webnovel

A Love For My Little Brother

Untuk aku, adik laki-lakiku yang bernama Ricky itu, adalah sesuatu yang berharga bagi hidupku. Kalau diibaratkan benda, Ricky itu adalah sebuah permata berlian 24 karat seberat setengah kilogram yang harus dijaga dan dilindungi. Ribuan personel TNI--baik AU, AD, maupun AL--rela aku kerahkan untuk menjaga benda paling diincar itu. Agak berlebihan memang, namun itulah yang aku rasakan. Sudah bertahun-tahun aku berpisah dengannya dan tidak disangka-sangka saat aku kembali, dia sudah tumbuh besar dan semakin tampan. Aku ingin sekali memeluknya dan mencium-ciumnya sama seperti apa yang aku lakukan saat kami masih kecil. Tapi kenapa dia malah menjauh? Wajahnya selalu memerah setiap aku memanjakannya. Malu kah? Atau mungkin jijik? Yah, apapun itu sudah membuatku senang dengan ekspresi baru itu. Aku dapat kabar kalau dia sedang jatuh cinta dengan teman sekelasnya. Apa itu benar? Kalau benar, aku tidak akan membiarkan itu terjadi! Dia masih terlalu muda untuk mempunyai kekasih dan aku menjadi orang pertama yang menolak dengan keras hubungan itu walau kedua orang tuaku mendukungnya untuk memiliki kekasih. Kenapa tidak kakak saja yang mencarikan kekasih untukmu? Aku yakin kamu tidak akan menyesal dengan pilihanku ini! Cerita yang mengisahkan tentang kakak-beradik yang tinggal di keluarga serba berkecukupan. Cerita yang mengisahkan tentang betapa cintanya Sang Kakak kepada adiknya yang sudah bertahun-tahun ia tinggalkan untuk menempuh pendidikan dan meraih mimpi. Cerita yang mengisahkan tentang betapa malu dan jengkelnya Sang Adik kepada kakaknya karena kelakuannya yang menganggapnya sebagai anak kecil. Melihat Sang Kakak bersifat kelewat batas seperti itu, akankah Sang Adik bisa memiliki kekasih yang ia idamkan? A Love For My Little Brother

tahraanisa · 若者
レビュー数が足りません
155 Chs

Hadiah Cerita 4

Aku kembali menyantap sarapanku. Setelah sesendok, aku kembali melihat ponsel dan berharap ada balasan dari Nisa chan. Tapi ternyata tidak ada. Aku kembali menyendok sarapanku. Aku kembali melihat ponselku. Begitu terus sampai aku bisa mendapat balasan dari Nisa.

"Nee chan. Kalau makan ya makan. Chating ya chating" sepertinya adik perempuanku yang beranjak SMA ini agak risih denganku.

"Hima bawel" gerutuku.

"Kali ini dengarkan adikmu, Riri" tegur ayah.

Aku hanya mendengus kesal.

"Mungkin Nisa masih kelelahan. Namanya juga baru melahirkan. Beri dia waktu istirahat dong" sambar ibu.

"Dengarkan apa kata okaa san mu" Bahkan Satoshi ikut-ikutan menegurku dengan kemampuan bahasanya yang masih pas-pasan itu.

"Iya iya" ujarku terpaksa. Aku pun kembali menyantap sarapan dengan rasa penasaran dan khawatir tentang keadaan Nisa.

.

ロックされた章

webnovel.com で好きな作者や翻訳者を応援してください