webnovel

NASI SUDAH MENJADI BUBUR

Zalina menatap sepasang suami istri yang berdiri di hadapannya dengan dahi berkerut.

"Maaf, kalian siapa?" tanya Zalina.

"Ibu orangtua dari Elena?"

"Iya, saya Maminya. Kalian siapa?"

"Boleh kami masuk?"

"Pertanyaan saya belum Bapak dan Ibu jawab," kata Zalina dengan tegas.

Sepasang suami istri itu saling pandang.

"Kami orangtua Darren."

"Darren?"

"Bukankah orang suruhan Ibu yang melaporkan anak kami ke kantor polisi!"

Ayah Darren tampak mulai tidak sabar.

"Oh, maaf kalau begitu, saya memang tidak mengenal anak Bapak dan Ibu. Lalu, ada apa Bapak dan Ibu sampai kemari?" tanya Zalina.

"Putra menelepon dari kantor polisi dan mengatakan bahwa ia ditahan. Saat kami ke sana, Darren menjelaskan bahwa ia sama sekali tidak menyentuh putri Ibu. Jadi, kami kemari untuk meminta supaya tuntutan terhadap anak kami dicabut!"

Zalina melipat kedua tangannya dan menatap tajam suami istri di hadapannya.

"Darren punya adik perempuan?" tanya Zalina.

Sepasang suami istri itu mengangguk

"Iya, ada dua adiknya. Keduanya perempuan," jawab sang istri dengan suara tegas.

"Anda lihat gadis yang terbaring di sana?" tanya Zalina. Suami istri itu kembali mengangguk, kali ini mereka sedikit takut terlebih melihat tatapan mata Zalina.

"Putri saya baru berusia 21 tahun. 4 bulan lagi usianya baru 22 tahun. Dan, di usia muda, masa depannya di renggut. Dia ternodai akibat ulah Mike dan Daren. Baik, katakan hanya Mike yang menyentuh putri saya. Tapi, putra bapak dan ibu bersekongkol bukan?! Jika kalian yang ada di posisi saya, apa yang akan kalian lakukan? Diam saja? Atau bagaimana?!" hardik Zalina marah.

"Tapi, anak kami hanya membantu Mike," bela sang Ibu.

"Membantu itu dalam kebaikan, Bu! Bukan dalam tindak kejahatan! Ini sudah tindak kriminal, bu.Dalam pasal 289 disebutkan, barang siapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seseorang untuk melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul, diancam kerena melakukan perbuatan yang menyerang kehormatan keasusilaan, dengan pidana paling lama 9 tahun. Dalam hal ini Darren sudah membiarkan Mike melakukan perbuatan cabul kepada anak saya. Jadi, apa saya akan membiarkan begitu saja? Jika mau Darren bisa menolak untuk membantu Mike. Jika Ibu dan Bapak masih mempunyai rasa malu, silakan meninggalkan ruangan ini. Jawaban saya sudah jelas. Saya tidak akan mencabut gugatan apapun. Jika Ibu dan Bapak mencoba melakukan hal seperti menyuap, saya bisa menuntut lebih lagi. Ingat, saya adalah seorang pengacara. Jadi, saya tidak akan tinggal diam dan membiarkan ketidak adilan merajalela. Apa lagi jika menyangkut keluarga saya."

Kedua orang tua Darren terkejut, mereka tidak menyangka jika Zalina adalah seorang pengacara.

"Tapi, kata Mike dan Darren, Ibu Elena hanya Ibu rumah tangga biasa," sang Ayah masih tidak mau kalah. Zalina dengan cepat mengeluarkan kartu Advokat nya, "Ini, silakan kalian cek, nama saya Zalina Maharani. Suami saya Arjuna Syailendra, pemilik Syailendra corporation. Elena, tinggal bersama Daddy dan Maminya. Tapi, secara hukum sejak usianya 11 tahun saya sudah mengadopsi nya secara resmi. Jadi, dia adalah putri saya menurut hukum negara. Saya tidak perlu menguraikan cerita tentang keluarga kami pada kalian, bukan? Sekarang, silakan keluar sebelum saya memanggil security."

Kedua orangtua Darren hanya bisa diam dan segera keluar dari kamar itu. Zalina menghembuskan napasnya dengan kasar. Ia merasa marah dan kesal dengan kedua orang tua Darren. "Anak salah kok malah dibela. Tidak ada akhlak sama sekali, coba kalau anak gadisnya yang mengalami, apa mereka masih mau berdamai," gerutu Zalina sambil menghampiri ranjang Elena. Gadis itu tampak sedang menangis sedih, Zalina langsung memeluk untuk menenangkan Elena.

"Kenapa, sayang? Jangan didengarkan kedua orang tua tadi,ya.Mereka itu memang keterlaluan sekali."

"Mami, aku minta maaf sudah membuat Mami malu."

