webnovel

Chapter 16: Malam

Pada Malam itu, Bianca merasakan keberadaan seseorang di ruangan pribadinya. Namun setelah menganilasa tubuh orang yang muncul dengan sihir ruang yang dimilikinya, Bianca memutuskan untuk membiarkannya.

"Bagaimana investigasi kejadian tadi sore? "

Bianca melirik ke Andrian yang masuk kedalam ruangan

"Beberapa monster masuk ke area hutan dekat Akademi..-"

Andrian menceritakan apa yang telah terjadi kepada Bianca.

" Kebanyakan dikalahkan oleh murid tahun ke empat yang sedang berada di sekitar hutan… beberapa monster telah menyerang beberapa siswa tahun pertama namun aku dapat menyingkirkannya. "

" Baguslah, dari mana mereka datang… Apakah gua-gua tersebut telah di uji? "

"Ya tim penyihir yang memiliki keahlian tanah dan analis sihir telah dikerahkan dan mereka menyimpulkan bahwa gua-gua tersebut adalah buatan penyihir lain. "

Menghela nafasnya, Bianca kemudian melihat ke Andrian

" Oke, itu sekian dari laporan itu… sekarang Andrian, Jelaskan kenapa kamu 'bermain-main' dengan murid tahun pertama yang kamu selamatkan? "

"Owh.. Kenapa~ apakah engkau cemburu? "

" Tidak juga.. "

Senyuman Andrian melebar melihat reaksi Bianca yang mengalihkan pandangannya dari dirinya.

"Hee…maafkan aku, 'aku' tidak suka membiarkan sesuatu yang tidak lengkap terbengkalai terlalu lama. "

Andrian berolah tidak bersalah dengan Bianca, namun Bianca hanya menaikkan alisnya tidak sepenuhnya percaya dengan perkataan Andrian.

"Kamu kira aku baru lahir kemarin ha? Andrian?... Berlagak pahlawan bukanlah sesuatu yang biasa bagimu."

"pertukaran ini setimpal oke… dia mendapatkan apa yang dia inginkan-"

Andrian mencoba menjelaskan apa yang terjadi pada Bianca. Namun bagi Bianca, alasannya ini lebih ke "ingin melihat orang lain berjuang merangkak melewati bunganya. " Daripada "ingin membantu. "

"Dia bahkan tidak menginginkannya Andrian.."

"Oh, Bianca.. Dia sejujurnya sangat menginginkannya. Hanya saja 'manusia' cenderung untuk menahan dirinya dengan " Sadar diri."

"Kamu berlagak seolah kamu bukan manusia lagi.. -tidak jangan jawab itu"

Andrian menunjukkan senyumannya ke arah Bianca.

"Lagipula Bianca… kita akan memerlukan setiap peluang yang akan kita dapat jika kita ingin berdiri kokoh di dunia ini… "

" Andrian, Murid-muridku bukanlah semacam bidak catur yang dapat kugunakan begitu saja. "

Bianca tidak berencana untuk menyeret Muridnya pada permasalahan hidupnya.

"..Hanya saja Mereka dari awal telah terlahir untuk menjadi bidak catur dalam permainan yang kita sebut sebagai takdir. hanya saja Bianca.. Beberapa akan memiliki peran yang jauh lebih penting daripada yang lainnya.. "

Andrian membuka matanya lebar Menatap tajam ke Bianca. Dari matanya Bianca, memantulkan Andrian seperti sebuah cermin.

"Lalu kamu apa Andrian? Sebuah 'raja'? "

"Aku tidak menganggap diriku sebagai 'raja' Bianca… tidak.. Tidak sama sekali.. Posisi 'raja' lebih cocok pada dirimu Bianca dan tidak aku juga tidak seorang 'ratu' ada yang lebih cocok untuk posisi itu"

"Aku menganggap diriku lebih sebagai 'papan catur. "

Jawab Andrian setengah bercanda sambil mengacungkan tangannya ke arah Bianca.

.

.

.

Tidak lama Andrian berhenti menyampaikan monolognya tentang arti hidup dan hal-hal lainnya yang entah dia pelajari dari mana.

Bianca Menghela nafasnya berharap dia telah selesai.

"Hah… setidaknya mereka tidak apa-apa. Tapi kumohon Andrian, jangan berbuat seenaknya begitu saja lain kali. Terutama dengan 'dia' yang akan menjadi murid bimbinganmu"

"..Ya..Baiklah.. "

"... Sudahlah bantu aku dengan membersihkan ruangan ini"

Berdiri dari kursinya Bianca tidak ingin memikirkan apapun untuk sekarang. dia cuma ingin pulang.

