futsal.
Malam mulai larut dimalam Sabtu itu tapi jalanan yang ia lalui mulai sepi. Dari jauh Xavier melihat seseorang sedang memperbaiki motornya di pinggir jalan, Xavier memperlambat laju mobilnya dan mengenali orang itu ternyata Luna.
Xavier memberhentikan mobilnya dan keluar dari mobil. Tampak Luna terkejut melihat Xavier yang menghampiri nya.
"Astaga Elo Xavier. Bikin gw kaget aja", gerutu Luna.
"Kenapa motornya mba?. Mogok atau kehabisan bensin?", tanya Xavier sopan.
"Kenapa nanya-nanya? Huh gw lagi kesel ne", ujar Luna judes.
"Kalo rusak biar saya bantu carikan montir, kalo kehabisan bensin saya bantu belikan di pom bensin", kata Xavier menjelaskan.
"Gw juga ngga tau kenapa. Tau-tau mati aja", gerutu Luna. Xavier mengambil Hpnya dari kantong celananya.
"Halo om Jason, Xavier ne. Tau montir motor yang terdekat dari jalan A ngga om? Iya ni temen aku motornya mogok. Mati tiba-tiba. Punya ya om, tolong dong om biar aku tungguin di sini. Ok Makasih ya om", ujar Xavier lalu menutup teleponnya.
"Tunggu ya lagi ditelpon montirnya. Katanya ngga jauh kok lokasi bengkelnya", ujar Xavier.
"Kamu tunggu di dalam mobil saya aja dulu, kayanya kamu cape banget", ujar Xavier lagi.
Luna hanya diam saja, tampak dari wajahnya kalau dia sangat lelah. Xavier menarik tangan Luna lalu membuka pintu mobil nya dan membimbing tubuh Luna masuk ke mobilnya untuk duduk di kursi samping pengemudi.
Kemudian Xavier menoleh ke kanan dan ke kiri lalu berjalan ke arah sebuah warung kecil yang berjarak tak jauh dari tempat ia memarkirkan mobilnya. Sebentar kemudian Xavier kembali membawa bungkusan kantong plastik di tangannya. Ia membuka sebotol minuman lalu menyodorkan ke Luna yang langsung dibuka Luna dan meminumnya hampir mau habis. Xavier hanya tersenyum melihatnya.
Tak lama datanglah seorang dengan menggunakan motor niaga Berbak terbuka di belakangnya.
"Ini mas Xavier ya, anak bosnya Jason?", tanya orang itu.
"Iya saya Xavier pak. Bapak montir yang dipanggil om Jason ya?", tanya Xavier.
Xavier memberikan bungkusan hitam kepada Luna yang masih duduk di mobil lalu ia mendekati montir yang baru datang itu. Montir itu seorang lelaki separuh baya dan seorang anak muda yang langsung mengotak-atik motor Luna.
Setelah sekian lama, bapak itu berkata, "Mas Xavier ini saya bawa ke bengkel saya aja dulu ya, besok kalo selesai langsung saya kirimkan ke kantor Jason aja. Soalnya alatnya saya ngga bawa dan ada spare part nya juga di bengkel", ujar bapak itu.
"Sebentar aku tanya yang punya dulu ya pak", ujar Xavier lalu berjalan ke arah Luna.
"Luna, itu motornya mau dibawa ke bengkel dulu nanti kalau sudah selesai akan diantar. Boleh ngga? Nanti kamu pulang saya yang antar aja", ujar Xavier. Luna tampak diam sejenak lalu mengangguk.
"Tapi kamu kenal kan sama orang itu?", tanya Luna memastikan.
"Sebentar aku tanya om ku dulu ya soalnya om ku yang kenal", ujar Xavier. Ia lalu mengambil handphone nya dan menghubungi Jason lagi.
"Om Jason, ini orangnya katanya harus bawa motornya ke bengkel dia, apa bisa dipercaya orangnya om? Oh om kenal baik dan dia juga barusan Uda hubungi om? Ok deh om. Thanks ya om", ujar Xavier lalu menutup teleponnya.
"Luna kata omku, dia langganan kok dan Uda kenal baik sama om ku. Engga apa nanti pasti di antar kalo sudah selesai sama dia. Gimana ?", tanya Xavier lagi.
