webnovel

Makan Malam yang Akrab

"Sayang ... aku ngga bawa baju ganti, antar aku ke butik yuk", ajak Nathan ke Adelia yang sedang sibuk membuat laporan pekerjaannya.

"hmm ya sebentar ya. Aku selesaikan ini dulu", ujar Adelia tanpa menoleh. Tak lama ada panggilan masuk di HP Adelia dan tertulis nama Andika. Karena HP Adelia ada di dekat Nathan segera saja dia menjawab panggilan Vicall Andika.

"Haii", ujar Nathan tak bersalah.

"Loh kok kamu? Saya salah panggil ya? ini kan nomor Adelia yang baru", ujar Andika kebingungan.

"Memang ini HP istriku, kaget ya?", ujar Nathan cuek. Lalu menghadapkan HP ke muka Adelia yang masih sibuk dengan laporan nya.

"Tugas selesai boss. Sebentar lagi aku kirim laporan nya. Mereka sudah setujui bayar ganti rugi ke AN 80% dari jumlah yang kita ajukan", ujar Adelia tanpa menoleh. Nathan tetap memegangi HP Adelia dan duduk disebelahnya diatas tempat tidur.

"Kamu ngga apa-apa? Uda minum vitamin nya?", tanya Andika penuh perhatian. Nathan langsung naik level cemburu nya, layar HP langsung dia hadapkan ke muka Nathan.

"Kenapa? Tenang saja, aku pasti menjaga istriku dengan baik", ujar Nathan kesal.

"Aku tanya Adel bukan tanya kamu", ujar Andika sama sewotnya.

Melihat gelagat ngga beres langsung Adelia merebut HP nya, "Uda kok, aku pasti jaga kesehatanku", ujar Adelia lembut. Nathan sengaja ingin membuat cemburu Andika, dia mencium leher istrinya sementara Adelia masih Vicall dengan Andika.

"Sudah ya. Nanti aku hubungi lagi", ujar Adelia kaget langsung mematikan sambungan telepon. Dia langsung mendorong Nathan menjauh darinya.

"Kamu tuh kebiasaan. Suka bikin kesel", ujarnya ngedumel sedang yang diomelin tersenyum penuh kemenangan.

Sementara awan mendung menyelimuti hati Andika melihat kejadian di layar HPnya. Hatinya agak sakit melihatnya. "Sial", gerutunya sambil melemparkan semua document yang ada diatas mejanya.

Di Surabaya, Adelia sudah selesai mengerjakan Laporannya lalu segera mengirimkan email ke Andika. Nathan masih memegang HP Adelia lalu membuat panggilan masuk ke HPnya dan melihat nomor HP Adelia ternyata tidak tersimpan di contact nya. "Kamu ganti nomor HP ya sayang? Akh pantas saja saya semalaman ngelacak kamu ngga bisa-bisa. Dan HP ini bukannya HP kamu yang lama? Kenapa ngga mau pakai HP yang aku beri?", ujar Nathan merajuk.

"Aku sudah terbiasa pakai HP itu. Kalau kamu mau ambil lagi, HP yang kamu beri ada di lemari di rumah. Bisa kamu kasih ke perempuan yang kemarin itu kok. Tenang aku belum pakai, cuma sempat aku buka aja bungkusnya", ujar Adelia cuek tanpa melihat ke arah Nathan.

"Sayang, dia cuma rekan bisnis aja kok. Aku sudah bilang ke dia kalau kamu istri aku, makanya dia kaget karena ngga tau kalau aku sudah menikah. Sayang jangan salah sangka terus dong", ujar Nathan kembali merayu.

Adelia bangun dari duduknya, merapikan Laptopnya dan memasukkan ke tas kerjanya. Lalu membuka bungkusan yang ada di pojok meja dan mengeluarkan 2 buah kaos T-SHIRT yang bergambar sama. Dan menyodorkan 1 T-SHIRT kepada Nathan.

"Pakai T-SHIRT couple Mau ngga? Aku beli tadi siang di Tunjungan Plasa, seru kayanya kalo kita pakai berdua", ujarnya ceria.

Langsung muka Nathan berubah menjadi bahagia, "Mau banget".

"Kamu Uda mandi? Mau mandi bareng?", tanya Adelia sambil berjalan masuk ke kamar mandi.

"Maaauuuu", langsung Nathan ngacir ikut masuk ke kamar mandi. Kali ini mereka benar-benar hanya mandi karena Nathan ingin menjaga kesehatan bayinya dan kekasihnya.

Setelah bersiap, Nathan dan Adelia turun ke Lobby hotel dan bertemu dengan sopir yang diutus oleh Alex mengantar jemput mereka selama di Surabaya. Kali ini tujuan mereka ke Tunjungan Plasa untuk mencari baju ganti buat Nathan. Tadinya Nathan ingin membeli di butik tetapi Adelia malah menarik Nathan memilih baju santai di toko-toko biasa yang ada di mall tersebut. Mau tak mau Nathan mengikuti keinginan istrinya walaupun itu tidak pernah di lakukan. Hampir semua pakaiannya dia beli di butik ternama ataupun menjahit di penjahit langganan nya yang lumayan mahal.

"Harus irit sayang, sebentar lagi kita mau punya anak", selalu itu ucapan Adelia kalau dia mau protes. Saat sedang melihat-lihat restoran yang ada di mall untuk mengisi perut mereka yang sudah keroncongan, ada telepon masuk ke HP Adelia. Dia sudah mengganti nomor HP nya ke nomor lama.

