Saat akan berdiri kepalanya sangat berat dan seketika pandangannya berubah menjadi gelap. Saat membuka mata terlihat samar-samar bayangan seseorang dan terdengar suara orang memanggil.
"Teo Teo!" Kepalanya kembali pusing.
"Aaghh dimana ini?" Ucap Teo sambil bangkit sambil memegang kepala.
"Udah lo tiduran aja ngapain bangun?" Kata Lee mendorong Teo kembali agar rebahan.
"Lee!" Bentak Jane.
Kesadaran Teo masih belum pulih sepenuhnya dia masih merasakan sakit kepala. "Ini dimana?" Tanya Teo sekali lagi.
"Di rumah sakit," Jawab Jane.
"Kenapa bisa disini?" Teo lanjut bertanya.
"Lo di culik dokter tadi," Jawab Lee bercanda.
"Lee! Bisa gak sih jangan bercanda mulu," Tegur Jane kesal. "Pas gua ke rumah tadi lo pingsan di kamar," Lanjut Jane.
Aah iya akhirnya Teo mengerti. Tadi saat berusaha berdiri tiba-tiba kepalanya pusing dan seketika semuanya menjadi gelap. "Tapi tenang kata dokter lo cuma kecapean aja butuh istirahat jangan sampe stres banyak pikiran," Kata Jane menjelaskan.
"Untung Jane ke rumah lo tadi," Ucap Lee.
Teo melirik Jane. "Makasih lo udah nolong gua," Ucapnya sambil tersenyum.
Jane hanya mengangguk sambil tersenyum.
"Lo kasih bonus lebih tuh buat Jane, udah nolong lo jangan pelit makanya kalo jadi boss." Sindir Lee.
"Lee bisa gak sih lo jangan ribut mulu sama Teo? Kasian Teo." Jane kesal sambil mencubit lengan lelaki itu.
"Aaah sakit bodoh!" Lee kesakitan.
Teo hanya tersenyum melihat tingkah kedua temannya.
Tiba-tiba mama Teo datang bersama dengan Lala. "Teo kamu gapapa kan nak?" Tanya Mama dengan nada cemas.
"Gak papa," Jawab Teo lemas.
"Ini kenapa kamu bisa kaya gini?" Tanya Mama.
"Sepertinya Teo kecapean tante. Pas tadi Jane ke rumahnya dia udah pingsan terus dibawa ke rumah sakit. Kata dokter dia demam terus kecapean karena stres banyak pikiran," Jelas Lee.
"Ya ampunn Teo makanya kalo kerja jangan maksain harus tau batasan!" Ucap mama mengomel.
"Ma udahlah kasian Bang Teo lagi sakit malah diomelin," Ucap Lala membela Abangnya.
"Ya tapi Aban-" belum selesai bicara Lala kembali memotong.
"Maa!"
Mama hanya terdiam menatap Teo. "Yasudah kamu istirahat sana besok gak usah kerja dulu." Keluh Mama.
"Jane makasih yaa udah nolong Teo," Ujar Mama kepada Jane.
"Sama-sama tante," Jawab Jane singkat.
"Kalo Teo besok kerja, suruh dia pulang lagi ya tante kasih izin kamu buat marahin boss kamu itu," Lanjut Mama memberi mandat kepada Jane.
"Iya tante," Jawab Jane tersenyum.
"Saya boleh marahin Teo juga gak tan?" Tanya Lee.
Mama melirik Lee dengan tatapan tajam dari atas sampai bawah. "Ah yang ada kamu yang tante marahin, kamu sama Teo dari dulu sama aja keras kepala bikin ulah mulu, heran." Omel mama.
Mama memang dekat dengan Jane apalagi dengan Lee yang sudah berteman dengan Teo sejak lama. Makanya tidak heran Mama selalu mengomeli mereka berdua.
"Kak Jane makasih yaa udah nolong Bang Teo." Ucap Lala.
"Sama-sama Lalaaa." Jawab Jane sambil tersenyum.
"Padahal gak usah ditolong sih orang yang kaya gitu." Lanjut Lala.
"Nahh setuju nih setuju." Ucap Lee menyetujui ucapan Lala.
"Heh Lala, abang mu ini lagi sakit malah ngomong kaya gitu, kamu juga sama Lee sahabat kamu lagi sakit masih aja becanda." Mama kembali mengomel.
Jane tertawa sedangkan Lee dan Lala diam tidak bisa berkomentar banyak.
"Udah udah kita keluar ngobrolnya di luar aja, kasian Teo biar dia istirahat." Lerai mama menyuruh semuanya keluar.
"Teo kalo ada apa-apa telpon Mama ya," Ucap Mama sebelum keluar.
"Iya Ma." Jawab Teo singkat.
Semuanya sudah keluar kecuali Jane yang masih berada di ruangan itu. "Kenapa?" Tanya Teo keheranan karena Jane terus menatapnya.
"Gak papa, istirahat yang bener nanti besok gua jenguk lagi. Masalah kantor biar aku yang handle," Ucap Jane.
"Iyaa makasih ya Jane." Jawab Teo.
Jane hanya tersenyum lalu meninggalkan Teo sendiri diruangan itu.
Besoknya sesuai ucapannya Jane datang kembali menjenguk di jam istirahat kantor. "Kantor bagaimana? Aman?" Tanya Teo.
"Yah seperti biasa, aman kok." Jawab Jane sambil mengupaskan apel untuk Teo.
"Seharusnya gua survei tempat buat nanti ngebangun, tapi-" Ucap Teo.
"Udah lo jangan mikirin yang lain dulu, istirahat yang bener aja." Jawab Jane.
