webnovel
#ACTION
#ADVENTURE
#ROMANCE
#R18

ADURA

Seorang gadis bernama Yena, sudah cukup lama bekerja di Kerajaan Altair sebagai Pengawal Pribadi Raja. Dia dilantik secara langsung oleh Sang Raja dari kerajaan tersebut. Dia juga dipercaya, menjaga Pedang Legendaris Er'dura sebagai pemilik resminya. Namun, belum genap empat tahun Yena menjabat, tersiar isu pembunuh bayaran yang mengincar orang-orang penting di kerajaan. Kabar ini menyebar hingga ke penjuru negeri, tak terkecuali Negeri Aisty. Yena segera ditugaskan mengusut tuntas kasus ini, berpacu dengan waktu. Sebab pembunuhan demi pembunuhan terus terjadi. Pelaku dengan sadis, meninggalkan tubuh korbannya tanpa kepala. Yena yang hampir putus asa, pulang sebentar untuk sekadar beristirahat dan mendinginkan kepalanya dari tugas. Tak disangka, muncul seorang pemuda bernama Hazard, yang entah dari mana, tahu-tahu membeli rumah di sekitar tempat tinggalnya. Ciri fisiknya sama persis dengan si pembunuh, sesuai keterangan saksi. Sayang, tidak ada yang tahu bagaimana bentuk wajah aslinya. Sehingga kecurigaan Yena masih perlu diselidiki lebih dalam. Membuat Yena makin tertarik untuk mengungkapkan, siapa sebenarnya seseorang yang ada dibalik masker? *** “Tenang saja Nyonya. Saya berjanji, akan menuntaskan semua kejahatan yang telah dilakukan oleh Raja Altair zaman ini." “Bagaimanapun kondisinya, keluarga adalah hal pertama yang harus kulindungi.” “Aku juga seorang pangeran, tugasku melindungi kampung halaman dari para penghianat dan makhluk perusak.” “Walau kepentingan kami berbeda, tapi tujuan kami serupa. Yakni, mengirimmu langsung ke neraka!" *** Update: Sangat Lambat

DeanyNa · 幻想
レビュー数が足りません
80 Chs
#ACTION
#ADVENTURE
#ROMANCE
#R18

Bab 77 — Pintu Takdir

"Dan aku pun tak ada pilihan lain untuk me.maaf.kan.mu! Aku tak peduli soal keluargamu! Bukan urusanku! Sekarang lebih baik kau pergi. Aku muak mendengar semua alasanmu, sialan!"

Brak!

Pintu rumah dibanting dengan keras, sampai menimbulkan bunyi yang amat nyaring. Tahu-tahu, Yena merosot tatkala lawan bicaranya sudah tak menonton lagi. Ia kecewa, hatinya sakit mendengar alasan yang terucap dari mulut Sameer. Ternyata, begitulah kepribadiannya, keras kepala dan tak ingin disalahkan.

Meski sakit yang dirasa cukup dalam, Yena tak menangis sedikitpun. Mungkin karena sudah terlalu banyak mengeluarkannya, air bening itu sudah tak mau mengalir untuk menemani kesedihannya.

Selagi menetralkan hati dari rasa sakit. Yena menengadah sambil memandangi langit-langit. Dirinya bernapas dalam, berharap perasaan itu cepat hilang.