"Ya Uda deh. Gw juga Uda cape banget", ujar Luna pasrah.
"Tapi besok gw gimana dong berangkat kerja?", ujar Luna lemah.
"Besok aku jemput deh", ujar Xavier yang membuat wajah Luna kembali tersenyum.
"Beneran ya loe harus jemput gw, awas jangan telat", ujar Luna riang. Xavier mengangguk. Lalu ia berjalan mendekati montir dan anak muda tadi.
"Iya pak, dibawa aja ke bengkelnya. Besok tapi kalo Uda selesai tolong diantar sekalian kalo bisa jangan mahal ya pak biaya service nya. Itu punya teman saya", ujar Xavier sopan.
"Tenang aja mas Xavier. Saya uda kenal lama sama bapaknya mas Xavier. Ngga bakalan saya mahalin kok soalnya bapaknya mas Xavier sering bantu saya juga dulu", ujar bapak itu riang.
Dia lalu menyuruh anak muda itu membantunya menaikan motor Luna ke atas motor niaganya lalu ia mengikat beberapa bagian motor agar tidak bergerak saat dibawa.
"Saya tinggal ya pak", pamit Xavier lalu kemudian masuk ke mobilnya ke bagian pengemudi.
"Ayo aku antar kamu pulang, ke arah mana?", tanya Xavier lembut kepada Luna yang duduk manis di sampingnya.
"Ke Jalan Z di daerah S, kamu tau ngga? Kalau ngga nanti saya kasih tau deh", ujar Luna.
Xavier mensetting GPS di layar di mobilnya dengan tujuan rumah Luna. Xavier mengirimkan chat ke Mommynya untuk memberitahukan kalau dia pulang agak telat dengan alasan mengantar teman wanita yang kemalaman sehingga Mommy tidak khawatir. Xavier menaruh HP nya di kantong celananya lagi dan kemudian dia melajukan mobilnya menuju ke rumah Luna.
Sepanjang jalan, Luna tanpa malu-malu mengotak-atik music yang terdengar di mobil Xavier, mencari lagu yang ia suka dan bernyanyi kecil. Xavier hanya tersenyum melirik ke arah Luna sambil tetap konsentrasi melajukan mobilnya.
Setelah agak lama, masuk ke gang-gang sempit yang hanya muat buat dua mobil lewat, akhirnya sampailah mereka di depan sebuah rumah sederhana yang sangat asri.
Lingkungan sekitar masih ramai dengan para pemuda-pemudi yang bergerombol. Xavier agak sedikit kaget karena lingkungan rumahnya jauh berbeda dengan lingkungan rumah Luna.
"Ini rumah gw. Besok jangan telat ya jemput", ujar Luna sambil membuka sabuk pengaman nya.
"Eh bukannya besok hari Sabtu ya? Kamu masih mau ke kantor?" tanya Xavier bingung.
"Iya, besok gw lembur. Kerjaan gw banyak. Engga usa pagi-pagi, tapi kalo bisa jam 8 Uda disini biar jam 9 gw sampai kantor. Eh jam berapa motor saya diantar?", tanya Luna.
"Aduh saya lupa tanya. Besok deh saya tanya. Iya besok jam 8 saya sampai sini", ujar Xavier.
"Pokoknya ngga mau tau, selama motor gw di bengkel loe harus tanggung jawab antar jemput gw", ujar Luna sambil membuka pintu mobil dan keluar dari mobil lalu menutup kembali pintunya. Luna kemudian menunduk melihat ke jendela mobil Xavier menunggu jawaban Xavier.
"Iya bos. Siap", ujar Xavier tersenyum.
"Ngga lucu. Sana pulang. Hati-hati ya Uda malam", ujar Luna yang dijawab anggukan Xavier lalu Xavier melajukan mobilnya menuju ke rumahnya dengan tersenyum.
Luna memandang mobil Xavier yang melaju menjauh sebentar lalu masuk ke rumahnya. Luna sempat tersenyum mengingat betapa beruntungnya dia bertemu Xavier malam ini kalau tidak, ngga tau bagaimana nasibnya saat ini.