"Selamat Pagi sayang", terdengar suara khas Nathan dengan ciuman lembut dikening Adelia. Adelia membuka matanya, dia rupanya masih tertidur di ranjang Nathan, namun dirinya telah berpakaian. Rupanya Nathan telah memakaikan pakaian ke tubuh polos Adelia. Senyum tersungging di sudut bibir Adelia, "Pagi". Nathan telah rapi berpakaian, Jas lengkap dengan Dasinya terpasang rapi dilehernya.
"Sayang, maafkan aku, aku harus terbang ke Singapura pagi ini, ada mendadak mengurus bisnis ku", ujar Nathan lembut.
"Mungkin aku pulang Minggu depan", ujar Nathan lagi sambil memperhatikan muka istrinya. Adelia bangun, lalu melebarkan tangannya meminta pelukan, Nathan langsung memeluknya.
"Jangan nakal. Jaga kepercayaan ku", ujar Adelia membisiki telinga Nathan.
"Sayang, aku tak akan berani. Aku akan melaporkan setiap jam ya", ujar Nathan tersenyum.
"Noooo ... chat aku penuh, engga usa. Kalau malam aja kita chatting atau video call ya", ujar Adelia.
"Baiklah. Aku pergi ya, Jason sudah menunggu dibawah. Kalau ada yang urgent, kamu ngga bisa hubungi aku, kamu hubungi Jason saja. Aku sudah simpan nomor telepon Jason di HP kamu. Oh iya, aku belikan kamu HP baru, sepertinya HP kamu yang lama sudah ketinggalan jaman. Pakailah HP produk Perusahaan suamimu", ujar Nathan lalu bangkit, mengancingkan jasnya, sekali lagi mencium kening Adelia lalu pergi meninggalkan Adelia yang masih duduk di atas ranjang.
Kemudian Adelia beranjak, berjalan menuju balkon kamar Nathan. Di atas balkon tempat Adelia berdiri, dia dapat melihat suaminya berjalan menggiring kopernya yang langsung diambil Jason. Nathan menoleh ke arah balkon, dia tersenyum dan melambaikan tangannya. Adelia menaruh tangannya diatas bibirnya dan memberikan kecupan jauh untuknya. Nathan membuat gerakan seperti menangkap lalu menaruh di dadanya. Nathan lalu masuk mobil dengan tersenyum, kemudian pintu mobil tertutup dan melaju makin lama makin menjauh. Adelia merasakan ada yang hilang di hatinya melihat kepergian Nathan. Lama dia terdiam melihat mobil yang membawa Nathan sampai tidak terlihat lagi. Adelia beranjak menuju kamarnya, mandi lalu berpakaian rapi siap berangkat ke kantor.
Setibanya di kantor, Adelia melihat kantornya masih sepi karena karyawannya biasanya datang kalau jam sudah mepet dengan jam masuk. Dia melangkah menuju ke ruangannya. Di depan ruangannya, dia melihat Naomi sedang duduk di sofa dan Heru yang baru membuka komputer nya.
"Hai Naomi, kenapa kamu disini, ngga ke RS?", tanya Adelia kemudian mencium pipi Naomi yang memeluknya erat.
"Bisa bicara?", ujar Naomi setelah Adelia melepaskan pelukannya.
"Ayo ke ruangan ku", ujar Adelia dengan muka heran lalu membuka pintu ruangan kerjanya. Naomi masuk mendahului Adelia, lalu Adelia menutup pintu dan kemudian duduk di meja kerjanya sedangkan Naomi duduk di depannya.
"Ada apa? Seperti nya penting?", ujar Adelia tenang.
"Aku akan pulang ke Jepang besok. Anak dalam perut ini akan keluar di Jepang. Aku tak akan melahirkannya", ujar Naomi dengan berlinang air mata.
"Kenapa? Bukankah kalian akan menikah beberapa hari lagi? Ada apa lagi", tanya Adelia kaget.
