A Clown
Chapter 15 :
Hidup memang penuh dengan kejutan. Disaat seseorang mulai pasrah dengan keadaan, Tuhan amat baik mengulurkan tangannya begitu saja untuk para hambanya. Begitu pun dengan apa yang sedang Teo rasakan, kehampaan di saat papa meninggal akibat kecelakaan hanya Teo yang menyadari adanya kejanggalan dalam kejadian tersebut.
"Lo yakin milih tempat itu?" Tanya Lee ditelepon.
"Ya gua yakin Lee." Jawab Teo.
"Tapi kenapa?" Lee kembali bertanya.
"Untuk beberapa alasan. Diantaranya tempat itu bagus untuk anak-anak dan ada bagusnya untuk gua lanjut menyelidiki kasus itu." Jawab Teo sambil melihat-lihat berkas.
"Teo papa lo meninggal akibat kecelakaan." Ucap Lee hati-hati.
"Ngga Lee papa gua ada yang bunuh." Jawab Teo yakin.
"Lo liat sendiri kan tempat kejadiannya gimana? Mobil mendiang papa lo masuk jurang, dan menurut polisi itu diakibatkan oleh licinnya jalan." Jelas Lee.
Memang waktu itu sedang hujan lebat dan itu mungkin terjadi. Tapi entah kenapa di dalam diri Teo ada kejanggalan akan peristiwa tersebut.
"Sudah lah Teo ikhlaskan apa yang sudah terjadi." Lanjut Lee.
"Gua ingin tau kebenaran siapa yang bunuh papa gua." Jawab Teo yakin.
"Atas dasar apa lo begitu yakin kalau mendiang aom Juna dibunuh?" Tanya Lee.
"Entah, tapi gua yakin kalo kejadian itu bukan kebetulan," Jawab Teo.
Sebenarnya Teo juga belum yakin akan firasatnya tersebut tapi entah kenapa begitu di pendam perasaan itu malah semakin muncul. Dulu Teo bersikeras kepada pihak kepolisian untuk melanjutkan kasus tersebut tapi di tolak dan pihak polisi berkata bahwa itu adalah murni kecelakaan. Tapi tidak dengan Teo, dia meyakini bahwa itu rencana pembunuhan.
"Yauda terserah lo tapi saran gua jangan terlalu dituruti. Apa yang lo rasakan itu belum tentu benar jangan membuang-buang tenaga dan pikiran lo buat yang ngga jelas." Sahut Lee.
"Tapi gua yak-" Ucapan Teo terpotong.
"Wait bentar gua ada rapat nanti kapan-kapan lanjut lagi." Sela Lee.
Tutttttt tuttttt , sambungan telepon di putus oleh Lee.
Sial, lagi serius juga ucap Teo dalam hati.
Tok tok tok.
"Ya masuk!" Teo.
Jane masuk keruangan bossnya.
"Lah tumben lo ngetuk pintu dulu sebelum masuk? Gua kira orang lain. Ucap Teo keheranan.
"Serba salah kerja sama lo tu, gua gak ketuk pintu lo ngomel-ngomel. Pas gua udah ketuk pintu lo malah nanya," Jawab Jane kesal.
"Yaudah, lain kali ketuk pintu lagi ya." Teo.
"NGGA AKAN!" Jawab Jane tegas.
Teo hanya tertawa, membuat Jane kesal adalah suatu hiburan bagi Teo. "Jadi ada apa kali ini?" Tanya Teo.
"Ada beberapa dokumen yang harus di tanda tangani seperti biasa," Jawab Jane memberikan beberapa dokumen.
"Oh ya bagaimana keuntungan kita bulan ini?" Tanya Teo.
"Keuntungan bulan ini naik 8% dari bulan sebelumnya," Jawab Jane.
"Hhmm bagus sepertinya bulan ini akan ada bonus." Ucap Teo.
Ada raut keceriaan diwajah Jane mendengar Teo akan memberikan bonus bulan ini.
"Eh tapi jangan deh akhir tahun aja sekalian sama bonus akhir tahun." Lanjut Teo dengan wajah tanpa dosa.
"Nih udah yaa.." Ucap Teo.
"MAKASIH!" Jawab Jane kesal.
BRAAAKKKK, Jane membanting pintu ruang kerja.
Teo kembali tertawa kecil.
Sebetulnya Teo hanya bercanda dirinya pasti akan memberikan bonus atas kerja keras karyawannya.
Drrrttt drrttttt.
"Hallo Ma?" Teo.
"Teo katanya kamu anter Amel ya?" Tanya Mama tiba-tiba.
Ah benar semalam aku mengantar Amel kerumahnya dan ada kejadian yang tak terduga juga.
Flasback on.
"Malam tante." Ucap Teo sopan.
"Oalaahhh Teo sini sini masuk dulu." Ajak Tante Fania.
"Gak usah tante, saya mau langsung pulang aja." Jawab Teo menolak.
