webnovel

Ai No Koe (Suara Cinta)

Ai No Koe "Voice of Love" Okino Kaito, remaja yang kehilangan seseorang yang sangat berharga baginya. Ame (hujan) gadis yang ia temui di musim panas hari itu lenyap dari dunia ini. Walau hanya satu bulan mereka bersama, tapi cinta bisa tumbuh kapan saja. Sampai saat Ame meninggalkan dunia ini. Kaito seakan kehilangan hujan semangat nya. Dua tahun kemudian ia bertemu dengan gadis misterius yang tak mau berbicara sama sekali. Entah kenapa takdir membuat Kaito tertarik pada gadis itu. Hari demi hari Kaito lalui, mimpi mimpi aneh mulai menghantui nya. Potongan potongan mimpi itu memberi sebuah petunjuk pada Kaito. Kenapa Kaito selalu bermimpi aneh?

OkinoKazura · 若者
レビュー数が足りません
114 Chs

Chapter 30

Kaito

"Hiii ... kok mau ya pacaran sama cewek bisu"

"Iya tuh ... padahal dia pinter"

"Mau banget dimanfaatin orang bisu"

Hanya kata kata itu yang ku dengar saat aku melewati koridor menuju kelasku. Aku sangat ingin memukul wajah mereka satu persatu.

Aku hanya berusaha tak menghiraukan mereka walau tangan ku sudah mengepal karena kesal.

Aku lega sesaat setelah aku masuk kelas.

Huh ... cih, jadi repot gini sih.

Tak lama saat aku menghela nafas. Terdengar suara keras dari arah tempat duduk ku.

Bruk ...

"Jadi sekarang sombong ya? ... udah terkenal?", kata seorang gadis seraya melancarkan tamparan ke pipi Ai.

"Oi!!! Udah cukup!", ucap ku dengan wajah kesal.

"Ohh apa lagi ... pacar mu?", kata gadis itu seraya mendorong Ai hingga terjatuh ke lantai.

"Apa masalah mu?!", tanya ku.

"Cih, ngapain belain cewek bisu kaya dia?", kata gadis itu.

"Harus nya aku yang tanya ... ngapain kamu masuk kelas orang seenak nya?!", tanya ku berusaha melawan nya.

"Jangan mentang mentang kamu peringkat satu ya?! kamu berani nantang kakak kelas!", kata gadis itu mengancam seraya menarik kerah seragam ku.

"Cih, kakak kelas macam apa yang nyakitin adik kelas nya cuma buat kepopuleran, dasar sampah", ucap ku menepis tangan nya yang menarik kerah seragam ku.

"Hei kalian sudah cukup bertengkar nya ... Saki cepat ke kantor kepala sekolah", teriak pak Kakegawa menghentikan pertengkaran kami.

Gadis yang bernama Saki tadi keluar dengan wajah marah nya. Tanpa pikir panjang aku segera memeriksa keadaan Ai yang tersungkur di lantai.

"Ai ... kamu baik baik aja kan?", tanya ku sembari membantunya berdiri.

Dia hanya mengangguk dan duduk di bangkunya dengan wajah sedih. Saat itu juga pak Kakegawa mendekat ke arah kami.

"Kalian gapapa kan? ... gak perlu dipikir kata kata Saki tadi ...", ucap pak Kakegawa menenangkan keadaan.

"Makasih sensei ... Oh iya tugas novel ku selesai", ucap ku mengambil naskah dari tas ransel ku.

"Eh?! Kamu gak masuk kemarin jangan bilang buat kebut novel ini", ucap pak Kakegawa menerima naskah ku.

"Hmm ... ini juga bantuan murid sensei yang ngeselin itu dan yang paling utama ... bantuan Ai", ucap ku dengan wajah malas senbari menggaruk kepala ku.

"Wah ... gak sangka secepet ini, ya udah aku pergi dulu", ucap pak Kakegawa seraya melangkah keluar dari kelas.

Di saat yang sama saat pak Kakegawa keluar aku sadar banyak murid murid lain yang mengintip lewat jendela dan pintu kelas. Tak lama kemudian murid murid kelas ku mulai memasuki kelas.

Raku yang barusan masuk pun bertanya.

"Oi Kai, ada apa?", tanya nya lalu duduk di bangku nya di depan ku.

"Cih, biasa ... pembuat onar dari kelas 3", kata ku kesal lalu duduk di bangku ku.

"Ai, kau benar benar gak apa apa kan?", tanya ku pada Ai yang duduk sebangku dengan ku.

Dia hanya mengangguk tanpa memandang ku.

Kok aku khawatir ya, gak biasa nya dia gini.

"Ai, apa kau mau baca novel ku?", tanya ku mengambil salinan naskah ku dari ransel.

Dia terkejut dan menoleh kearah ku lalu mengangguk dengan senyuman manis nya.

"Nih, buat kamu gak usah dikembaliin", ucap ku memberikan salinan naskah ku pada nya.

"Eh kamu nulis lagi Kaito?", tanya Raku penasaran.

"Hmm ... gitu lah", ucap ku dengan wajah malas.

Pelajaran hari itu berjalan normal tanpa gangguan. Karena masih khawatir pada Ai aku terus berada di kelas bersama nya hari ini. Bel pulang sekolah pun berbunyi. Aku dan Ai oun segera melangkah menuju ruang klub sastra yang berada di lantai dua gedung sekolah.

Setelah masuk kami duduk di kursi yang biasa kami tempati. Aku pun melanjutkan novel yang belum selesai aku baca. Ai mungkin penasaran dengan novel yang ku tulis. Dia langsung membaca naskah ku dengan semangat.

Satu jam hanya berisi keheningan dan suara gesekan kertas dari halaman novel. Saat aku sedang fokus membaca novel aku kembali dikejutkan oleh tingkah Ai.

Eh?! kenapa dia nangis coba?, memang sih akhir dari cerita ku bad ending tapi kok sampe segitu nya.

Air mata Ai menetes membasahi naskah ku dan meja di ruang klub ini. Karena khawatir aku segera bertanya.

"Ai, kamu gak apa apa kan?"

Dia hanya mengusap air mata dengan punggung tangan nya lalu tersenyum pada ku dengan bekas air mata yang masih ada di pipi nya.