webnovel

Air Mata Di Padang Bulan-Medan

Saya akan menyusul kekasih saya Ahmad, untuk bersama dengannya, sekalipun kami tidak bisa bersatu di dunia, kami akan bersatu di akhirat kelak. Karena cinta kami suci, dan tidak berlandaskan nafsu belaka. " Ma..., Pa..., "Satu permintaan saya sebelum detak jantung saya tidak berdenyut lagi, kuburkan saya nanti dekat dengan kuburan kekasih saya.... Mati adalah kepastian, namun bagaimana apabila seorang kekasih yang terpisah oleh waktu yang sangat lama, tiba-tiba harus bertemu dengan kekasihnya yang sudah kaku, tidak bernyawa lagi?"karena kecelakaan pesawat yang ditumpanginya? "

Man_84 · 歴史
レビュー数が足りません
20 Chs

Pengumuman

Hari ini merupakan hari yang paling bersejarah bagi santriwan dan santriwati kelas 6 di pondok pesantren "Ma'had Daarul Ikhlash", karena sudah 6 tahun mereka berada di pondok itu menuntut ilmu.

Maka tibalah saatnya bagi mereka untuk keluar dan melanjutkan cita-cita yang sedari kecil mereka dambakan dan impikan dengan menamatkan pelajaran serta mengamalkan ilmu yang mereka timba selama di sana.

Semua Santi laki-laki memakai pakaian kebesarannya, dengan memakai baju gamis berwarna putih, kain sarung yang digulung kan di pinggang serta serban yang dililitkan di kepala, tidak ketinggalan juga sebuah jas berwarna hitam yang melapisi baju mereka.

Mereka berjalan menuju ke lokasi fatayat(putri) dengan berbaris laksana para pejuang yang baru pulang dari medan perang.

Sementara itu para santriwati memakai baju kurung dan rok berwarna hijau serta jilbab yang berwarna putih mencerminkan kesucian hati dan kejernihan jiwa untuk melepas pesantren yang sudah mendidik mereka selama ini.

Sebanyak 120 orang santriwan telah mengambil tempat duduk di barisan ke dua setelah para Ayah Guru yang duduk di barisan pertama, dan sebanyak 240 orang santriwati duduk di belakang barisan putra.

Sambil menunggu undangan tiba, mereka dihibur dengan Grup Nasyid " Al misbah yang dibina oleh Ustadz Azhar, seorang qori' yang sudah mengukir prestasi di tingkat Propinsi.

Bak seorang raja dan ratu, mereka duduk di bawah tenda yang berwarna hijau disertai dengan alunan nasyid yang mendayu-dayu dinyanyikan oleh Yusri Zamzami seorang santri yang berasal dari Medan,"sebagai vokalis nya."

Dia membawakan lagu dari Nasyid "Raihan," dengan suaranya yang merdu, membuat semua yang hadir tidak bisa diam untuk mengikuti syair-syairnya sehingga memecah keheningan kala itu....

Iman adalah mutiara di dalam hati manusia.

Yang meyakini Allah, Maha Esa Maha Kuasa.

Tanpa mu iman bagaimana lah merasa diri hamba pada-Nya

Tanpa mu iman bagaimana lah merasa diri hamba yang bertaqwa

Iman tak dapat di warisi oleh seorang hamba yang bertaqwa.

Tak lama kemudian berdirilah Ustadz Fahrizal untuk membuka acara pertamatan santriwan dan santriwati Pondok Pesantren Darul Ikhlash.

Setelah acara kata sambutan selesai disampaikan oleh Ayah Mudir kemudian dilanjutkan dengan acara penyerahan santri secara simbolis antara guru dan orang tua.

"Tibalah saatnya acara yang ditunggu-tunggu yaitu pengumuman tentang 10 terbaik putra dan 10 terbaik putri," kata moderator berbadan kecil itu.

Semua santri dan santriwati dari kelas 1 sampai kelas 5 membe

rikan tepuk tangan yang meriah.

