webnovel

After You leave us

Menikah dengan orang yang di cintai, di restui keluarga dan di saksikan oleh banyak orang merupakan impian bagi setiap gadis. Begitu pula dengan Alana yang tengah menanti pernikahan impiannya. Tetapi sayang, pernikahan impiannya kandas di depan mata. Kekasihnya pergi di hari pernikahan mereka. bukan untuk beberapa hari, bulan atau bahkan tahun tetapi untuk selamanya. Entah berkah atau musibah saat dirinya dinyatakan hamil. Seluruh keluarga menatapnya dengan penuh rasa kecewa orang tuanya marah bahkan sampai ingin menggugurkan kandungannya. Mampukah Alana mempertahankan malaikat yang sedang ia kandung?

Im_yours · ファンタジー
レビュー数が足りません
2 Chs

Dari Allan, untuk Alana

Alana mengerjapkan matanya, menyesuaikan kilau cahaya yang masuk lewat jendela kamarnya. Kepalanya pusing, badannya lemas dan fikirannya kosong ingatannya membawanya pada tragedi yang sangat kejam,

tetapi tunggu, sekarang ini dia berada di dalam kamarnya tidak memakai gaun pernikahan tetapi memakai kaos oversize yang biasa ia pakai.

Syukurlah tadi hanya mimpi fikirnya.

Perhatiannya kini tertuju pada seseorang yang membuka pintu ternyata itu ayahnya Allard.

"Are you oke?"

Alana mengernyit merasa bingung memangnya ia kenapa? Lalu tak lama setelah itu Alana mengangguk dengan ragu

"Feeling better?"

Kali ini Alana terdiam pikirannya mulai kacau ada apa dengan ayahnya? Biasanya jika ia bangun tidur ayahnya hanya menyapanya sekedar mengucapkan selamat pagi, siang atau malam tapi kali ini ayahnya mengajukan pertanyaan seolah olah telah terjadi sesuatu yang buruk terhadap Alana apa jangan-jangan?

Tidak! Alana menggelengkan kepalanya tragedi tadi hanya mimpi. ya, hanya mimpi.

"Hey, apa yang kamu pikirkan?"

"Tidak, ayah"

"Are you ready?"

"For what?"

Allard menghela nafasnya, kini punggungnya terasa berat mulutnya kelu sulit untuk menjelaskan tragedi itu kembali.

"Pemakaman Allan"

Setetes air mata jatuh membasahi pipi Alana

"Jadi yang tadi itu b-bukan mimpi?"

Dengan berat Allard menganggukkan kepalanya, dan setelah itu tangis pilu kembali terdengar menggema di kamar Alana.

Allard menarik putrinya kedalam pelukannya menangis dalam diam meratapi nasib buruk yang menimpa putrinya.

"Menangislah keluarkan semuanya" ucap Allard dengan suara serak

Kini hanya terdengar tangisan Alana. Allard mengelus punggung Alana memeluknya dengan erat mencoba mengatakan bahwa ada ayahnya disini Alana tidak sendirian pelukan ayahnya akan selalu ada untuknya dikala dia merasa putus asa.

Setelah tangisan Alana mulai mereda, Allard melepaskan pelukannya merongoh kantong di dalam jasnya lalu mengeluarkan sebuah kertas dan menyerahkannya pada Alana

"Dari Allan untuk Alana" setelah mengatakan itu, Allard keluar dari kamar Alana memberikan waktu untuk putrinya itu

Dengan sesenggukan Alana membuka kertas itu terlihat sebuah bunga lily saksi bisu kisah cinta Allan dan Alana serta tulisan tangan yang rapih di dalamnya Alana tahu, itu tulisan tangan Allan.

'Alana, besok hari pernikahan kita. Aku sangat bersemangat untuk itu. Membayangkan bangun di pagi hari dan melihat wajah polosmu ketika tidur disampingku, menyiapkan sarapan dan bekal untukku, menghabiskan waktu berdua sebelum ada malaikat kecil di antara kita bukankah itu sangat indah?'

Alana tersenyum dan menganggukkan kepala menyetujui perkataan Allan.

'Kau tau, aku merasa sangat gugup setelah sekian lama akhirnya kau akan menjadi milikku untuk selamanya. Tetapi, hatiku terasa gelisah entah apa yang akan terjadi besok aku merasa sesuatu yang besar akan terjadi. Karena itu aku menulis surat ini.

Apapun yang terjadi hanya satu yang harus kau ketahui aku mencintaimu, jika surat ini sampai di tanganmu artinya sesuatu telah terjadi padaku, maka dari itu tolong jangan pernah lupakan aku'

Tangan mungil Alana meremas dadanya rasanya sangat sesak, ternyata Allan sudah mempunyai firasat akan kepergiaannya. Dengan tangan gemetar Alana kembali membaca deretan kalimat didalam kertas yang sudah mulai kusut itu

'Jika aku pergi nanti datanglah ke rumahku, buku hitam di dalam nakas samping tempat tidur ambillah itu, semua kenangan kita ada di dalam sana tolong jaga buku itu

Alana, kau harus bahagia meskipun tanpa ada aku disampingmu. Sayang aku sangat sangat mencintaimu...'

