A Clown
Chapter 9 :
Matahari terbit dari sebelah timur menyinari kehidupan dibumi, memberi kehangatan untuk tiap tiap makhluk hidup.
Begitu maha pemurah Tuhan memberi nya secara gratis, memberi manfaat untuk semua yang ada di bumi, tumbuhan membutuhkan matahari untuk terus hidup, begitupun dengan manusia.
Cahaya matahari menyusup kedalam kamar Teo melalu jendela. Teo terbangun melihat jam sudah menunjukan pukul 07.37 entah kenapa rasanya begitu berat untuk bangun dari tempat tidur seakan akan kasur berkata.
"Jangan tinggalin aku sayang plis.."
Jika luar angkasa tidak mempunyai gaya gravitasi, sebaliknya dikasur pada weekend gravitasinya begitu tinggi. Bagaikan magnet yang terus menarik kebawah sehingga tubuh tetap menempel.
Lima belas menit berlalu Teo masih saja rebahan di kasur, rasa enggan meninggalkan tempat tidur begitu sulit bagaikan perpisahan bersama kekasih.
Teo terus saja rebahan dengan handphone di tangannya dan jari yang sibuk mengscroll social media. Ia melihat postingan Lee yang sedang berada di luar kota sepertinya sedang dinas.
"Alay banget lo monyet!" Komen Teo.
"Bacot manusia jahannam!" Balas Lee di kolom komentar.
Haha tingkat pertemanan dapat di ukur dari perkataan, semakin lama pertemanan maka semakin banyak kata kata mutiara yang keluar, tentu saja itu menurutku.
Teo meletakan handphone nya di meja samping kasur, lalu bangkit dari tempat tidur menuju toilet untuk cuci muka dan gosok gigi. Setelahnya seperti biasa Teo memulai workout untuk tetap menjaga kebugaran tubuhnya.
Hari ini Teo akan melatih otot bagian perut dengan melakukan beberapa variasi sit up yang ia pelajari dari instruktur nya saat masih sering nge gym dulu.
Drrtttr drrrttt suara handphone bergetar ada panggilan masuk. "Hallo?" Ucap Teo.
"Halloo, Teo kamu ngga lupakan hari ini mau ke rumah mama?" Tanya mama.
"Iya ma Teo ngga lupa." Jawab Teo.
"Mau kesini jam berapa? Liat keponakan kamu El udah nanyain dari tadi."
"Iya nanti sebentar lagi kesana."
"Yauda cepetan ke sini."
"Iyaa ma."
Tuttt tuttt telepon ditutup.
Teo bergegas menuju toilet untuk membersihkan badanya, 30 menit berlalu Teo sudah meluncur dengan mobil BMW 8 Series Coupe miliknya.
Di perjalanan Teo mampir ke toko untuk membelikan keponakan nya mainan, bulan lalu El ulang tahun dan dia lupa belum membelikan nya kado.
"Ada yang saya bisa bantu?" Tanya pegawai toko.
"Oh saya sedang mencari mainan," Jawab Teo.
"Untuk anak anda?"
"Bukan untuk keponakan saya, dia suka game FPS jadi saya berpikir untuk membelikan mainan, apa ada rekomendasi?"
"Tentu saja ada tuan, kami mempunyai beberapa rekomendasi seperti StaTrack AK-47 Case Hardened yang di adaptasi dari game Csgo." Ucap penjaga toko sambil memperlihatkan.
"Apa ini aman untuk anak anak?" Tanya Teo.
"Tentu saja tuan." Jawab penjaga toko.
"Apa ada rekomendasi lain?"
"Kami mempunyai senjata ekslusif Souvenir AWP Dragon Lore yang di adaptasi juga dari game Csgo." Sambil memperlihatkan senjata AWP dalam kotak kaca.
"Oke saya pilih yang ini saja ya, tolong di bungkuskan untuk kado ulang tahun." Jelas Teo.
"Baik tuan mohon tunggu 15 menit karena ini barang ekslusif maka memakan cukup waktu untuk pengemasannya."
Tidak apa apa kan membeli keponakan sendiri barang seperti itu, toh itu hanya mainan paling bang Danu bakal ceramah soal terlalu memanjakan El. Setelah membeli kado untuk keponakannnya Teo melanjutkan perjalanan, di dalam mobil Teo berpikir.
"Kali ini di jodohkan sama siapa lagi ya."
Setiba nya di halaman rumah Teo di sambut oleh El.
"Om Teoo!" Teriak El berlari menghampiri nya.
"Halloo El, liat om bawa apa." Sapa Teo sambil membawa bungkusan besar berisi senjata mainan.
"Yeaaayyy mainan baruu!" El kegirangan.
"Ada apa ini ribut ribut?" Tanya mama yang tiba tiba datang.
"Oma oma liat El punya mainan baru!"
"Oh ya? Bilang apa sama om Teo?" Tanya Mama memperhatikan si kecil El yang sedang kegirangan.
