webnovel

MUSIBAH

Arjuna dan Zalina kini benar-benar merasa cemas. Waktu sudah menunjukkan pukul 2 dini hari. Namun, Elena belum juga di temukan. Entah untuk ke berapa kalinya Zalina membuat kopi sebagai penahan kantuk, hingga pada akhirnya ponsel Arjuna berdering. Arjuna mengangkatnya, dan wajahnya langsung memucat.

"Kenapa, Mas?" tanya Zalina, sejak tadi ia sudah merasakan firasat yang kurang baik. Dan, kini melihat wajah suaminya yang begitu tegang dan pucat pasi membuat Zalina semakin panik.

"Kita ke rumah sakit, sayang. Anak buah John menemukan Elena, mereka sedang membawanya ke rumah sakit," kata Arjuna. Zalina lemas seketika, ia benar-benar merasa takut sekarang. Sesuatu telah terjadi pada putrinya itu.

Tanpa membuang waktu, Arjuna dan Zalina pun bergegas ke rumah sakit. Saat mereka tiba, Sandy dan Tanu anak buah John langsung mendekat. "Pak, non Elena sedang dirawat. Kami menemukannya di apartement seseorang yang bernama Mike. Dia saat ini sudah kami laporkan ke Polisi, dan juga sudah di amankan."

"Bagaimana kalian menemukannya?"

"Dari keterangan seorang waiters di tempat hiburan malam di daerah Mangga besar, Pak. Maaf, kami sedikit terlambat juga," jawab Sandy.

"Apa yang terjadi pada Elena?" tanya Zalina.

Sandy dan Tanu saling berpandangan, tampak mereka sedikit ketakutan dan bingung untuk menyampaikan berita ini pada Zalina.

"Kenapa kalian diam? Apa yang terjadi pada putri saya?"

"Putri Ibu kami temukan dalam keadaan tidak sadarkan diri dan..." Sandy merasa tidak kuasa meneruskan ucapannya.

"Katakan saja, jangan takut. Ada apa?" tanya Arjuna.

"Putri Bapak dan Ibu dalam kondisi tidak mengenakan apa-apa saat kami datang ke apartemen itu, sepertinya Mike dan dua orang kawannya sudah menodai Non Elena." Kepala Zalina seakan berputar mendengar penjelasan Sandy dan Tanu, ia merasa tubuhnya lemas dan akhirnya ia pun jatuh pingsan dalam pelukan Arjuna.

**

_Beberapa jam sebelumnya_

"Lu udah nggak waras ya, bro. Ini Elena kan? Cewe paling cantik di kampus kita. Apa nggak akan jadi masalah?" tanya Daren pada Mike.

"Yang jadi masalah kalau ada yang bilang kalau kita bawa dia.Lagian dia juga udah mabuk parah , nggak bakalan sadar. Paling waktu dia sadar dia udah kehilangan kegadisannya. Gue dendam sama ini cewek, berapa kali dia nolak gue. Sekarang, rasain gue bakalan jadi orang pertama yang nyicip body dia. Lagian, tadi gue udah bayar semua tagihan meja dia. Dan itu nggak sedikit. 3 juta, gue rasa cukup buat barter sama segelan ni cewek," jawab Mike.

Mike langsung membawa Elena ke apartemen pribadinya. Pemuda berusia 23 tahun itu sudah tidak sabar lagi untuk mencicipi tubuh Elena yang saat ini tidak berdaya.

Ia langsung membawa Elena ke kamarnya dan melepaskan pakaian yang dikenakan Elena. Entah karena hawa dingin yang menusuk, perlahan mata Elena terbuka namun, efek minuman keras membuat Elena berada di kondisi antara sadar dan tidak. Ia berusaha meronta saat tangan Mike mulai menjelajahi tubuhnya yang polos.

"Jangan..." bisik Elena lirih. Namun, Mike hanya tertawa keras, "Jangan? Kau akan menikmati malam ini, sayang. Sekarang, biarkan aku menikmati tubuh indahmu ini Elena sayang, ini akibatnya jika kau menolak cintaku," kata Mike sambil meneruskan kegiatannya.

Elena berusaha untuk melawan dan meronta, namun tangan Mike jauh lebih kuat. Dan gadis itu akhirnya hanya mampu menjerit saat milik Mike memasuki tubuhnya dan merenggut kehormatannya. Rasa sakit yang mendera tubuh Elena membuat gadis itu tidak sadarkan diri hingga Mike semakin leluasa bermain- main dengan tubuh indahnya. Dan mengeluarkan semuanya di dalam rahim Elena, tanpa peduli bahwa saat itu Elena dalam masa subur. Tak puas sekali, Mike bahkan bermain lewat belakang tubuh Elena. Ia seolah ingin menuntaskan semuanya.

