Adelia memasuki lobby kantornya sekitar pukul 8.15 pagi. Hari ini ia terlambat datang ke kantor dikarenakan semalaman ia disibukkan dengan Nathan. Pria tampan itu benar-benar menyita waktu istirahatnya. Kemaren sesampainya di rumah, Nathan memberitahukan kepada orang tua Adelia mengenai rencana mereka berdua. Henry Wijaya kaget sekali namun dia langsung bergerak cepat berdiskusi dengan keluarga besarnya. Untuk kebutuhan pernikahan keluarga Henry Wijaya amat kagum dengan kemampuan Nathan mempersiapkan semua sendiri dengan teamnya hingga membuat Adelia dalam posisi yang sulit untuk bergerak. Belum lagi WA Nathan yang dilakukan setiap jamnya, melaporkan semua kegiatannya. Bahkan sampai akan mandipun dia sempat akan video call kalau saja Adelia tidak buru-buru mematikan HP nya. Adelia berjalan mendekati ruangan Andika Putra pelan sekali, segala alasan bermunculan di kepalanya. Tiba-tiba pintu ruangan terbuka dan Andika ada diujung pintu mempersilahkan Adelia masuk, sepertinya ia telah lama menanti. Adelia masuk ke ruangan kerja Andika pelan-pelan lalu duduk di depan meja kerja Andika. Andika menutup pintu ruangan kerjanya lalu menelpon Roni untuk menghandle semua telepon masuk. Lalu Andika duduk dihadapan Adelia dan menatapnya tajam seakan ingin melumat Adelia hidup-hidup.
"Kok aku baru tau ya kamu sudah bertunangan dan aku baru taunya pun dari mulut orang lain bukan dari mulut mu", ujar Andika membuka pembicaraan.
"Itu membuat aku terlihat stupid sekali di mata kalian. Aku kecewa", ujar Andika.
"Maafkan aku. Pertunangan ini tiba-tiba terjadinya. Seharusnya Nathan menikah dengan kakak Anastasia tapi ternyata kakak telah menikahi kakak Michael dan mereka sekarang sedang menantikan anak mereka", ujar Adelia menjelaskan. Dia menatap Andika dengan tatapan sulit diartikan.
"Lalu kamu jadi pengganti? Dan Nathan menerima nya? Jaman apa sekarang?", kata Andika terdengar kekesalannya.
"Aku hanya ingin berbakti untuk orang tua ku saja dan lagipula ini aku lakukan untuk diriku juga agar aku bisa melupakan seseorang yang tidak pernah memandang kepadaku", ujar Adelia.
"Melupakan seseorang? Siapa lagi? Selama aku bekerjasama dengan kamu ngga pernah aku mendengar atau melihat mu bersama orang lain", ujar Andika meninggi.
"Sudah lah, bukan kah kita akan menyelesaikan urusan kita?", ujar Adelia mengingatkan.
"Bagaimana usul kamu mengenai artikel itu", ujarnya lagi berusaha mengalihkan.
"Baiklah kalau kamu tak mau aku terlalu ikut campur urusan mu. Mengenai hal itu, team publik kita yang akan menghandlenya. Besok kita jumpa pers", ujar Andika tegas.
"Maaf untuk besok aku ngga bisa, mulai besok aku akan cuti satu minggu. Biarkan saja beritanya mencuat selama seminggu biar khalayak ramai mengenal Agensi kita lebih baik, toh ini juga bukan berita tentang keburukan kita, justru ini menguntungkan, don't you agree with me?" kata Adelia lagi membuat Andika makin kaget.
"Hah? Kamu bisa cuek, gimana CEO PT.WD pak Nathan? Dia tunangan mu loh", ujar Andika lagi.
"Nathan sudah aku beri pengertian, dia tau maksud ku jadi dia tidak mempermasalahkan. Kalau sudah terlalu parah, aku akan mendorong dia keluar untuk mengklarifikasi semua", ujar Adelia lagi.
"Oh ternyata kamu sudah memikirkan semuanya, jadi tidak ada gunanya berdiskusi denganku lagi kan?", ujar Andika makin kecewa.
Dia berdiri dari duduknya memegang keningnya kecewa. Adelia bangkit dari duduknya lalu memeluk Andika erat sekali,
"Biarkan aku begini sebentar. Biarkan aku berada di pelukanmu sebentar aja", bisiknya pelan.
Terasa air mata menetes dipipinya membasahi kemeja Andika. Andika tak berdaya, membalas pelukannya dan memberikan tepukan ringan dipunggung Adelia. Entah mengapa hatinya terasa sakit diperlakukan seperti ini oleh Adelia. Setelah beberapa saat, Adelia melepaskan pelukannya. Ia mengambil tissue diatas meja Andika lalu menghapus air mata yang tersisa di kemeja Andika. Andika juga mengambil tissue dan menghapus air mata yang tersisa dipipi Adelia. Adelia mengangkat kepalanya menatap ke mata Andika lalu tersenyum.
"Jadi aku hari ini akan menyelesaikan pekerjaanku biar besok aku bisa leha-leha cuti satu minggu", ujarnya ceria.
Lalu ia berbalik dan meninggalkan Andika yang masih berdiri tak mengerti. Andika hanya bisa memandangi belakang tubuh Adelia yang menghilang dibalik pintu ruang kerjanya. Hari itu Adelia sangat sibuk sekali menghadle semua pekerjaan nya. Mulai dari rapat internal sampai membalas email-email kliennya, mengatur ulang jadwalnya untuk dua Minggu ke depan. Tanpa terasa waktu sudah menunjukkan pukul setengah dua siang. Perutnya sudah berbunyi karena dia telah menunda makan siang nya tadi.