"Makasihh om Teo." Ujar El sambil memeluknya
"Sama sama, sini biar om bawa kedalem ya." Jawab Teo.
El berlarian ke dalam rumah kegirangan.
"Apakabar ma?" Tanya Teo memeluk mama nya.
"Baik nak, kamu sendiri bagaimana?"
"Yah cukup baik." Jawab Teo singkat sambil melangkah bersama mama masuk kedalam rumah.
"Teo! Lu kebiasaan dah manjain El mulu." Semprot Bang Danu.
"Yaelah bang sama keponakan sendiri napa." Jawabku cuek.
"Ya jangan kaya git-"
"Sudah sudah kalian ini kalau ketemu ributt aja, sudah Danu kamu temenin El aja main sana biar Teo istirahat dulu." Ucap mama memotong omongan Bang Danu.
Nah kan kena semprot untung ada Mama haha.
"Teo makasih yaa udah beliin El mainan, jadi ngerepotin." Ucap Mbak Alya istrinya Bang Danu.
"Sama sama mbak, gapapa ke keponakan sendiri toh bulan lalu aku lupa beliin El kado." Jawabku.
Nama lengkapnya Alya Abelisya seorang dokter dan juga ibu rumah tangga. "Sayang kamu terlalu lembek ke Teo harusnya marahin dia." Ucap Bang Danu dari kejauhan.
"Huss mas gaboleh gitu itu adik ipar ku." Jawab mbak Alya membela.
Seketika Bang Danu terdiam, haha dasar suami takut istri ucapku dalam hati. "Ngapain lu bang ke rumah? Tumben tumbenan.." Ucap kyla yang turun dari lantai 2.
"Emang gaboleh? Emak lo tuh yang nyuruh gua balik ke rumah." Jawabku.
"Lala gaboleh gitu sama abang kamu."
Emang anak tengil satu ini kecilnya aja imut gedenya amit amit.
"Dari kapan lo balik ke rumah La?" Karena seingetku dia masih di luar negeri mengurus perkuliahan karena mau lanjut S2.
"Udah seminggu bang," Jawabnya cuek sambil menyomot roti.
"Jadinya lu kuliah kemana?" Tanyaku.
"Masih bingung bang, dosen pembimbing sih nyaranin ke universitas yang dulu pernah dia ambil S2."
"Nah bukannya kesana aja," Ucap mama nimbrung.
"Ish kenapa orang orang tu lala balik ke rumah pengen ga mikirin kuliahan dulu malah di tanya tanya." Sahutnya kesal.
"Lalaa... lalaa.. liat El dapet mainan baru dari om Teo," Ucap El sambil menunjuk mainan yang ada di meja sebelah.
"Ih bang kok lo ga beliin buat gua juga sih?" Ucapnya protes.
"Lo udah gede ngapain gua beliin lo hadiah."
"Yakan sesekali beliin gua apa gitu pelit amat jadi abang."
Astaga dia kira selama ini gua ngasih ampas kopi apa? Kemaren kemaren hadiah, uang jajan siapa yang ngasih anjir Bang Danu gakan ngasih lebih dari kesepakatan.
"Iya iya ntar gua beliin dah."
"Yeaayyyy makasih abang tampanku." Ucap Lala.
Memang kalo ada maunya baru bertingkah manis. Suasana rumah begitu hangat walau sering ceplas ceplos tapi aku bisa merasakan kehangatan pada tiap orang, contohnya bang Danu walau terkesan dingin dan cuek tapi dia mempunyai sisi hangat tersendiri untuk orang orang sekitarnya.
Berbanding terbalik dengan mbak Alya yang memang hangat dan ramah, sungguh pasangan yang serasi. Andai papa bisa berkumpul bersama kami tentu akan terasa sangat lengkap semuanya, sayangnya papa wafat 2 tahun lalu akibat kecelakaan yang di alami.
"Jadi ada apa mama manggil Teo ke rumah?" Tanya ku.
"Gapapa pengen aja mama kumpul sama anak anak dan cucu, rumah sepi rasanya apalagi Lala sekarang mau lanjut S2 di luar negeri, Bang Danu banyak urusan d kantor kamu juga sibuk," Ucap mama.
Yah aku mengerti kenapa mama seperti ini, sejak di tinggal papa mama jadi lebih emosional mungkin ini juga karena usia mama sudah mulai senja, apa aku pindah saja ya balik lagi ke rumah? Pikir ku.
"Mama Lala belum mutusin mau lanjut kuliah dimana," Ucap Lala.
"Maaf Maa Danu belum bisa sering sering mengunjungi Mama." Tambah Bang Danu.
"Iya Maa maaf ya Alya juga belum bisa sering berkunjung," Sambung mbak Alya.
"Iyaa mama ngerti kalian punya kesibukan lain kok," Ucap Mama.
Walau mama berkata seperti itu pasti ada ke kosongan dalam hatinya. "Oh ya nanti temen SMA mama malem mau datang berkunjung katanya," Ucap mama tiba tiba.
Nah kan..