webnovel

Mulai Berteman

"Ada apa kamu datang ke Lexi Group?", tanya Pras dingin sambil tetap berjabat tangan dengan Takeshi yang baru memasuki ruang kerjanya.

"Ngga mempersilahkan saya duduk dulu ne?", tanya Takeshi.

"Duduklah. To the point aja. Aku lagi banyak yang harus aku kerjakan", ujar Pras sambil menemani Takeshi duduk di Sofa.

"Bantu saya. Saya butuh bantuan kamu mengelola CAT. Jujur saya belum terlalu bisa berbisnis di kota ini", ujar Takeshi.

"Kenapa aku harus membantumu?", tanya Pras.

"Kan seperti kamu pernah bilang, kalau kamu di Lexi Group bertanggung jawab pada para pemegang saham Lexi Group, begitu juga saya. Karena rapat kemarin membuat saya bisa membuka mata saya, saya harus banyak belajar berbisnis dari kamu", ujar Takeshi.

"Apa untungnya buat aku mengajari kamu cara berbisnis ku", ujar Pras tetap dingin.

"Kan kalau CAT untung, kamu sebagai pemegang saham terbesar CAT juga akan diuntungkan. Jadi tolonglah saya", ujar Takeshi.

"Good point. But Aku rasa kamu ngga perlu belajar bisnis dari aku, karena dasar berbisnis kamu sudah baik hanya perlu diperhatikan beberapa hal saja", ujar Pras.

"Saya tahu saya akan selalu kalah dari kamu. Baik dalam cinta maupun dalam cita. Kamu memang bukan tandingan saya, tak heran Xena begitu cinta kamu. Wanita itu benar-benar setia padamu. Tak pernah saya melihat wanita sesetia dia", ujar Takeshi.

"Karena dia wanitaku, aku selalu menjaga semua milikku", ujar Pras mulai tersenyum.

"Saya sudah menyerah pada cinta, saya tidak akan mengganggu Xena lagi, tapi saya tidak mau menyerah pada cita saya, saya ingin memajukan CAT. Saya tidak ingin menghancurkan usaha yang dibangun Daddy saya dengan tangan saya. Jadi tolonglah saya", ujar Takeshi.

"Baiklah, aku akan membantumu. Itu demi cita-cita luhur mu untuk tidak menghancurkan usaha orangtuamu. Apakah kamu punya Vice Presdir di CAT? Kalau tidak, aku akan bekerja padamu sebagai Vice Presdir, 2 kali seminggu aku akan bekerja di CAT", ujar Pras memberi usul.

"Kenapa tidak setiap hari kamu bekerja di CAT?", tanya Takeshi.

"Engga bisa. Aku juga harus bekerja di WD Group sebagai Vice Presdir apalagi sekarang Xena agak jarang datang ke WD Group membuat pekerjaannya dilimpahkan ke aku. Sedangkan aku juga harus setiap hari fokus pada pekerjaan utamaku di Lexi Group. Take it or Leave it", ujar Pras tegas.

"Oke, saya akan siapkan kantor kamu. Kamu akan berkantor di CAT juga. Tapi kalau ada meeting dadakan, kamu usahakan datang ya", ujar Takeshi.

"Oke, deal", ujar Pras tersenyum.

"Xena itu Vice Presdir di WD Group juga ya? Saya baru tau. Pantas kalian begitu akur, tidak seperti saya dan Nina", ujar Takeshi mengeluh.

"Aku ngga terima konsultasi rumah tangga ya", ujar Pras sambil menyilangkan kedua tangannya membentuk huruf X.

"Ngga apa kale kalau saya minta nasehat juga soal itu dari kamu daripada saya nanya sama Xena pasti kamu nanti akan marah", ujar Takeshi menggoda.

"Xena tidak akan mau menjawab karena aku tau wanitaku. Dia tidak akan membicarakan masalah ranjang pada orang lain apalagi dia selalu puas diranjangku", ujar Pras bangga.

"Yakin kamu? Kan kalau perempuan ngga pernah bilang mereka puas atau ngga", ujar Takeshi menggoda.

"Yakin sekali dong, kalau ngga bagaimana dia bisa selalu menggoda ku untuk melakukan setiap hari", ujar Pras santai.

"Kalau gitu saya konsultasi hal itu juga deh sama kamu ya, ayolah ajarin saya soal itu juga", ujar Takeshi memelas.

"Tidak akan, tidak mau, tidak perduli. Sudah pulang sana, kembali ke asalmu. Aku lagi banyak kerjaan", ujar Pras sambil menuju ke pintu ruang kerjanya dan membuka pintu.

Kaget Pras saat melihat istrinya sedang duduk di sofa bersama kedua anaknya Raffa dan Mika yang langsung berlari memeluk kaki Pras.

"Eh anak papa datang. Kok ngga langsung masuk sayang?", tanya Pras. Takeshi yang berdiri dibelakang Pras tersenyum pada Xena sopan dan Xena juga tersenyum.

"Tadi kata Johnny papa lagi ada tamu kak Takeshi jadi aku sama anak-anak tunggu disini aja takut mengganggu. Hai kak Takeshi, sendiri aja", sapa Xena.

"Iya, sedang ada urusan sedikit sama Pras. Hai Raffa, Hai Mika. Saya ngga tau mana yang mana namanya, soalnya mereka sama persis", ujar Takeshi tersenyum sambil melihat kedua anak Xena yang sedang digendong Pras.

"Yang pakai baju biru ini Raffa dan yang pakai baju hijau ini Mika. Kelihatan kok beda mereka kalau diperhatikan", ujar Xena tersenyum sambil mengambil Mika dari pelukan Pras.

"Kasih salam sama Om", ujar Xena lembut dan kedua anaknya mengulurkan tangan mungil mereka yang disambut Takeshi. Takeshi mengusap rambut kedua anak Xena.

"Sudah sana pulang, nanti kita kontak via telepon aja ya", usir Pras.

"Sayang kamu tuh", ujar Xena menegur.

"Ngga apa Xena, memang saya yang salah Uda ganggu Pras daritadi. Oke saya pergi dulu ya. Bye Raffa Mika, Bye Xena", ujar Takeshi lalu kemudian berjalan menuju ke arah lift.

Setelah masuk ke lift, Xena lalu mengikuti langkah Pras masuk ke ruang kerjanya. Xena menutup pintu ruang kerja Pras lalu menurunkan anaknya untuk segera berlari berdua ke arah dekat jendela tempat favorit mereka saat berada di ruang kerja Pras.

"Ada apa kak Takeshi ke sini sayang?", tanya Xena.

"Itu, dia minta bantuan untuk mengelola CAT. Aku sudah berjanji padanya kalau aku akan ke CAT dua kali seminggu membantu nya", ujar Pras lalu kembali ke meja kerjanya mengerjakan pekerjaannya.

"Kamu yakin sayang? Aku ngga mau kamu kecapean loh sayang", ujar Xena.

"Ngga apa-apa, aku sudah memperkirakan dan aku bisa membagi waktu ku. Tenang saja sayang, waktu untukmu tidak akan berkurang, aku janji kok", ujar Pras.

"Iya aku ngerti kok sayang. Aku cuma ngga mau kamu kecapean aja. Nanti aku pijit ala Thailand mau?", tanya Xena menggoda.

"Mau banget. Aku akan cepat kerjakan semua ini biar kita bisa cepat pulang", ujar Pras tersenyum.

Xena tertawa riang lalu menuju ke kedua anaknya yang sedang melihat ke arah luar dari jendela kaca ruang kerja Pras.