"Halo Sisca, ada apa?. Iya saya ada di Tunjungan, kamu di mana? Oh benarkah? O iya saya lihat kamu, iya saya ke sana", ujar Adelia lalu menarik tangan Nathan mengikutinya menuju ke restoran tak jauh dari tempat mereka berdiri.

"Hai kalian rupanya sedang makan bersama. Loh Wendy kamu sudah keluar?", ujar Adelia menyapa Sisca dan Wendy serta asisten Wendy. Yang disapa kaget begitu melihat Adelia datang dengan diikuti Nathan yang langsung membukakan kursi untuk Adelia duduki.

"Sudah bos, saya ngga betah lama-lama di RS. Siang tadi dijemput mba Sisca. Loh kok bos bisa bareng pak Nathan", tanya Wendy heran sekaligus senang karena dia bisa bertemu dengan pujaannya. Nathan hanya tersenyum lalu menaruh tangannya di atas kursi Adelia. Sisca, Wendy dan asistennya kaget dengan tingkah Nathan.

"Nathan, Kamu mau makan apa?", tanya Adelia sambil menunjukkan menu makanan yang sedang ia pegang.

"Sayang, Aku pesan steak aja deh, semalaman aku belum makan. Minta well done ya", ujar Nathan sambil menaruh tangannya di kepala Adelia sementara Adelia dengan cueknya melihat lagi menu di tangannya. Kemudian dia bertanya ke mereka bertiga yang masih memasang muka keheranan.

"Kalian Uda pesan makan?", ujarnya.

"Uda ... Uda bos. Kok pak Nathan kelihatannnya akrab banget sama si bos", ujar Wendy yang tidak bisa menghilangkan penasarannya.

"Loh memang kenapa? Apa kalian pikir Beauty Killer ngga bisa dekat dengan laki-laki lain selain bos besar AN?", tanya Adelia menyindir. Dia lalu memanggil pelayan memesan makanannya.

"Bukan gitu bos. Tapi kok bos tau si nickname nya boss", Ujar Wendy takut-takut. Karena kalau sampai menyinggung Adelia, bisa berabe urusannya.

"Taulah. Saya tau apa yang kalian bicarakan dibelakang saya. Kan saya punya mata dibelakang", ujar Adelia bercanda.

Tak lama HP Nathan berbunyi, "Hai Alex, kenapa?", tanya Nathan.

"Sayang suruh dia kesini, makan bareng. Ada yang ingin ketemu", ujar Adelia menggoda Sisca. Yang digoda langsung memerah mukanya.

"Alex loe kesini. Ntar si bumil bisa ngamuk kalo loe ngga kesini. Iyalah siapa lagi. Kakak ipar loe lah, hebat kan gw. Ya Uda kesini. Kita di Tunjungan Plasa di resto A ya. Oke Gw tunggu", ujar Nathan langsung mematikan HPnya. Wendy masih keheranan karena pertanyaan nya belum terjawab apalagi Nathan makin membuatnya gugup.

Laki-laki ini kelihatan makin sempurna dimatanya dengan gaya pakaian santai yang belum pernah ia lihat. Dia selalu melihat foto Nathan di majalah bisnis selalu dengan Jas dan Dasi yang rapi, berbeda dengan malam ini yang memperlihatkan garis tegas di lehernya dan kulit putihnya yang tampak menawan.

"Kenapa kamu lihat Nathan sampai segitunya Wendy? Hahaha .. tenang ini beneran Nathan kok bukan tiruan", goda Adelia lagi.

Yang ditanya malu-malu lalu berujar, "Tadi kata pak Nathan menyebut bumil siapa bu yang lagi hamil?".

"Ya istri saya dong", ujar Nathan cuek.

"Hah pak Nathan bukan bujangan lagi", makin penasaran Wendy sedang kan Sisca dan Asistennya hanya menyimak. Tak lama muncul orang yang ditunggu Sisca, muka Sisca langsung merona malu saat Alex mengajaknya bersalaman. Alex hanya memegang bahu Nathan lalu duduk disebelah Adelia.

"Sudah berapa bulan kakak ipar? Kalau kau bilang kau sedang hamil, aku suruh bodyguard di kantor mengawalmu seharian ini", ujar Alex kepada Adelia.

"Akh kau kira aku orang sakit yang harus dikawal", cemberut Adelia.

"Anakku orang kuat, karena maminya orang kuat", ujar Nathan sambil mengelus perut Adelia.

Makin kagetlah ketiga orang dihadapan mereka. "Hah si Bos Hamil?", berbarengan mereka bertanya.

"Hahahaha, kenapa kalian bisa kaget segitunya? Wajar lah kalau orang sudah menikah hamil, ni orang yang bertanggung jawab bikin saya hamil. Ini suami saya jadi Wendy jangan coba-coba cari perhatian lagi ya sama suami saya", ujar Adelia memperingatkan Wendy sambil bercanda.

"Oh iya pasti bos, ngga akan. Mana saya berani menyentuh milik Beauty Killer", ujar Wendy pelan disambut tawa mereka semua.

Keakraban terjalin di meja makan itu, Sisca sering mencuri pandang ke arah Alex sementara Alex justru lebih sering mengajak ngobrol Adelia yang kadang diselingi tawanya yang khas yang membuat hati Sisca berdebar.