webnovel

Kecelakaan

"Hai Valerie," sapa Bianca tiba-tiba.

Wolfie mengangkat kepalanya, sepertinya ia merasakan sesuatu yang tidak beres.

"Ada apa kau menyapa Valerie? Tidak biasanya," tanya Anna menyelanya. Anna terlihat tidak suka dengan basa-basi Bianca seperti itu.

"Anna, aku hanya menyapa. Oh iya, apa kalian sudah sarapan? Sepertinya Wolfie tidak bisa sarapan, lain kali aku akan membawakannya makan siang saja." Bianca mengambil kotak makan berisi roti dari meja Wolfie. "Bolehkan aku memberikan ini kepada mereka?" tanya Bianca.

"T—tapi … kami juga tidak pernah sarapan, Bianca," sahut Valerie, ia tidak ingin berpura-pura menikmati sarapan dari Bianca, sementara dirinya memang tidak bisa dan tidak menyukai roti.

"Ini hanya roti. Seharusnya semua orang menyukainya—"

"Jika tidak mau, jangan dipaksa."

Semua diam dan menoleh ke arah Wolfie.

"Wolfie, kau—"

"Berikan padaku," sela Wolfie memotong ucapan Bianca. Ia pun mengambil roti tersebut dari tangan Bianca.

Bianca tersenyum senang, roti pemberian darinya diterima oleh Wolfie. Sementara itu Valerie dan Anna saling bertatapan, merasa kalau Wolfie tertarik pada Bianca.

***

Hari ini Wolfie pulang telat, itu dikarenakan dirinya yang masih memiliki tugas piket untuk membersihkan kelas. Valerie juga masih berada di sana, namun bukan untuk piket, melainkan untuk menunggu Wolfie.

"Kau tidak ikut Anna pulang?" tanya Wolfie.

"Aku dan Anna memiliki arah jalan pulang yang berbeda," jawab Valerie.

"Lalu untuk apa kau masih berada di sini?" tanya Wolfie, dingin.

"Menunggumu," jawab Valerie singkat.

"Aku tidak perlu ditunggu. Aku bisa pulang sendiri," jawab Wolfie.

"Tapi aku ingin menunggumu. Aku ingin pulang bersamamu."

Wolfie diam dan tidak menjawab. Ia kemudian meneruskan tugasnya yang sedang mengepel lantai kelas. Valerie benar-benar sabar menunggu Wolfie yang super lambat dalam hal bersih-bersih. Namun keinginannya untuk pulang bersama sang pujaan hati, membuat Valerie tetap bertahan menunggu Wolfie di sana.

***

Valerie membuka matanya. Ia melihat kelas sudah kosong, bahkan lantai yan dipel oleh Wolfie juga sudah kering. Jam dinding menunjukkan pukul empat sore. Itu berarti dirinya tertidur selama hampir satu jam. Karena panik tidak mendapati Wolfie di kelas itu, Valerie pun memilih untuk segera meninggalkan kelas dan menuju keluar dari area sekolahnya, untuk pulang, pulang seorang diri tanpa Wolfie.

Betapa kecewanya Valerie saat tahu kalau Wolfie meninggalkannya sendiri di kelas. Padahal ia sudah menunggu Wolfie lebih dari satu jam, namun Wolfie tidak membangunkannya saat dirinya tertidur dan malah meninggalkannya.

Valerie melihat ke arah seberang kalau ada bus yang sedang berhenti di depan halte. Dengan langkah terburu-buru, Valerie pun menyebrang jalan di zebra cross, namun tanpa melihat rambu.

TIIIIN

Sebuah bus melintas dan menabrak Valerie yang sedang berlari ke sebrang jalan.

BRAAAAAAK!!!

"VALERIE!"

***

Dingin.

Kaku.

Tak ada satupun yang bisa dilakukan oleh Valerie saat ini, selain merasa dingin.

Valerie bahkan kesulitan membuka matanya dan akhirnya ia memilih untuk tetap terpejam.

"Pasien ini masih bertahan. Ia sedan berjuang melawan masa kritisnya."

"Sebuah hal yang sangat jarang terjadi. Kecelakaan tragis seperti ini sangat mustahil jika korbannya selamat."

***

Valerie membuka matanya, tak mampu mehalau silau yang membuat matanya sulit dibuka.

"Valerie?"

"Hmmmm …."

"Kau silau?"

Tidak lama kemudian, silau itu meredup dan Valerie pun membuka matanya perlahan. Terlihat Wolfie ada pada pandangan pertamanya saat ia membuka mata. Dalam hatinya ia ingin melompat kegirangan, namun sayang kondisinya saat ini tak mendukung Valerie untuk melakukan hal itu.