"Tapi jane-"
"Gua udah bilang ke tuan Richard soal kondisi lo dan dia mengerti jadi gua yang gantiin lo buat survei tempat." Ucap Jane memotong omongan Teo.
Teo hanya diam, banyak pekerjaan yang ia tunda sekarang dimulai dari pembangunan yayasan, projek dengan Lee dan melanjutkan penyelidikan belum lagi ada meeting-meeting yang lainnya.
Mungkin Jane bisa menggantikan beberapa pekerjaan Teo tapi tidak dengan penyelidikan. Ia tidak ingin siapapun tahu kecuali Lee yang saat itu bersama dengannya di tempat kejadian.
"Makasih ya Jane, lo sahabat sekaligus sekertaris gue yang paling terbaik." Ucap Teo tersenyum senang.
"Santai aja toh selagi gua bisa bukan?" Sahut Jane.
"Oh ya nyokap lo gak datang hari ini?" Tanya Jane.
"Udah tadi pagi-pagi terus pergi lagi ada urusan katanya." Jawab Teo sambil memakan apel.
Jane hanya mengangguk. Terpenting kehidupan Teo saat ini baik baik saja, disaat sakit masih ada banyak orang menjenguk pria itu.
"Jane kenapa lo belum menikah? Udah tua juga umur lo." Tiba-tiba Teo bertanya.
"Belum mau aja, enak ya lo ngomong gue tua." Jawab Jane singkat sedikit kesal.
"Setahu gua semasa kuliah banyak yang suka sama lo, tapi kenapa lo masih jomblo sampe sekarang?" Lanjut Teo bertanya.
Jane terdiam. Sepertinya wanita itu tengah memikirkan sesuatu, alasan yang masuk akal untuk diberikan sebuah jawaban.
"Yah sekarang gua nanya balik deh, kenapa lo masih sendiri?" Tanya Jane.
"Ada alasan tertentu gua masih sendiri Jane." Jawab Teo.
Jane mengerti dari dulu hati Teo hanya untuk Val sampai sekarang pun belum ada yang bisa menggantikan Val dihati Teo.
"Lo masih berharap?" Tanya Jane.
"Entah lah Jane gua masih bingung dan takut dengan keadaan sekarang, menurut lo?" Jawab Teo.
"Kenapa?" Jane kembali bertanya.
"Gua belum bisa menerima kenyataan seandainya kalo dia udah jadi kepunyaan orang lain. Meski gua belum bertanya." Jawab Teo.
"Okayy gua paham apa yang lo rasakan, tapi apa salahnya mencoba dari pada lo penasaran sampai sekarang?" Tanya Jane.
"Yah mungkin belum waktunya, gua pun belum tau alasan dia tiba-tiba pergi." Jawab Teo.
Jane tidak melanjutkan obrolannya dia lebih memilih diam. Jane paham kalo terus menerus membicarakan hal itu malah akan membuat Teo semakin overthinking dan itu tidak bagus untuk kesehatannya sekarang.
"Makasih ya dari dulu lo, Lee dan Joo selalu ada buat gua." Ucap Teo memecah keheningan.
"Ohiya dong lo harus berterimakasih lo selalu nyusahin tau gak!" Ucap Jane.
"Bangsat ngga lo ngga Lee gua lagi sakit masih aja ngajak ribut." Jawab Teo kesal.
Keduanya tertawa.
Tok tok tok.
"Selamat siang pak Teo, ada yang mau bertemu dengan anda." Ucap suster.
"Oh iya suruh masuk aja." Teriak Teo.
Teo dan Jane penasaran siapa yang datang menjenguk. Tiba tiba masuk seorang perempuan.
"Hai!" Val.
"O-Oh hi.." Teo.
Val tersenyum lalu mendekat. "Sakit apa?" Tanya Val.
"Umm kata dokter sih cuma demam doang." Jawab Teo. Val hanya mengangguk, suasana seketika berubah menjadi canggung.
"Kamu darimana?" Tanya Teo.
"Abis dari pemotretan langsung kesini." Jawab Val.
"Kok tahu kalo aku sakit dan di rawat disini?" Tanya Teo.
"E-eh eee itu aku dikasih tau Joo kalo kamu sakit kemarin." Ucap Val.
"Ohh.."
"Kondisi kamu gimana sekarang?" Tanya Val.
"Yah biasa aja sih cuma yahh masih pusing dikit." Jawab Teo.
"Banyakin istirahat ya jangan terlalu maksain diri harus inget batasan, dari dulu kamu sering lupa buat istirahat kalo gak ada yang ngingetin." Ucap Val khawatir.
"Iyaa lain kali ngga akan kaya gitu." Jawab Teo.
"Janji?" Tanya Val.
"Janji."
Jane hanya diam melihat Teo dan Val mengobrol, seakan-akan dunia milik berdua. Ada rasa tidak enak di dalam dada Jane.
"Jane? Jane?" Panggil Teo.
"O-oh ya kenapa?" Tanya Jane.
"Lo kok bengong aja dari tadi?" Tanya Teo.
"Oh ngga gua keinget aja sebentar lagi ada meeting di kantor." Ucap Jane.
"Jane makasih ya udah nolong Teo." Ucap Val.
"Iya sama-sama, gua berangkat dulu yaa istirahat yang bener lo biar gua gak keteteran kerjaan lo." Ucap Jane tersenyum sebelum keluar ruangan.
Sesaat Jane keluar, Teo memperhatikan dalam punggung wanita itu. Sesuatu sepertinya membuat ikatan mereka begitu dekat, tapi tak tahu apakah ya Teo mengetahui sesuatu tentang perasaan Jane yang sesungguhnya.