webnovel

Ai No Koe (Suara Cinta)

Ai No Koe "Voice of Love" Okino Kaito, remaja yang kehilangan seseorang yang sangat berharga baginya. Ame (hujan) gadis yang ia temui di musim panas hari itu lenyap dari dunia ini. Walau hanya satu bulan mereka bersama, tapi cinta bisa tumbuh kapan saja. Sampai saat Ame meninggalkan dunia ini. Kaito seakan kehilangan hujan semangat nya. Dua tahun kemudian ia bertemu dengan gadis misterius yang tak mau berbicara sama sekali. Entah kenapa takdir membuat Kaito tertarik pada gadis itu. Hari demi hari Kaito lalui, mimpi mimpi aneh mulai menghantui nya. Potongan potongan mimpi itu memberi sebuah petunjuk pada Kaito. Kenapa Kaito selalu bermimpi aneh?

OkinoKazura · 若者
レビュー数が足りません
114 Chs

Chapter 38

Ai

Entah kenapa aku tiba tiba berada di rumah ku. Aku berdiri di ruang keluarga yang gelap. Aku hanya bisa melihat pancaran cahaya dari kamar adik ku yang berada di lantai dua. Aku pun menaiki tangga menuju ke arah kamar adik ku.

Saat aku berada di depan kamar nya, aku bisa melihat adik perempuan ku yang duduk di depan meja belajar nya lewat celah pintu yang sedikit terbuka. Aku pun membuka pintu kamar nya dan masuk ke dalam.

Semakin jelas aku melihat adik perempuan ku yang sedang menulis sesuatu di buku nya. Aku hanya berdiri di belakang nya tanpa sepatah kata pun.

"Kak Ai? ... apa itu kau?", tanya adik ku tetap fokus menulis di buku nya.

" ... "

"Tak usah pura pura bisu ... aku ini adik mu tau!", ucap nya tanpa melihat ku.

"Ano Aa...",

"Kakak mau ngubah takdir ya?", ucap nya menyela ku.

"Itukan impian mu ...", jawab ku.

"Hmm ... iya ... apa menurut kakak impian ku bisa terwujud?", tanya nya tetap menggesekan pulpen ke buku yang ada di depan nya.

"Te-tentu ...", ucap ku sedikit gugup.

"Apa kakak yakin ingin meneruskan impian ku?", tanya nya menghentikan tangan nya yang menulis itu.

"Aku ... aku yakin pasti bisa ...",

"Takdir kita sama kak ... hanya saja kau hidup lebih lama ..."

=°=°=°=°=°=°=°

Kaito

Mata ku yang membaca novel online dari smartphone ku ini mulai terasa berat. Rasa kantuk ini membuat mata ku ingin terpejam. Ketika kedua mataku hampir terpejam tiba tiba Ai terbangun dari tidur nya dan duduk di ranjang dengan nafas yang tak beraturan.

Aku yang terkejut lalu menjatuhkan smartphone ku.

"Ai?! Kenapa?! Apa ada masalah?", tanya ku khawatir.

Ai hanya menggelengkan kepala dan meletakan tangan nya di dada nya. Wajah nya yang pucat itu makin membuat ku khawatir.

"Ai? serius kamu ga apa apa?", tanya ku seraya mengambil smartphone ku yang terjatuh di lantai.

Ai segera mengambil smartphone dari tas pinggang warna merah muda nya yang diletakan di meja di samping ranjang, lalu mengetikan suatu pesan yang sepertinya untuk ku.

"Aku baik baik aja, maaf aku kelamaan tidur sekarang udah jam delapan malam, gimana nih?", pesan yang ku terima.

"Ya udah kita nginep di sini aja", jawab ku.

"Kita tidur berdua?!", tulis pesan yang ia kirim padaku.

"Emang kenapa?", jawab ku santai.

Saat melihat pipi nya yang mulai memerah, aku pun sadar apa yang ia maksud.

"Eh?! a-aku tidur di sofa itu ... mana mungkin aku tidur seranjang ama kamu", ucap ku sedikit gugup.

"Tenang aja ... aku gak bakal aneh aneh ... percaya aja sama aku", ucap ku menenangkan nya.

Saat aku melihat jendela kamar penginapan yang masih terbuka, aku pun berdiri dan menutup jendela itu. Saat aku ingin kembali ke kursi semula tiba tiba lampu di kamar kami mati.

Cih, pake mati lampu segala ... kan jadi gak enak suasana nya ...

Saat aku menghidupkan layar smartphone ku untuk memberi cahaya penerang, Ai tiba tiba berdiri dan berlari lalu memeluku dengan erat.

"Eh?!?! Ai?!?! kenapa?", ucap ku terkejut karena pelukan nya yang tiba tiba.

Aku pun menghidupkan flashlight smartphone ku. Terlihat jelas wajah Ai yang ketakutan saat aku melihat nya.

"Aduh ... kau ini seperti adik ku ... masa udah SMA masih aja takut gelap?", ucap ku mengejek nya.

Di saat yang sama smartphone ku mendadak mati karena kehabisan daya baterai.

"Cih ... malah habis lagi baterai ku ...", ucap ku kesal.

Aku semakin merasakan pelukan Ai yang semakin erat. Aku sampai bisa merasakan nafas lembut nya.

Aduh ... gimana coba ini?! masa aku pelukan sama dia sampe lampu nya hidup lagi ...

"Ai ... tenang aja ... aku jadi gak bisa gerak ini ...", ucap ku berusaha melepas pelukan nya dari ku.

Ai tetap bersikeras memeluku seperti tak ingin aku meninggalkan nya.

"Aku mohon ... jangan ...", suara bisikan yang tak ku kenal.

Eh?! ... apa itu tadi suara nya?!

"A-Ai ... apa kau baru aja ngomong?", tanya ku.

Dia tak menjawab ku, dia malah menangis dan air mata nya membasahi jaket yang masih ku pakai ini.

"Ai ... tenang lah ... aku gak pergi kok ... aku disini ... tenang aja", ucap ku menenangkan nya.

Entah kenapa aku merasa nyaman dipeluk oleh nya, ini pertama kalinya aku berpelukan dengan seorang gadis. Entah kenapa jantung ku ikut berdegup kencang.