"Sakit apa yang kau rasa? Aku akan panggilkan suster untukmu," tanya Wolfie.

Valerie hanya menggelengkan kepalanya dan kemudian mengumbar senyum.

"Kau … d—dimana keluargaku?" tanya Valerie.

"Orang tuamu sudah pulang. Aku yang akan menjagamu setiap pulang sekolah," jawab Wolfie.

"Kau … apa kau merasa bersalah karena telah meninggalkanku?"

"Bersalah? Aku hanya ingin membantu orang tuamu bergantian jaga saja. Nanti malam Anna dan kakkamu akan datang."

"Kau tidak merasa bersalah karena telah meninggalkanku?" tanya Valerie, nadanya terdengar seperti kesal.

"Kau pikir aku meninggalkanmu?" Wolfie balik bertanya.

Flashback on

"Ayo pulang!" ajak Wolfie, menghampiri Valerie. "Val? Valerie?"

Wolfie menunduk memastika Valerie yang ternyata tertidur. Ia menggaruk kepalanya dan bingung harus bagaimana. Jika dibangunkan paksa, ia khawatir Valerie akan terkejut dan sakit kepala. Akhirnya Wolfie memilih untuk meninggalkan Valerie dengan meninggalkan tasnya di kelas, sebagai tanda kalau dirinya masih berada di sekolah. Wolfie yang merasa lapar pun segera pergi menuju ke kantin.

Namun saat ia baru saja keluar dari area kantin, Wolfie melihat Valerie yang melintas dan berjalan dengan langkah cepat.

"Val!" panggil Wolfie, namun sepertinya Valerie tidak mendengarnya.

Wolfie pun berlari kembali ke kelasnya untuk mengambil tas yang ia letakkan di atas mejanya.

"Apa dia tidak melihat tas ku di sini?" gumamnya menggerutu. Ia mengambil tasnya dan segera berlalu dari kelas, untuk menyusul Valerie yang sudah pergi lebih dulu.

Wolfie melihat Valerie sudah berada di depan gerbang sekolah. Ia pun berlari agar Valerie tidak meninggalkannya, apalagi ia melihat ada bus yang baru saja berhenti di depan halte, yang terletak di sebrang jalan.

Wolfie kehilangan Valerie ketika Valerie belok ke kanan, untuk menuju ke zebra cross dan membuat Wolfie berlari semakin cepat agar bisa menyusulnya.

"Val!"

TIIIIN

Sebuah bus melintas dan menabrak Valerie yang sedang berlari ke sebrang jalan.

BRAAAAAAK!!!

"VALERIE!" pekik Wolfie yang melihat tubuh Valerie terpelanting cukup jauh karena tertabrak bus. Wolfie segera berlari menghampiri Valerie yang sudah tak sadarkan diri dan terlihat jelas kalau Valerie kehilangan banyak sekali darah. Hampir seluruh tubuh Valerie dibanjiri darah yang keluar dari kepalanya.

***

Flashback off

"Jadi kau …."

"Mau bilang lagi aku yang meninggalkanmu?" tanya Wolfie, kesal dengan Valerie yang sejak tadi menuduhnya merasa bersalah karena meninggalkan dirinya di sekolah.

"Wolfie … maaf—"

"Tidak perlu dibahas lagi. Aku akan panggilkan suster untukmu," ucap Wolfie kemudian ia berlalu dari kamar ICU, dimana Valerie dirawat selama beberapa hari ini.

***

"Valerie sudah tidur, jika nanti terbangun, minumkan saja obatnya."

"Terima kasih, Wolfie, sudah membantu menjaga Valerie untuk kami."

"Sama-sama. Kalau begitu, aku permisi pulang, ya …."

"Hati-hati Wolfie …."

Valerie tidak tidur. Ia hanya memejamkan matanya saja. Valerie menunggu hingga Wolfie benar-benar sudah tidak berada di ruangan itu, barulah ia membuka matanya.

"Jadi kau hanya pura-pura?" tanya Sam.

"Aku hanya tidak ingin melihat Wolfie pergi. Aku pasti akan sangat merindukannya," jawab Valerie.

"Kau sudah terlalu jatuh hati padanya? Apa kau tersentuh karena dia yang telah menjagamu berhari-hari di sini. Bahkan ia rela tidak masuk sekolah demi menjagamu?"

"Maksud kakak?"

"Sejak hari pertama kau berada di rumah sakit, Wolfie baru pulang satu kali untuk membawa pakaian ganti saja. Ia benar-benar sangat membantu kami untuk menjagamu."

"Jadi … kalian tidak bergantian?"