"Andika telah mengaku padaku. Dia mencintai seseorang. Dia tidak bisa melupakan seberapapun dia mencoba", ujar Naomi pelan. Dia menghela nafas panjang. Adelia terbelalak kaget.
"Dia mencintai kamu. Dia mengatakan dengan jelas kalau kamupun mencintainya. Makanya aku ke sini akan memastikan jawaban mu", ujar Naomi lagi. Makin kaget lah Adelia.
"Naomi, jangan ngaco. Saya sudah bersuami mana mungkin saya mencintai pria lain selain suami saya", ujar Adelia lagi tegas. Saat ia mengatakannya, Adelia merasakan beban di dadanya terangkat, hatinya terasa plong. Karena dia secara pasti telah menyerahkan dirinya dan cintanya kepada Nathan suaminya. Cinta itu semakin tumbuh dan semakin besar sehingga saat inipun baru beberapa saat berpisah dengan Nathan, dia merindukan suaminya itu.
"Tepat dugaan saya, Andika hanya mencari alasan untuk tidak menikah dengan saya. Saya melihat cinta di mata Nathan dan kamu begitu menggebu, cara kalian berpandangan membuat saya iri. Nathan begitu mencintai kamu, semalam saya coba telepon HP dia, saya pikir itu nomor kamu, tapi dia bilang itu nomornya. Saya coba merayunya, saya hanya ingin membuktikan teori saya, dan dia menolak saya dengan mengatakan hanyalah kamu wanita untuk dia tidak ada tempat untuk wanita lain", ujar Naomi lagi. Dia diam sesaat menunggu reaksi Adelia, ada perubahan di muka wanita cantik itu.
"Tenang saja, saya tak akan menggangunya lagi. Dia lolos tes saya", ujarnya lagi. Adelia tersenyum, dia bangga dengan suaminya yang menjaga kepercayaannya.
"Lantas apa rencanamu selanjutnya? Saya juga tak akan mengatakan untuk membujuk Andika untuk mencegah kamu pergi karena menurut saya tidak bijaksana kalau saya ikut campur urusan kalian. Nathan juga melarang saya melakukan nya jadi saya benar-benar tidak akan ikut campur", ujar Adelia tegas sambil memegang tangan Naomi yang ada di atas meja.
"Biarkan saya dengan keputusan ini, ini yang terbaik. Lagipula dari awal ini kesalahan saya yang telah selingkuh. Saya yang tidak bisa menjaga harga diri saya sendiri. Makanya saya akan kembali ke keluarga saya di Jepang", ujar Naomi lagi sambil menggenggam tangan Adelia erat.
"Terimakasih sudah pernah hadir di dalam perjalanan hidup saya, apabila kita bertemu lagi nanti, saya harap kamu tetap tersenyum dan tetap menganggap saya teman kamu", ujar Naomi lalu kemudian berdiri.
"Tentu saja, kamu akan selalu diterima di sini dan kamu akan selalu menjadi teman saya", ujar Adelia tersenyum. Naomi lalu memeluk Adelia erat lalu dia berbalik badannya dan pergi meninggalkan Adelia.
Tiba-tiba terlintas dipikiran Adelia, dia lalu menghubungi Heru di luar.
"Tolong pesankan saya tiket ke Singapura besok pagi ya dan urus visa saya kalo ngga salah masih berlaku kan ya. Saya akan stay seminggu di sana", ujar Adelia kepada Heru.
Yang diberikan tugas gelagapan langsung mengerjakan perintah Adelia. Kemudian Adelia kembali duduk di meja kerjanya dan mengerjakan tugas-tugas nya. Siang hari Heru membawakan print out tiket, visa dan pasport Adelia ke mejanya, Adelia tersenyum melihat hasil kerja Heru dan memberikan kedua jempolnya. Heru tersenyum malu lalu kembali ke tempatnya mengerjakan pekerjaannya.