'besok pak tua Volpa akan datang ke sini pula.. Haaa. tidak aku tidak ingin memikirkannya untuk sekarang..

"Oke.. "

"... "

"... "

Keheningan memenuhi ruangan saat Bianca dengan bantuan Andrian merapikan ruangan kerjanya.

Bianca keluar dari tempat kerjanya bersama dengan Andrian. Mereka berjalan melewati koridor

"Oh.. Bianca tunggu sebentar.. "

"Ada apa Andrian? "

Andrian berlari kembali ke ruangannya Bianca selama beberapa menit sebelum kembali menghampirinya.

"Oke sudah.. "

"Apa yang engkau lakukan- "

Bianca hendak menanyakan apa yang Andrian lakukan di ruangannya namun berhenti setelah menyadari apa yang terjadi dari sihirnya..

"Hah.. Kamu ini.. Ayolah kita pergi.. "

"Hehe.. He"

Dengan tertawaan kecilnya, sang Iblis berskema untuk dilain hari.

Di rembulan malam mereka berjalan pulang sambil diterangi lentera yang berbaris di sepanjang jalan kompleks akademi.

Beberapa guru dan murid masih terlihat di luar menikmati aktivitas malam yang diperbolehkan tentunya di bawah pengawasan komisi disiplin yang berpatroli di sepanjang jalan.

Mereka melewati Andrian dan Bianca tanpa menyadari keberadaannya. Bianca tidak menyukai perhatian yang terjadi diluar jam kerjanya. Untuk itu, Bianca memutuskan untuk mengembangkan sihir ruang yang dapat menyamarkan dirinya.

Keluar dari kompleks akademi, Andrian dan Bianca kini berjalan melewati rute rahasia..

Tidak banyak yang mengetahui rute ini karena Andrian tidak memperlihatkannya kepada publik.

Jika ada yang melihat mereka, dia hanya akan melihat Andrian dan sang kepala sekolah berjalan melewati hamparan bunga ke arah antah berantah.

Di Sepanjang jalan, keduanya melihat kunang-kunang dan <Solarfly> yang tidak terhitung jumlahnya tersebar di sepanjang lapangan bunga memberikan penerangan bagi mereka.

Pemandangan ini memberikan kesan yang memenangkan bagi Bianca. Sesuatu yang tidak dapat dia rasakan dari sihir ruangnya.

Meskipun jaraknya jauh, Bianca tidak memikirkannya. Dia bahkan menjadikan jalan ini sebagai kesempatan untuk menjaga kesehatan tubuhnya.

Bagi Andrian, dia tidak memikirkannya. Tubuhnya tidak mudah kelelahan. Selama Bianca senang melakukannya dia tidak akan komplain.

Mereka berjalan selama dua jam hingga mencapai sebuah tanjakan bukit kecil yang terletak di dekat aliran sungai yang melintasi wilayah akademi.

Di Atas bukit kecil ini adalah satu-satunya hutan yang terisolasi di tengah hamparan bunga. Di dalam keramaian pohon ini adalah sebuah rumah bertingkat dua. Andrian dan Bianca langsung membuka pintu dan masuk kedalam.

"Ah, Tuan Andrian, Bianca kalian sudah kembali selamat datang~"

"Halo Cecillia.. Maaf memintamu untuk tiba-tiba membantuku dengan Marie. "

"Ya, Halo Cecillia. "

"Perintah anda adalah anugerah bagiku Tuan"

"Aku masih disini Cecillia.. "

"Kamu bisa pergi saja Bianca~"

"Tidak, aku akan ke kamarku sebentar kalian bercengkrama terlebih dahulu da!"

Andrian memutuskan untuk pergi meninggalkan mereka untuk berbicara satu sama lain.

""Haah.. ""

"Bianca.. Aku akan menghangatkan kue buat tuan Andrian. Apakah kamu mau juga?"

"Ya, hangatkanlah untukku satu porsi, aku ingin makan sesuatu untuk malam ini.."

"Baiklah Bianca.. "

Dibawah gemilang bintang yang menghiasi gulita malam, apapun skema yang sang Iblis telah persiapkan, setidaknya untuk sekarang kehidupan di Akademi Elysium kembali tenang seperti semula… .