webnovel

31

Kediri

PESANTREN DARUSSALAM

Di Depan Kelas Titah.

"Loh Frensky, kamu ngapain di sini, di depan kelas Titah?" tanya Fandi.

"Saya mau ngapain atau mau apa itu urusan saya bukan urusan kamu." jawab Frensky.

"Kamu tidak tahu saya ini siapa di pesantren darussalam hah..?"

"Iya saya tahu, kamu senior saya dan saya junior kamu kan?" tanya Frensky juga.

"Kamu gak ada takut-takutnya ya dengan senior kamu sendiri, saya tahu kamu kesini pasti mau dekati Titah kan, dengar ya baik-baik Titah itu punya saya tahu." jawab Fandi.

"Enak saja, dik Titah itu punya saya bukan punya kamu tahu." kata Frensky.

"Punya saya." sambung Fandi.

"Punya saya."

**

Dia milikku - Yovie and Nuno / Frensky dan Fandi.

"Semula ku tak tahu

Engkau juga kan ingin memilikinya." bagian Frensky.

"Bukankah ku lebih dulu

Bila engkau temanku

Sebaiknya tak mengganggu." bagian Fandi.

"Dia untukku

Bukan untukmu

Dia milikku

Bukan milikmu." duet / Fandi dan Frensky.

"Pergilah kamu

Jangan kau ganggu

Biarkan aku

Mendekatinya." bagian Frensky.

"Kamu

Tak akan mungkin

Mendapatkannya

Karena dia

Berikan aku

Pertanda cinta

Janganlah kamu banyak bermimpi, oh

Dia Untuk aku." bagian Fandi.

"Bukankah belum pasti

Kamu juga kan jadi

Dengan dirinya." bagian Frensky.

"Dia yang menentukan

Apa yang kan terjadi

Tak usah mengaturku." bagian Fandi.

"Dia untukku

Bukan untukmu

Dia milikku

Bukan milikmu." bagian Frensky.

"Lihatlah nanti

Lihatlah saja

Biarkan aku

Mendekatinya." bagian Fandi.

"Kamu

Tak akan mungkin

Mendapatkannya

Karena dia

Berikan aku

Pertanda juga." bagian Frensky.

"Janganlah kamu banyak bermimpi ooh

Kusarankan engkau mundur saja, ooh." bagian Fandi.

"Dia untukku

Bukan untukmu

Dia milikku

Bukan milikmu." bagian Frensky.

"Pergilah kamu

Jangan kau ganggu

Biarkan aku

Mendekatinya." bagian Fandi.

"Dia untuk aku." bagian Frensky.

"Bukan dia untuk aku." bagian Fandi.

**

Masih Di Depan Kelas Titah.

"Punyaku.." kata Frensky.

"Punyaku.." sambung Fandi.

Di Kelas Titah..

"Itu ada apa sih, kok ribut-ribut di depan kelas?", ustazah Dina bertanya-tanya.

Di Depan Kelas Titah..

"Krungu ya kowe iki oleh wae senior aku lan aku oleh wae junior kowe neng pesantren darussalam iki, tapi yen masalah demen oleh dong awake bersaing kanggo mendapatkan dik Titah." kata Frensky.

"Oleh ta, tapi aku ra arep bersaing karo kowe, lagian uga Titah kuwi pantas e karo aku dudu karo kowe, paham..?" tanya Fandi.

"Eh krungu iseh ya, Titah lan kowe kuwi durung rabi ya dadi oleh uga aku mendapatkan lan mendekati dik Titah." jawab Frensky.

"Troh.." kata pak ustaz Fitri.

"Iya, ngapa tri?" tanya pak ustaz Fitroh.

"Kuwi bocah ribut, mangga pisahkan." jawab pak ustaz Fitri.

"Yuk.." kata pak ustaz Fitroh.

"Pokoknya dia itu punya ku, milikku dan bukan punyamu, bukan juga milikmu." kata Frensky.

"Enak saja kamu juga belum menikah kok dengan Titah, berarti saya juga bisa dekati Titah, miliki Titah juga dong." sambung Fandi.

"Eeh.., kalian berdua iki ya ribut mulu, saben pethuk ribut, saben pethuk ribut." kata pak ustaz Fitri yang menghentikan Fandi dan Frensky ribut di depan kelas Titah.

"Tahu emang ekalian berdua merebutkan apa ta?" tanya pak ustaz Fitroh lagi.

"Aku tahu troh mereka berdua merebutkan apa, mesti sepupu awake ta, hayo ngaku?" tanya pak ustaz Fitri juga.

"Inggih mas.." jawab Fandi dan Frensky barengan.

"Tuh bener ta troh.." kata pak ustaz Fitri.

"Terus kalian berdua wis tahu jawaban saka sepupu aku apa?" tanya pak ustaz Fitroh lagi.

"Sampun mas." jawab Fandi.

"Apa coba jawaban ne?" tanya pak ustaz Fitri lagi.

"Di tolak mas." jawab Frensky.

"Satu pertanyaan lagi, troh." kata pak ustaz Fitri.