Ustadz Fahrizal sudah menyebutkan juara 1 sampai 9 dari kalangan santri laki-laki, namun nama Ahmad belum juga ada yang menempati nomor tersebut, sehingga semua santri merasa heran, sementara nama Shobir sudah berada di posisi ke -3.

"Mungkin saya diperingkat ke -10," gumam Ahmad di dalam hati.

"Adapun terbaik ke-10, jatuh kepada anak kami yang bernama, " Peri," sebut pembawa acara dengan suara yang lantang.

Ternyata diposisi ke-10 adalah orang yang penjilat dan memfitnahnya, yang menghalalkan segala cara untuk menjatuhkan dan menyingkirkan orang yang dianggapnya sebagai pesaingnya itu.

Ahmad hanya menundukkan kepala, seakan-akan tidak percaya bahwa dirinya tidak diperhitungkan di kelasnya. Melihat anaknya sedih, Buk Fatimah merangkul buah hatinya,"nak...Jangan bersedih, Emak yakin bahwa kamu itu yang terbaik."

Kata Buk Fatimah sambil menyembunyikan perasaan kecewanya.

"Ahmad malu Mak, tidak bisa membanggakan Emak," jawab Ahmad sambil membalas rangkulan wanita tua itu ke pelukannya.

Buk Fatimah sudah datang sehari sebelumnya, dengan ongkos dan baju yang dipinjamkan tetangga kepadanya demi menghadirkan acara yang sangat berarti bagi putranya itu.

"Selanjutnya, tibalah saatnya kita mendengarkan 10 nama terbaik putri, " kata moderator itu melanjutkan ucapannya,"terbaik satu jatuh kepada anak kita....

Belum sempat melanjutkan ucapannya, para santriwati menyambut, "Latifah...Latifah....

" Ya,"jatuh kepada anak kita yang bernama,"Latifah.

Suara tepuk tangan yang bergemuruh menghantarkan gadis cantik itu menaiki pentas.

Bunga ma'had itu pun menaiki pentas disertai hembusan angin sepoi-sepoi yang menerpa wajah cantiknya, sehingga para santri laki-laki itu terkagum-kagum melihatnya.

Latifah memberikan seuntai senyuman kepada kekasihnya untuk menumbuhkan semangat pemuda itu, sebuah isyarat yang lebih dahsyat dari kata-kata adalah senyuman.

Ahmad membalas senyuman yang dengan indah mengarah kepadanya.

Setelah acara pengumuman itu selesai, maka ditutuplah dengan pembacaan doa yang disampaikan oleh Ayah Ali Adam, selanjutnya semua santriwan dan santriwati diserahkan kepada orang tua mereka masing-masing.

"Ahmad," panggil Shobir,"sambil mendekati teman seperjuangannya itu.

Mungkin kamu kecewa dengan keputusan Ayah Guru untuk menetapkan 10 terbaik putra kan?"

Semua teman-teman juga bertanya-tanya, kenapa kamu tidak masuk diposisi 10 besar.

"Mmm..., "jawab Ahmad, ingin melanjutkan ucapannya.

" Sebenarnya, saya sempat mendengar Dewan Guru mengadakan rapat untuk menentukan 10 terbaik putra.

kamu seharusnya berada diperingkat ke-2, tetapi Peri, sebagai ketua OPM ikut rapat dan membeberkan kesalahan yang ditujukannya kepadamu, sehingga Majlis Guru terpisah menjadi dua pendapat. Dan akhirnya memutuskan agar namamu digeser dari 10 terbaik putra,"lanjut Shobir menjelaskan.

Tak lama berselang lewatlah Peri di depan mereka, dengan senyuman yang sinis dan terpaksa dia arahkan kepada Ahmad, karena dia sudah berhasil menyingkirkan orang yang dianggapnya sudah merampas bunga dari genggamannya.