"Sudahlah, Kak. Tidak perlu terus menerus meminta maaf. Mami tidak apa-apa. Kau yang saat ini Mami pikirkan. Sekarang, tidur dan istirahat, ya. Jangan menangis lagi," kata Zalina sambil membelai rambut Elena.

Tak lama setelah Elena terlelap, Calista datang dengan membawa tas berisi perlengkapan untuk Zalina dan juga Elena. Melihat saudara kembarnya tak berdaya dalam kondisi yang cukup mengenaskan membuat Calist sedih bukan kepalang. Ia menangis tanpa suara dalam pelukan Zalina.

"Selalu saja seperti itu, Elena. Dia ceroboh sekali, Mami."

"Sudahlah, biarkan dia beristirahat . Oya, mana Papimu?"

"Arlina seperti biasa merajuk karena tidak ada Mami. Jadi, dia tidak mau ditinggalkan Papi. Tadi, sewaktu aku pergi Papi bilang akan membawa Arlina ke kantor sebentar, lalu menitipkan nya di tempat Eyang," jawab Calista.

Eyang adalah panggilan anak-anak pada Gita dan Syailendra. Arlina memang suka bermain bersama Gita dan Syailendra.

"Lalu, kau sendiri tidak kuliah?" tanya Zalina.

"Tidak ada mata kuliah yang penting hari ini, Mami. Aku ingin menemani Mami di sini, boleh ya?"

"Baiklah, kau boleh menemani Mami. Kau membawakan Mami pakaian ganti, kan? Mami ingin mandi," kata Zalina. Calista mengangguk, "Ada di tas itu, Mami."

Sementara menunggu Zalina mandi, Calista pun duduk di samping ranjang Elena.

"Kak, aku sayang padamu. Tolong jangan bertindak gegabah lagi, kau ini punya keluarga. Jadi, jangan pernah pergi dan lari ke tempat lain," bisik Calista perlahan sambil membelai rambut Elena.

Melihat Calista yang sedang membelai rambut Elena membuat Zalina tersenyum. Ia tau kedua gadis kembar ini saling menyanyangi. Meski mereka terpisah sejak kecil.

"Nanti, bisakah kau berbagi kamar dengan Elena, Kak? Mami akan membawanya pulang ke rumah kita."

"Tentu saja boleh, Mami. Ketika kecil dulu, kami selalu tidur dalam satu kamar, kan? Aku tidak keberatan jika harus kembali satu kamar dengan Elena. Kapan dia boleh pulang kata dokter?"

"Menunggu jahitannya kering. Menurut dokter benang jahitnya itu akan menyatu dengan daging, tapi tetap saja harus menunggu sampai benar-benar sehat. Bisa kau dampingi kakakmu nanti ya, nak?"

"Iya Mami. Kita ini keluarga, kan. Dan, Mami selalu bilang keluarga akan saling mendukung. Jadi, aku akan mendukung Elena. Tapi, tunggu kenapa Elena harus dijahit segala, Mami?" tanya Calista.

Zalina menatap Calista, "Papi belum cerita, sayang?"

Calista menggelengkan kepalanya. Zalina langsung menarik tangan Calista dan membawanya keluar dari kamar.

"Ada apa, Mami?"

"Elena ditemukan dalam kondisi tidak sadarkan diri saat anak buat Papimu menemukannya di apartemen Mike. Dan, kondisi Elena sudah mengenaskan. Bahkan, Elena mengalami pendarahan dari alat vitalnya termasuk bagian belakang. Mike rupanya benar-benar sudah menodai Elena dengan brutal. Itu yang di sampaikan dokter. Hasil visumnya keluar hari ini, dan itu akan memperkuat tuntutan kita pada Mike dan Darren," kata Zalina.

Calista seketika membekap mulutnya. Ia merasa kaget dengan apa yang di sampaikan oleh Zalina.

"Kurang ajar, kelewatan sekali dia. Sudah lama Mike itu mengejar-ngejar Elena di kampus, Mami. Tapi, Elena tidak pernah menggubris bahkan pernah menolak cintanya. Mike itu bukan anak yang baik."

"Mereka satu jurusan?"

"Tidak, mereka berbeda jurusan. Mike dan Darren mengambil management bisnis."

"Keluarganya?"

"Orangtua Mike ada di Menado, Mami. Mereka kabarnya adalah pemilik hotel. Darren itu hanya menumpang pada Mike karena Mike anak yang cukup royal. Menghambur-hamburkan uang pemberian orang tuanya.Gayanya sangat menyebalkan, Mami."

"Kita tidak akan membiarkan anak itu bebas begitu saja," kata Zalina.

Tiba-tiba ponsel Zalina berdering, dan ia pun langsung mengangkatnya.

"Iya, nanti Tante kirimkan di kamar mana Elena di rawat"