"Loh kok udah langsung pulang aja?" Tanya Tante Fania.
"Dia kecapean Miii kasian abis kerja." Jawab Amel.
"Oh iya lupa pasti kamu cape ya, mending nginep disini aja." Tawar Tante Fania.
"Ngga perlu Tan, saya langsung pulang aja." Jawab Teo.
"Gapapa hehhh kalo pulang kemaleman mending tidur aja disini nanti kamu sekamar sama Amel yaa." Ucap Tante Fania.
"Mami apasih kok malah nyuruh dia sekamar sama Amel?" Amel protes.
"Gapapa sayang itung-itung latihan aja jadi suami istri." Ucap Tante Fania cuek.
Wtf? Bruhh baru juga kemarin udah disuruh sekamar lagi aja.
"Gak gak gak gak! Udah lo mending balik cepetan sana." Suruh Amel.
"Amel jangan gitu itu calon kamu!" Bentak Tante Fania.
Teo kebingungan dengan situasi ini lalu akhirnya pamit undur diri meski berkali-kali dipaksa untuk menginap.
Flasback off..
"Iyaa Teo nganter ke rumahnya kenapa emang?" Tanya Teo.
"Abis dari mana?" Tanya Mama.
"Abis makan bareng aja," Jawab Teo singkat.
"Abis itu?"
"Yaudah Teo anter pulang."
"Gak kemana mana dulu gituu?" Tanya Mama.
"Nggak." Jawab Teo cuek.
"Kirain ke rumah kamu dulu gitu."
"Hah ngapain Teo bawa ke rumah?" Tanya Teo keheranan dengan pertanyaan Mamanya.
"Ya siapa tahu melakukan pushup bareng?" Lanjut Mama.
"Apasi Maa? Jdah ah Teo sibuk." Ucap Teo kesal.
Tutttt tutttt.
Astagaa ada apa lagi ini kenapa Mama sampai berpikiran seperti itu.
Tringggg.
"Siapa tahu kamu nyimpen sample di Amel gituuu.." Isi pesan dari Mama.
ASTAGA!
Teo gak habis pikir dengan apa yang diucapkan Mamanya barusan segitu ingin punya cucu baru lagi, padahal Bang Danu bersedia.
Tidak ada wanita lain selain Val di hati Teo pokoknya, the one and only.
Drrtttt drrrrtttt.
Kali ini telepon dari Joo.
"Hallo Teo, bisa ketemu sebentar di Cafe deket kantor lo aja gapapa?" Ucap Joo dalam telepon.
Seketika Teo langsung meluncur ke Cafe dekat kantor yang biasa di pakai untuk nongkrong sehabis pulang kerja dengan yang lain.
A view momend later..
"Jadi gimana?" Tanya Teo.
"Menurut rekaman cctv mendiang bokap lo keluar dari bar pukul 22.34." Ucap Joo.
"Lalu?" Teo kembali bertanya.
"Dari hasil cctv yang gua lihat, mobil bokap lo diikuti oleh mobil Audi A7 berwarna silver." Jelas Joo.
"Lo tau nomor platnya?"
"Belum tahu, tapi gua minta tolong seseorang untuk mencari tau plat nomor mobilnya dan sampai mana mobil itu ngikutin bokap lo." Lanjut Joo.
Joo adalah seorang pengacara otomatis dia mempunyai banyak koneksi di instansi-instansi tertentu.
"Okay gua sangat berterimakasih Joo atas bantuannya gua harap ada kelanjutan." Ucap Teo.
"Tapi lo yakin kalau itu pembunuhan?" Tanya Joo.
"Belum tentu Joo, tapi firasat gua ada yang sengaja mencelakai bokap gua dan kejadian itu seakan-akan murni kecelakaan." Jawab Teo.
"Apa ada yang lo curigai?" Tanya Joo.
"Entah lah Joo. Lo tau sendiri bokap gua kaya gimana?" Jawab Teo.
"Ya bokap lo dikenal sebagai orang yang baik sih." Sahut Joo.
"Iya memang, tapi hanya karena baik bukan berarti bokap gua nggak mempunyai musuh." Lanjut Teo.
"Ya lo betul, sepertinya ada yang gak suka sama bokap lo." Balas Joo.
"Yah begitulah tapi gua masih ngga tahu siapa dalang dibalik semua ini." Jawab Teo.
"Semoga semuanya beres, gua balik dulu masih ada kerjaan ya." Ucap Joo berpamitan.
"Iyaa, thanks yaa udah bantu gua." Balas Teo.
Teo menyandarkan badannya ke bangku sambil memandang foto mendiang papanya yang ia selipkan di dompet.
"Andai Papa masih ada rumah ngga akan sepi seperti sekarang dan Mama nggak akan sendirian lagi, Teo jarang pulang ke rumah karena banyak kerjaan. Begitu pun Bang Danu yang menggantikan posisi Papa." Gumam Teo.
"Loh ngapain lo disini?" Tanya seseorang.