"Tidak apa-apa shobat, walaupun saya tidak terhitung dalam 10 besar, namun saya sudah senang dan gembira melihat orang-orang yang saya sayangi mendapatkannya," jawab Ahmad memendam kekecewaannya.

"Oh, ya," kemana antum melanjutkan pendidikan setelah tamat dari ma'had ini?"tanya Ahmad.

"Kemungkinan besar, saya akan habiskan umur saya untuk mengajar di sini, karena Ayah Mudir meminta saya untuk mengabdi di pesantren kita ini." Jawab Shobir.

"Antum sudah ada rencana?"Balik Shobir bertanya.

" In Syaa Allah,"saya akan melanjutkan menambah ilmu ke Medan,"jawab Ahmad sambil memandang kepada Buk Fatimah yang berada didekatnya.

"Itupun kalau ada rezki," kata Ahmad melanjutkan.

Wanita paruh baya itu hanya terdiam beribu bahasa.

Ditengah perbincangan mereka, datanglah seorang gadis cantik menghampiri mereka, sehingga membuat perbincangan antara Ahmad dan Shobir terhenti seketika, gadis itu langsung mendekati Buk Fatimah dan mencium tangannya.

Membuat Buk Fatimah heran dan bertanya dalam batinnya"Siapakah gerangan gadis cantik ini, kenapa Ahmad tidak pernah menceritakannya,?"Sebut wanita berperawakan kurus itu.

"Saudara di sini rupanya, sudah lama saya mencari..., " sebut Ifah sambil tersenyum.

"Ia...," jawab Ahmad tersipu malu, karena kaget dengan kedatangan Latifah secara tiba-tiba di tengah mereka.

"Selamat ya Ifah...Mendapatkan juara pertama dari kalangan putri, semoga Allah SWT menjadikan ilmu saudari bermanfaat untuk pribadi dan orang lain.

" Aamiiin...,"jawab Latifah membalas.

"Oh, ya, " Ibu sehat?"

Tanya Latifah ramah dan menampakkan gragat malu.

"Alhamdulillah," sehat nak.

Jawab Buk Fatimah.

"Sudah lama kalian saling kenal, kok Ahmad tak pernah bercerita pada Emak,? "kata Buk Fatimah, sambil tersenyum kecil menatap anaknya Ahmad.

" Belum...,"dengan refleks ke dua insan itu menjawab secara berbarengan, kemudian ke duanya tertawa tersipu malu.

Ketika mereka lagi asik berbincang, berhentilah sebuah mobil mewah berwarna hitam, bermerk"innova,"tepat di depan mereka, keluarlah seorang laki-laki berbadan tegap, memakai sepatu yang berkilat, tidak ketinggalan kaca mata hitam menempel di bawah alisnya.

Di sampingnya duduk seorang wanita berpakaian mahal, kain selendang yang melintang di bahu kanannya, menandakan bahwa ke dua suami-isteri itu adalah orang kaya dan ataupun seorang pejabat.

Kedua pasutri itu mendekati kerumunan Ahmad dan Ibu nya,"kamu di sini latifah,"Papa dan Mama sudah lama menunggu kamu di asrama,"kata pria itu.

"Oh..., Buk Fatimah di sini juga rupanya," tanya Buk Marni(mama Latifah).

"Ia Buk,"jawab Buk Fatimah sambil senyum.

" Mama, kenal dengan Ibu ini,"tanya Latifah.

"Tentu dong, mama kenal, Ibu ini yang membantu pekerjaan Mama di rumah,"jawab BBukMarni menjelaskan.

" Oh, ya Buk,"ini Ahmad anak saya, sudah tamat kitabnya, sudah selesai pendidikannya di pesantren ini."kata Ibu Fatimah.

"Oh, ini rupanya anak yang sering Ibu ceritakan itu,"kata mama Latifah sambil menunjuk ke pada Ahmad, anak muda itu langsung melangkah mendekati Buk Marni kemudian menyalaminya.

