Nayla buru-buru melepaskan tangan yang memegang ujung pakaian Andre dengan panik. Wajahnya terlihat merah, dan dia meminta maaf dengan gagap kepada Andre. "Ah! Maafkan aku, Kak!"
"..."
Andre memejamkan matanya dan mengangkat kepalanya dengan perlahan. Air hangat dari pancuran di kamar mandi masih menyembur ke atas kepalanya dan terus mengalir ke pipi dan lehernya.
Pakaian Andre sendiri menjadi basah kuyup dari bagian dalam hingga luar. Dalam keadaan seperti itu, Andre merasa pakaiannya menjadi berat dan pengap.
Dan penyeban dari semua ini sedang berdiri di depannya dengan salah tingkah. Kedua tangannya yang kurus dan kecil bergerak-gerak dengan gelisah di depannya dan matanya yang bulat dan besar dipenuhi oleh penyesalan. Saat ini dia sedang menatap Andre dengan sedih, seakan-akan tidak tahu apa yang harus dia lakukan pada situasi seperti ini.
Tenang, tenang.
Andre menarik napas dalam-dalam dan menegakkan tubuhnya. Kemudian dia mengulurkan tangan dan membelai rambutnya yang basah sambil tersenyum dengan canggung ke arah Nayla dan berkata: "Tidak apa-apa, tidak usah dipikirkan. Sekarang lebih baik kau segera mandi, dan aku akan menutup pintu kacanya."
"Tapi, Kak...Apakah Kakak akan baik-baik saja?" Nayla mengulurkan tangannya dan menunjuk ke pakaian Andre yang basah kuyup sambil melanjutkan kata-katanya. "Lihat, semua pakaian Kakak basah kuyup. Jika Kakak keluar dalam keadaan seperti ini, Kakak akan masuk angin."
"..."
Andre hanya bisa terdiam dan melirik Nayla setelah mendengar ucapannya.
Memang, pada saat ini, Andre sedang berdiri di luar pintu kaca dan bajunya yang basah kuyup mulai terasa sedikit dingin meskipun tadi dia tersiram oleh air hangat. Dan dia tahu bahwa lama-kelamaan pakaiannya akan menjadi benar-benar dingin, dan dia bisa terkena masuk angin sesuai perkataan Nayla.
"Ahhhhhhhhhhhh kenapa semuanya jadi merepotkan seperti ini!" Jerit Andre dalam hati.
Tapi pada akhirnya dia hanya mendengus dan melambaikan tangannya ke arah Nayla seraya berkata, "Tidak apa-apa, jangan khawatir. Setelah ini aku akan langsung pergi ke kamarku dan mengganti pakaianku. Sudahlah, pokoknya sekarang kau segera mandi secepat mungkin agar aku...Hatchiii!!!"
Saat mendengar bersin Andre, Nayla menatapnya dengan cemas. Tapi Andre tidak menyadarinya dan berbalik untuk keluar kamar mandi. Secara tanpa sadar Nayla kembali mengulurkan tangannya dan meraih ujung pakaian Andre sekali lagi.
Andre menoleh ke arah belakang dan menatap Nayla dengan ragu. Kemudian dia bertanya dengan heran, "Ada apa? Apakah kau membutuhkan bantuan untuk hal yang lain?"
"Bukan begitu. " Nayla menggeleng dan melanjutkan ucapannya. "Kenapa Kakak tidak mandi denganku saja sekarang?" Wajah bulat Nayla dipenuh dengan ekspresi serius. "Kalau tidak, Kakak benar-benar akan masuk angin nanti."
"..."
Sesaat Andre terpaku setelah mendengar ucapan Nayla. Kemudian dia tersadar dan menggelengkan kepalanya dengan keras, "Tidak, terima kasih."
"Kenapa?" Nayla menatap Andre sambil bertanya dengan polos.
"Kau adalah perempuan, dan aku adalah laki-laki. Laki-laki dan perempuan tidak boleh mandi bersama." Jelas Andre setelah berpikir sejenak.
"Tapi Kakak adalah saudara laki-lakiku sendiri." Nayla menatapnya dengan sedih dan melanjutkan ucapannya. "Ibu pernah berkata bahwa setelah aku memiliki kakak laki-laki, aku bisa bermain dengan kakak laki-lakiku. Kita juga bisa makan bersama, serta pergi ke sekolah bersama. Apapun yang aku lakukan, aku bisa melakukannya bersama-sama dengan kakak laki-lakiku. "
"Memang, tapi tidak termasuk mandi, kan?" Balas Andre sambil tersenyum dengan kaku. Dia merasa takjub saat mendengar bahwa ibunya mengatakan hal-hal seperti itu pada Nayla.