"Kalian berdua tahu ora, yen adik aku menolak kalian amarga apa, selain jawaban di tolak?" tanya pak ustaz Fitroh lagi.

"Enggak mas.." jawab Fandi lagi.

"Aku uga padha mas, ora tahu, emange amarga apa ta dik Titah nolak awake?" tanya Frensky.

"Kuwi amarga Titah wis ana jodohnya saka abi." jawab pak ustaz Fitroh.

"Apa!!" seru Frensky dan Fandi barengan.

"Iya Titah wis ana jodohnya, tinggal tunggu waktunya wae." kata pak ustaz Fitri.

"Sapa mas, wong endi?" tanya Fandi.

"Entah.." jawab pak ustaz Fitri.

"Maksudnya?" tanya Frensky.

"Mboten mangertos, mboten mangertos ky, Fandi." jawab pak ustaz Fitroh.

"Sudah kalian berdua bubar saja percuma kalian berada di sini dan merebutkan orang yang sudah ada jodohnya, buang-buang waktu saja, ayo tri, kita ke kelas." kata pak ustaz Fitroh.

"Ayo troh kita ke kelas." sambung pak ustaz Fitri.

"Assalamu'alaikum." pak ustaz Fitri dan pak ustaz Fitroh memberikan salam pada Frensky dan Fandi.

"Wa'alaikumussalam." Frensky dan Fandi menjawab salam dari pak ustaz Fitri dan pak ustaz Fitroh.

Keesokan harinya..

Kediri

PESANTREN DARUSSALAM

Di Depan Pesantren Darussalam..

"Akhirnya tiba juga aku di pesantren darussalam." kata Fandi.

"Hari ini masak, loh kok catatan belanjaannya gak ada ya, kemana ya, apa jangan-jangan astaghfirullahalazim ketinggalan." kata Purnomo.

"Loh Purnom.." sambung Paijo.

"Purnomo, jo bukan Purnom." keluh Purnomo.

"Nah iya itu maksudnya, kamu mau kemana, kan kita harus ke pasar?" tanya Paijo.

"Arep ambil catetan jo." jawab Purnomo.

"Ketinggalan meneh ya?"

"Nah iya kuwi bener jo, hehe.."

"Hmm kebiasaan, tunggu aku ikut." keluh Paijo.

"Hehe, ya sudah ayo."

"Itu pasti pak lik Paijo dan pak lik Purnomo, loh kok mereka pergi ke dalam lagi, Titah.., sekarang kamu sudah dewasa, makin tambah cantik saja, saya ke sana saja deh.."

"Mas Kamil.." kata Titah.

"Iya sayang, kenapa?" tanya Kamil.

"Kenapa buru-buru sih mas, memangnya kita mau kemana sih mas?" tanya Titah juga.

"Ada deh, hehe.." jawab Kamil.

"Laki-laki itu siapa, kok dia pegang-pegang Titah seperti itu sih.., saya harus ke sana." kata Fandi yang cemburu melihat Titah bersama dengan Kamil.

"Assalamu'alaikum." Fandi memberikan salam pada Titah dan Kamil.

"Wa'alaikumussalam." Titah dan Kamil menjawab salam dari Fandi.

"Titah.."

"Nggih, ngapura panjenengan sinten nggih?" tanya Titah.

"Masa kamu lupa sih dengan saya, coba di ingat-ingat." jawab Fandi.

"Siapa dia istriku?" tanya Kamil berbisik pada Titah.

"Titah juga gak tahu mas, dia siapa, saya baru lihat." jawab Titah berbisik pada Kamil juga.

"Sudah ingat?" tanya Fandi.

"Ngapura nggih kula mboten enget sami sekali kaliyan panjenengan, panjenengan sinten nggih?" tanya Titah lagi.

"Iya kula Fandi." jawab Fandi.

"Fandi yang melanjutkan kuliahnya di Arab Saudi dan santri di pesantren darussalam ini dulu?"

"Iya, benar, alhamdulillah kamu masih ingat dengan saya."

"Iya saya ingat, kamu itu kan santri kebanggaan pak dhe, oh ya saya lupa kenalkan ini suami saya." kata Titah.

"Suami kamu, kamu sudah menikah?" tanya Fandi.

"Iya saya sudah menikah dan di karuniai dua orang anak." jawab Titah.

"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh." pak kyai Abdullah memberikan salam pada Titah, Kamil dan Fandi.

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh." Titah, Kamil dan Fandi menjawab salam dari pak kyai Abdullah.

"Loh nduk, leh, panjenengan taksih teng mriki, mangga dhateng mobil mangke telat." kata pak kyai Abdullah.

"Nggih pak dhe enggal kemawon karep dhateng mobil." sambung Kamil.

"Tengga, tengga sebenarnya kita menika kresa tindak kemana ta pakde, mas Kamil?"

"Wonten deh, mangke panjenengan ugi tahu istriku, nggih sampun mangga kita dhateng mobil."

"Pak kyai Abdullah." kata Fandj mencium punggung tangan pak kyai Abdullah.