"Papa...Kenalkan ini Ahmad..., "kata Latifah, sambil mengisyaratkan matanya kepada pemuda yang di sampingnya," kalian sudah lama saling kenal,"tanya Buk Marni.

"Sudah Mam, siapa yang tidak kenal dengan anak muda seperti dia, yang sudah banyak mengukir prestasi di bidang hafalan Al Qur'an, sehingga membawa nama baik pesantren ini sampai ke tingkat nasional.

Para Ayah Guru sering menyebut namanya ketika mengajar di kelas kami, sampai-sampai semua santriwati kenal kepadanya,"jelas Latifah.

"Rupanya Buk Fatimah punya anak yang cerdas ya,"kata Buk Marni penasaran.

Buk Fatimah hanya menundukkan kepalanya.

Kemudian Ahmad berjalan mendekati pria berkaca mata hitam itu sambil mengulurkan tangannya untuk menyalami dan mencium tangan laki-laki berbadan atletis itu sebagai bentuk ta'zhim.

Akan tetapi pria itu tidak mau menyambut tangan Ahmad yang dan memperlihatkan raut wajah marah kepada anak muda itu.

" Bu, Ifah, naik ke mobil,"suruh Pak Marwan sambil melangkah menuju ke mobil, sesaat kemudian Buk Marni dan Latifah menyusul pria itu yang sudah dahulu berada di dalam mobil.

Ahmad hanya melihat dengan wajah yang murung ketika ke dua Ibu dan anaknya itu pergi meninggalkan mereka.

Mobil mewah itu mulai beranjak dan memutar arah, Latifah terus memandangi anak muda itu yang tampak sedih dari mobilnya.

"Pa, "kok Papa begitu sih sifatnya, pergi meninggalkan mereka begitu saja,?" Kata Buk Marni menampakkan gelagat tidak suka terhadap sikap suaminya.

"Papa hanya tidak suka melihat anak itu mendekati anak kita Mam, Papa merasakan bahwa anak muda itu suka kepada anak kita, tampak dari cara melihatnya kepada Latifah.

" Jangan su'uzhzhon dulu Pa, jangan-jangan antara anak kita dengan pemuda itu hanya sebatas teman satu angkatan saja,"ia kan Ifah?"Tanya Buk Marni meyakinkan suaminya.

Latifah tidak menjawab, pertanyaan mamanya ketika itu, dia hanya mengarahkan pandangan ke mamanya sambil menyembunyikan keperihan hatinya.

Ditengah perjalanan, Latifah tidak sedikitpun merasakan kantuk, mulai mobil hitam itu keluar dari gerbang pesantren, gadis cantik itu terus memandang keluar kaca, melihat pepohonan kelapa yang berdiri menjulang berada di tepi jalan, berharap bahwa kekasih nya ada di sana.

Akan tetapi yang dia lihat adalah bayang-bayang pohon kelapa yang mengikuti laju mobilnya.

"Tit...Tit...Tit, " tak berapa lama terdengar klakson mobil itu berhenti di depan sebuah rumah yang sangat mewah, laksana istana raja yang mengisyaratkan bahwa rumah itu adalah milik pejabat atau pengusaha.

Setelah itu keluarlah seorang Bapak memakai baju putih, celana dan topi berwarna biru, tidak ketinggalan sebuah pluit disangkutkan di lengan bajunya sebelah kanan, berlari untuk membukakan pagar.

Pria bertopi biru itu namanya Pak Anto, dia sudah 10 tahun bekerja sebagai securiti di rumah besar itu.

Tak lama bagi mobil itu untuk masuk ke dalam pekarangan lalu bernaung di bagasi rumah.

Sesudah mesin kendaraannya dimatikan, keluarlah Pak Marwan dari mobil dan langsung masuk ke rumahnya.

"Ayo Latifah,"kita masuk ke dalam, ajak Buk Marni sambil berjalan kecil masuk ke rumah yang mewah itu.

🛫🛫🛫🛫🛫🛫🛫🛫🛫