"Tapi Ibu tidak pernah berkata bahwa aku tidak boleh mandi dengan kakakku." Tangan kecil Nayla menarik ujung pakaian Andre dengan keras kepala dan berkata. "Ayolah, Kakak mandi denganku saja sekarang. Ayo mandi denganku... Ayo mandi denganku"
"..."
Mendengar Nayla yang mengulang-ulang permintaannya seperti robit, pada akhirnya Andre hanya bisa menghela napas dan berkata: "Baiklah, baiklah. Aku mengerti. Aku akan mandi denganmu sekarang.."
"Benarkah?" Mata Nayla berbinar dan akhirnya dia melepaskan ujung pakaian Andre.
Tidak ada pilihan lain, pikir Andre dengan getir. Dia bergegas melepas pakaian dan celananya, lalu pergi ke kamar mandi.
Di saat air panas dari pancuran membasahi tubuh Andre, seketika dia langsung merinding. Andre merasa seakan-akan semua bulu kuduk di lengannya berdiri.
Setelah beberapa saat membasuh dirinya, Andre baru tersadar bahwa sedari tadi Nayla masih berdiri diam sejak dia memasuki kamar mandi.
Andre menoleh ke arahnya dan bertanya dengan santai. "Kemarilah. Kenapa kau masih berdiri di sana? Apakah kau tidak merasa kedinginan? Padahal tadi kau yang menasihatiku agar tidak masuk angin."
"Aku..." Perkataan Nayla terputus. Dia mengangkat kepalanya dan menatap Andre dengan bingung. Beberapa saat kemudian akhirnya dia bertanya dengan polos, "Kakak….Kenapa Kakak berbeda denganku?"
"Berbeda? Apa maks- Ah!"
Walaupun pada awalnya dia merasa bingung, pada akhirnya Andre menyadari apa maksud pertanyaan Nayla. Seketika wajahnya langsung merona merah.
Namun, Nayla tetap memandang Andre dengan polos sambil menunggu jawabannya.
"Ahem, itu… Karena aku adalah laki-laki dan kamu adalah perempuan, jadi jelas saja...Tubuh kita berbeda." Andre berdeham dua kali dan memberi penjelasan kepada Nayla dengan canggung.
"Oh ..." Nayla hanya mengangguk.
Andre berbalik dengan malu, dan berkata dengan pelan ke arah Nayla: "Jangan melihatku terus. Kemarilah, apa kau tidak mau mandi?"
"Ah, ya." Nayla berjalan ke arah Andre dengan patuh. Kemudian dia berdiri di bawah pancuran dan membiarkan air hangat membasuh tubuhnya.
Tapi sekarang karena terkena siraman air hangat, tiba-tiba rambut Nayla yang terikat dalam dua kepangan terkulai ke bawah.
Andre menatap kedua kepangannya selama beberapa saat, kemudia dia bertanya dengan ragu, "Apa kau tidak mau melepas kepangan rambutmu?"
"Hah?" Nayla mendongak dan melirik Andre. Lalu dia mengulurkan tangannya dan mencoba melepaskan karet gelang yang mengikat rambutnya.
Tapi ikatan karet gelang itu terlalu ketat sehingga dia kesulitan untuk melepaskannya.
Melihat pemandangan itu Andre berjalan ke arahnya dan berkata. "Biarkan aku membantumu." Dia mengulurkan tangannya dan menggenggam kepang basah Nayla. Kemudian Andre menyipitkan matanya dan melepaskan karet gelang itu dari rambut Nayla dengan hati-hati. "Kalau kau merasa sakit, beritahu aku."
"Ya," Nayla menjawab dengan suara rendah. Dia berdiri diam dengan patuh, membiarkan Andre melepaskan kepangannya.
Gerakan Andre terasa sangat berhati-hati dan lembut.
Nayla bisa merasakan tangan Andre bergerak-gerak di atas kepangannya, tetapi dia tidak merasa sakit sama sekali.
Setelah beberapa saat, Andre menghela napas dengan lega dan menyerahkan kedua karet gelang tersebut kepada Nayla. "Oke, sudah kulepaskan."
"Terima kasih, Kak." Nayla mendongak dan berkata kepada Andre dengan ceria. Kemudian dia mengambil kedua karet gelang di tangan Andre dan menggantungnya di pergelangan tangan.
"Tidak masalah." Andre menatapnya dengan sedikit malu, dan beberapa saat kemudian dia kembali bertanya: "Kau mau aku mencuci rambutmu?"
"Tentu!" Nayla mengangguk dengan penuh semangat.
Namun, setelah beberapa saat, kepala Andre dan Nayla dipenuhi dengan busa sampo.
Mereka berdua berdiri di bawah pancuran, bermain dengan busa di kepala mereka, sambil membasuh tubuh mereka. Dari waktu ke waktu, mereka menyeka busa di bahu dan lengan satu sama lain sambil tersenyum dengan lebar.