webnovel

Layu Sebelum Berkembang

"I—itu siapa, Ann?" tanya Valerie, mulai panik.

"Oh, itu … Dia adalah Bianca, siswi yang populer itu," jawab Anna.

Valerie diam, sepertinya ia tidak tahu.

"Valerie … kau tidak tahu Bianca?!"

Valerie menggelengkan kepalanya.

Anna menghela napas dan menarik kepala Valerie, agar ia melihat Wolfie dan Bianca dengan jelas.

"Jika Wolfie sudah diajak berkenalan dengan Bianca seperti itu. Jangan harap kau bisa mendapatkan Wolfie, sebelum Bianca mendapatkannya."

"Maksudmu?"

"Bianca adalah penakluk pria yang ada di sekolah ini. Tidak ada siapapun yang bisa menolak Bianca karena dia adalah perempuan yang begitu sempurna—"

"Ooo tidak bisa!"

BRAAK!!

Valerie menggebrak meja dan membuat seluruh orang yang ada di kantin menoleh ke arahnya. Ia kemudian mengatupkan kedua tangannya dan menyeringai, meminta maaf atas ketidaknyamanannya.

"Yeee …."

"Ah, kau Ann. Aku malu karenamu," gerutu Valerie.

***

Anna dan Valerie kembali ke kelas tanpa menunggu Wolfie selesai makan. Mungkin saja Valerie tidak ingin hatinya terlalu terluka karena melihat Wolfie dan Bianca di kantin. Valerie juga kini terlihat tidak bersemangat seperti sebelumnya. Sepertinya Valerie sedang mengalami patah hati, dimana hatinya kini telah layu sebelum berkembang.

"Apa jantungmu masih berfungsi dengan sempurna?" tanya Anna, sepertinya ia mengejek Valerie dan ingin memastikan kalau perasaan temannya itu baik-baik saja.

"Sudah tidak bisa berfungsi lagi saat ini, Ann. Dia seperti jantung yang telah mati. Aku benar-benar tidak diberikan kesempatan untuk berkembang dan sudah layu sebelum berkembang," jawab Valerie penuh dengan rintihan hatinya.

"Hmmm, ratusan tahun bersamamu, baru kali ini aku melihat dirimu jatuh cinta sesingkat ini. Kepada anak manusia, yang biasanya selalu kau hindari," tutur Anna.

"Entahlah. Intinya saat ini aku sedang benar-benar galau, Anna … galau …."

Anna memilih untuk mengambil headphone miliknya dan mendengarkan lagu kesukaannya, tanpa memedulikan lagi rengekkan Valerie.

Sementara itu, tak lama kemudian Wolfie kembali ke kelas tanpa Bianca. Ia berjalan seorang diri saat memasuki kelas. Valerie pun tersenyum saat melihat kedatangan Wolfie. Entah apa yang ada di pikiran Valerie, ia beranjak dari tempat duduk dan berjalan menghampiri Wolfie yang tengah berjalan menuju ke tempat duduknya. Namun langkah kaki Valerie tidak dapat bersahabat dengan keadaan. Kakinya tersandung oleh kaki meja dan membuatnya terjatuh ke depan, menabrak Wolfie.

BRUUGGH!!!

Tubuh Wolfie jatuh ke belakang disertai Valerie yang berada di atasnya. Mulut Valerie mengecup tepat pada leher Wolfie dan membuat matanya memerah, seperti mendapat mangsa yang sangat lezat. Valerie memilih untuk bertahan di sana dengan posisi yang sama.

"ASTAGA, VALERIE!" seru Anna yang sangat terkejut ketika melihat temannya itu terjatuh.

Anna segera mengangkat tubuh Valerie dan menutup wajah Valerie dengan tangannya, lalu kemudian menarik Valerie kembali ke tempat duduknya. Kepala Valerie menelungkup ke bawah dengan kedua tangan yang dilipat sebagai bantalannya. Anna terlihat seperti sedang membisikkan sesuatu pada Valerie, mebuat Wolfie merasa heran.

Wolfie yang kini masih terduduk di lantai pun, kemudian beranjak dan menuju ke tempat duduknya, sembari melihat ke arah Valerie yang terlihat seperti orang ketakutan.

'Perempuan aneh,' batin Wolfie, kemudian ia tidak memedulikannya lagi.

***

"Pokoknya kejadian tadi tidak boleh terulang lagi, Valerie! Kita sudah pernah tidak bersekolah di sekolah yang sama selama beberapa kali, karena aku yang sangat tidak berhati-hati," tutur Anna memperingatkan.

