webnovel
#ACTION
#ADVENTURE
#ROMANCE
#R18

ADURA

Seorang gadis bernama Yena, sudah cukup lama bekerja di Kerajaan Altair sebagai Pengawal Pribadi Raja. Dia dilantik secara langsung oleh Sang Raja dari kerajaan tersebut. Dia juga dipercaya, menjaga Pedang Legendaris Er'dura sebagai pemilik resminya. Namun, belum genap empat tahun Yena menjabat, tersiar isu pembunuh bayaran yang mengincar orang-orang penting di kerajaan. Kabar ini menyebar hingga ke penjuru negeri, tak terkecuali Negeri Aisty. Yena segera ditugaskan mengusut tuntas kasus ini, berpacu dengan waktu. Sebab pembunuhan demi pembunuhan terus terjadi. Pelaku dengan sadis, meninggalkan tubuh korbannya tanpa kepala. Yena yang hampir putus asa, pulang sebentar untuk sekadar beristirahat dan mendinginkan kepalanya dari tugas. Tak disangka, muncul seorang pemuda bernama Hazard, yang entah dari mana, tahu-tahu membeli rumah di sekitar tempat tinggalnya. Ciri fisiknya sama persis dengan si pembunuh, sesuai keterangan saksi. Sayang, tidak ada yang tahu bagaimana bentuk wajah aslinya. Sehingga kecurigaan Yena masih perlu diselidiki lebih dalam. Membuat Yena makin tertarik untuk mengungkapkan, siapa sebenarnya seseorang yang ada dibalik masker? *** “Tenang saja Nyonya. Saya berjanji, akan menuntaskan semua kejahatan yang telah dilakukan oleh Raja Altair zaman ini." “Bagaimanapun kondisinya, keluarga adalah hal pertama yang harus kulindungi.” “Aku juga seorang pangeran, tugasku melindungi kampung halaman dari para penghianat dan makhluk perusak.” “Walau kepentingan kami berbeda, tapi tujuan kami serupa. Yakni, mengirimmu langsung ke neraka!" *** Update: Sangat Lambat

DeanyNa · 幻想
レビュー数が足りません
80 Chs
#ACTION
#ADVENTURE
#ROMANCE
#R18

Bab 72 — Menyerah atau Mati

Dengan nada mengejek, Yena mempertanyakan keamanannya. "Bersahabat katamu? Kau tahu darimana?"

"Pangeran Hazard dan aku menunggangi monster ini agar bisa lebih cepat sampai dari yang lain. Karena tugasku yang harus menyelamatkan kalian secepatnya," tutur Eden mencoba meyakinkan Yena, kemudian mengulurkan tangan meminta persetujuan darinya. "Bagaimana?"

Namun tetap saja, Yena masih ngeri setiap kali menengok wujud monster rubah di depan matanya ini. Cukup menatap bola matanya yang besar dan merah saja, membuat bulu kuduk Yena langsung berdiri.

"Memangnya tidak ada tunggangan lain?"

Eden menggeleng. "Tidak ada."

Yena berdecak sambil mengembuskan napas, berusaha menetralkan detak jantungnya karena merasa was-was.

Eden baru saja naik ke punggung monster itu dan mengulurkan tangannya lagi. "Mau cepat sampai atau tidak?"

"Iya, iya, oke!" pekik Yena akhirnya mau tak mau menyambut uluran tangan Eden.