Calon suamimu, Cleonal Allan Bagaskara

Bagaimana bisa Alana bahagia tanpa Allannya? Allan adalah sumber kebahagiaannya, Allan adalah pelindungnya, Allan sudah membuatnya tergantung padanya sehingga kepergiannya sama saja dengan kehilangan segalanya.

Alana memeluk surat pemberian Allan tangisannya semakin terdengar pilu, matanya sudah bengkak kepalanya terasa sakit dan nafasnya memburu.

"Sayang" Alana mengangkat kepalanya lalu terlihat sang bunda di hadapannya. Alana langsung menghambur ke pelukan Anastasya saat ini yang Alana butuhkan hanya pelukan.

"Alana, semua milik tuhan pasti akan kembali padanya begitu pula dengan Allan, tuhan sangat sayang kepadanya sehingga tuhan memanggilnya lebih cepat"

"Kenapa secepat ini bunda? Dan di hari yang Alana dan Allan nantikan"

"Kamu tahu puncak dari mencintai itu apa? Mengikhlaskan. Ikhlaskan Allan ya sayang agar Allan tenang di alam sana" Anastasya mengusap kepala Alana dengan penuh kasih sayang memberikan ketenangan lewat tangan lembutnya.

"Alana boleh egois kan bunda?"

"Enggak, kamu gak boleh egois Allan patut bahagia dan kebahagiaannya itu kamu. Kamu harus bahagia agar Allan bahagia"

Alana kembali menangis saat ini rasanya dia ingin sekali berbuat egois ia ingin Allannya kembali padanya menghabiskan waktu berdua dan menanti malaikat kecil yang akan hadir di antara mereka

"Bunda ga ngelarang kamu buat berkabung, tapi kamu harus fikirin diri kamu sendiri. Allan bakal sedih kalo lihat kamu seperti ini"

Benar, yang dikatakan bundanya memang benar

Alana tidak boleh egois. Alana menghapus sisa-sisa air mata yang ada di pipinya lalu menatap Anastasya dengan sungguh-sungguh mengatakan bahwa dirinya telah merasa lebih baik. Senyum Anastasya terbit setelahnya.

"Siapkan diri kamu lima menit lagi pemakaman Allan akan dilaksanakan"

"Aku udah siap bunda"

"Yakin?"

Alana menganggukkan kepalanya dengan yakin. Anastasya yang melihatnya tersenyum hangat lalu menuntun putrinya untuk turun mengantarkan Allan ke peristirahatan terakhirnya.

Di sepanjang jalan, air mata terus turun membasahi pipi Alana walaupun sudah mencoba mengikhlaskan akan tetapi tetap saja rasanya sangat sulit, Anastasya yang berada di samping Alana selalu setia mengusap punggung putrinya dan membisikkan kata-kata penenang.

Setelah pemakaman selesai, satu persatu pelayad meninggalkan pemakaman kini hanya tersisa Alana, Bagas, Anggun, Allard dan Anastasya saja.

Anggun duduk bersimpuh di samping kanan nisan Allan pandangan dan fikirannya kosong. Air matanya terkuras habis. Dari sepanjang jalan menuju rumah Alana tadi, Anggun tidak berhenti menangis sambil memeluk anaknya yang ada di ambang hidup dan mati.

"Mah" suara Alana terdengar parau, tenggorokannya terasa kering karena menangis

Anggun menatap Alana lalu air matanya kembali keluar, Alana memeluk anggun menangis bersama meratapi orang tersayang mereka yang telah pergi.

Bagas, Anastasya dan Allard mencoba untuk bersikap tegar. Di sini yang paling terpuruk adalah anggun orang yang telah melahirkan Allan menyusuinya dan mengasuhnya sampai akhir hidupnya dan Alana, perempuan kedua setelah anggun yang ada di hidup Allan mereka berdua adalah orang yang paling merasa kehilangan meskipun Bagas juga merasa sangat kehilangan tetapi dirinya masih bisa mengontrol diri dan bersikap tegar untuk menguatkan istrinya.

"Sekarang rumah mamah pasti sepi, gak ada yang ngerusuh lagi, gak ada yang curhat tentang kamu dan ga ada yang nemenin mamah waktu papah kerja"

Suasana hening seketika, Alana mengusap nisan sang kekasih lalu perhatiannya kembali kepada Anggun saat Anggun menanyakan sesuatu yang sulit Alana jawab

"Alana, kamu mau kan pulang ke rumah mamah?"

Alana menatap kedua orang tuanya, ia tau Anggun merasa kesepian tetapi dia juga tidak bisa pergi jauh dari kedua orang tuanya apalagi dalam keadaan seperti ini Alana butuh pelukan sang bunda.

"Mamah akan ceritakan semua yang menimpa Allan saat pergi menuju rumahmu"

Dan setelah itu Alana menganggukkan kepala, rasa penasarannya sangat mendominasi ia ingin tahu kenapa kekasihnya sampai berlumuran darah dan sudah tidak bernyawa saat sampai dirumahnya.

Like it ? Add to library!

Im_yourscreators' thoughts