Tubuh Elena yang tak berdaya itu hanya bisa menerima. Mike benar-benar puas setelah menikmati Elena dari depan dan belakang berkali-kali. "Kau akan mengingat semua ini jika kau sadar nanti, Elena. Kau akan bersujud dan meminta pertanggung jawaban dariku. Dan, saat itu, aku akan membuatmu merasakan sakitnya sebuah penolakan," kata Mike.

Mike pun segera mengenakan pakaiannya kembali, ia sudah puas menikmati gadis itu dan berniat untuk memberikan bagian pada Daren. Namun, tiba-tiba ia mendengar pintu apartemennya di ketuk.

"Siapa, bro?" tanya Daren.

"Gue tadi sih ada telepon Bobby suruh ke sini, coba deh lu buka. Biar dia juga bisa nyicip tu cewek di kamar gue," kata Mike

"Wah, parah lu,Mike."

Daren pun segera bangkit. Tanpa mengintip lagi siapa yang datang, ia pun langsung membuka pintu. Namun, ternyata yang datang adalah Sandy dan dua kawannya yang segera menyergap Daren.

"Di mana Elena?!" hardik Sandy. Darren yang gugup dan ketakutan langsung menunjuk ke kamar. Tanu langsung mengikat Darren dan Mike yang juga kaget dengan kedatangan Sandy tidak berdaya saat ia pun dilumpuhkan.

Sandy yang langsung masuk ke kamar sedikit gugup melihat tubuh Elena yang polos. Ia pun segera menutupinya dengan selimut dan langsung menggendongnya keluar.

"Kau urus kedua orang ini, laporkan pada polisi. Aku dan Tanu akan membawa non Elena ke rumah sakit."

**

_sebelumnya_

Sandy memasuki ruangan yang hingar bingar itu. Ini sudah tempat hiburan ke 8 yang ia datangi untuk mencari Elena. Ia pun segera menuju ke bartender.

"Minum apa, Mas?" sapa Bartender itu ramah.

"Saya cari adik saya. Biasanya dia sering kemari, Mas ada liat? Ini fotonya," jawab Sandy sambil memperlihatkan foto Elena.

Bartender itu mengerutkan dahi, salah seorang kawannya yang juga melihat langsung menepuk bahu kawannya itu.

"Ini kan cewek yang tadi mabuk di meja sana, bang. Yang di bawa sama si Mike," celetuknya.

"Mabuk?" tanya Sandy.

"Iya, Mas. Kebetulan tadi saya yang handle meja Mbaknya. Dari mulai buka, Mbaknya ini udah duduk di meja sebelah sana. Tapi, pas udah mabuk parah, temannya ada dua orang yang datang bayarin minuman dia, trus Mbaknya di bawa. Kebetulan saya kenal sama yang bawa, karena dia member di sini, Mas. Ngakunya sih pacar Mbaknya. Saya percaya aja karena dia nyebutin nama Mbaknya bener tanpa liat isi tas Mbaknya. Saya sempat buka tas Mbaknya dan liat KTP nya. Ternyata benar, jadi saya percaya. Namanya Bang Mike, dia tadi yang bayar tagihannya juga. Saya tau di mana apartemennya. Oiya, nama saya Feri, Mas."

**

Arjuna hanya diam mendengar cerita Sandy. Saat ini Zalina yang pingsan ada diruang perawatan. Arjuna yakin sang istri pasti sangat terpukul dengan kejadian ini.

"Maafkan kami, Pak. Kami datang terlambat dan tidak sempat mencegah," kata Sandy.

"Bukan salah kalian, terima kasih sudah membantu mencari Elena dan juga melaporkan kawannya ke kantor polisi. Tadi, ada memberikan nomor ponsel saya kan kepada polisi?"

"Herman yang mengurus mereka, Pak. Baru saja Herman memberi kabar bahwa keduanya berada di dalam sel. Kemungkinan polisi juga akan kemari, karena Herman sudah mengatakan bahwa korban dibawa ke rumah sakit. Pakaian dan barang milik non Elena juga masih berada di apartemen pelaku, itu bisa menjadi barang bukti," kata Sandy.

"Terima kasih, Sandy."

"Sama-sama, Pak."

Tiba-tiba, dokter yang menangani Elena keluar dengan wajah yang tampak panik dan langsung mendekati mereka.

"Anda keluarga pasien?"