"Karena kau, kan? Bukan karena aku. Aku baru pertama kali menghirup aroma lezat pada tubuh seorang pria, Anna … apa kau tidak menghirupnya?"

"Jadi akhirnya kau bisa menghirup aromanya? Kau sudah tahu alasannya, bukan? Aroma lezat itu pertanda apa?"

"Ya … aku semakin yakin, kalau aku akan bisa membuat Wolfie jatuh cinta kepadaku suatu saat nanti. Hati ini tidak layu sebelum berkembang. Jantungku sudah kembali berfungsi dengan baik!"

"Lebih baik kau layu seperti tadi saja, Valerie … agar tidak menyusahkanku untuk kedepannya," gumam Anna menggerutu.

***

Valerie tidak bisa tidur, ia terus terbayang wajah Wolfie yang ketus dan sikapnya yang dingin, yang membuat Valerie dan juga banyak siswi lain jatuh hati pada pandangan pertama. Bukan hanya sikapnya yang dingin, Wolfie juga sangat tampan dan memiliki riwayat prestasi cukup baik dari sekolah sebelumnya.

Valerie melihat betapa banyaknya piala yang terpajang pada lemari di kamarnya. Ia menyamakan dirinya yang juga tak kalah hebat seperti Wolfie. Valerie juga memiliki kepercaya dirian untuk terus mengejak Wolfie, agar pria dapat menyukainya.

"Valerie … kau belum tidur?" tanya sang ibu yang menerobos masuk ke dalam kamarnya.

Valerie berbalik badan, melihat ke arah ibunya. Ia terlihat tidak senang karena ibunya terlalu mencampuri urusannya.

"Kalau sudah mengantuk, aku juga tidur, Bu …," jawab Valerie.

"Konsekuensi bangun pagi, jika kau ingin tidur larut. Jangan sampai ibu berteriak setiap pagi untuk membangunkanmu!"

BRAKK!

Ibu Valerie keluar dari kamar dengan menutup pintu secara kasar. Sepertinya ia kesal dengan jawaban Valerie yang cukup ketus dan juga janji-janji manis Valerie yang terus-terusan tidur malam, namun tak bisa bangun pagi.

"Kak Sam sudah tidur belum, ya?" gumamnya bertanya-tanya.

Valerie

[Kak]

[Kau sudah tidur?]

Terlihat Sam sedang online dan bisa dengan segera membalas pesan Valerie.

Samuel

[Aku tidak pulang hari ini]

[Kau tak perlu menungguku]

[Jangan tidur larut]

[Jangan buat Ibu terus mengomel setiap pagi]

Valerie menggerutu, ia kesal karena sulit bertemu dengan Kakaknya yang terlalu sibuk bekerja dan hampir tidak memiliki waktu untuk keluarganya. Sam adalah tulang punggung keluarga, dimana mereka tidak bisa terlalu mengandalkan sang ayah yang hanya bekerja di peternakan.

Valerie

[Ada yang ingin aku tanyakan]

[Apa kau pernah mengalami hal seperti bunga yang layu sebelum berkembang?]

Samuel

[Maksudmu?]

[Kau menyerah sebelum berusaha?]

Valerie

[Sejenisnya lah]

[Bagaimana?]

Samuel

[Siapa pria yang kau sukai?]

[Kau harus ingat, kita ini kaum apa]

Valerie

[Aku hanya bertanya tentang apa]

[Mengapa kau menerka yang lainnya

[Aku ingin tidur]

[Kau sama saja menyebalkannya dengan ibu]

Valerie sengaja mengatifkan mode pesawat pada ponselnya, karena ia tidak ingin melihat balasan pesan lagi dari kakaknya. Valerie seegra naik ke atas tempat tidur dan menarik selimutnya. Meski matanya masih belum bisa terpejam, namun setidaknya ia sedang berusaha untuk dapat tertidur sebelum larut.

Valerie memandang langit-langit kamarnya yang terlihat gelap dan hanya diterangi oleh cahaya lampu tidur dengan watt kecil di kamarnya. Valerie juga tidak memakai pendingin udara, karena ia tidak bisa bertahan pada suhu yang terlalu dingin, namun juga tidak akan bertahan hidup pada suhu yang terlalu panas.

Ya, Valerie adalah vampir, yang sudah berusia hampir seribu tahun. Di usianya yang hampir seribu tahun ini, Valerie memiliki satu permintaan yang sedang ia usahakan terkabul sebelum hari ulang tahunnya. Sebuah keinginan yang sebenarnya mustahil dapat dikabulkan, yakni mencintai dan dicintai oleh seorang anak manusia.