webnovel

KELUARGA

Dominic menatap Zalina sambil mengerutkan dahinya.

"Pasti Elena berbuat ulah," ujarnya.

"Udah, nggak usah kamu pikirin. Yang penting sekarang sehat dulu. Ya sudah, Mami pulang dulu. Besok Mami ke sini lagi, kalau Mami nggak bisa Mami minta tolong Laela atau Calista ke sini bawa makanan, Mami tau kok makanan rumah sakit nggak enak."

"Wah, kalau tiap hari diantar makanan Dodi jagain Dom terus deh, Tante biar kebagian jatah," kata Dodi. P

Dominic langsung melemparkan sebutir apel ke arah Dodi dengan kesal sehingga apel itu tepat mengenai dahi Dodi dengan kencang.

"Ya ampun, sakit bro! Untung bisa di makan," gerutu Dodi.

"Dom, udah ah. Kalian ini kaya anak kecil," kata Zalina.

"Dominic tuh, Tante. Masa aku ditimpuk pake apel," kata Dodi.

"Sudah ah, kalian ini. Kalau kamu nunggu Dom di sini, emang nggak masuk kerja? Bisa di pecat loh," ujar Zalina.

"Kan pas makan siang doang, Tante. Sekalian gitu, kan ikutan makan enak."

"Hahaha, terserah kalian aja deh."

Zalina pun segera membereskan kotak makanan yang sudah kosong dan segera beranjak. Sebenarnya ia masih ingin lebih lama berada di sana. Tapi, Arlina sudah keburu bercerita tentang Damian. Zalina tidak mau kejadian tadi membuat Dominic resah dan kepikiran sehingga memperlambat proses kesembuhannya.

"Kenapa kita buru-buru pulang sih, Mami?" tanya Arlina.

"Tidak apa-apa sayang, Mami mendadak ingat ada pekerjaan yang harus Mami kerjakan."

"Padahal, aku masih kangen sama Kakak."

"Nanti kan bisa tengok Kakak di rumah sakit lagi."

"Sama Papi?"

"Iya, sama Papi."

Sementara itu, Dominic masih penasaran dengan perkataan Arlina tentu saja tidak mau tinggal diam. Ia langsung menelepon seseorang yang ia yakin bisa memberi keterangan yang jelas dan terpercaya. Setelah bercakap-cakap sebentar di telepon, ia hanya bisa mengembuskan napas dengan berat.

"Kenapa lagi, Elena?" tanya Dodi.

"Biasalah, Dod. Kadang, gue nyesel kenapa dulu nggak ikut Mami Zalina. Kenapa malah memilih Daddy. Padahal, Papi Arjuna baik. Calista diperlakukan dengan sangat baik. Dulu, almarhum Mommy ninggalin tabungan dan deposito yang nggak sedikit jumlahnya. Dan, gue baru tau ternyata sepeser pun Mami Zalina nggak pernah pake itu duit bro. Selama gue sama adik-adik gue tinggal sama Mami, Daddy juga nggak sepeserpun ternyata kasi duit ke Mami buat gue sama adik-adik gue. Semua itu artinya duit Mami pribadi. Padahal Mami Zalina masih gadis waktu itu, tapi mau keluar banyak buat gue dan adik-adik yang bukan anak kandungnya.

"Mami gue itu emang luar biasa, bro. Hari gini mana ada sih orang yang ikhlas kaya gitu. Gue kaget waktu gue umur 20 dan Mami kasi semua deposito dan buku tabungan Mommy ke gue. Itu sebabnya gue milih hidup sendiri di rumah warisan Mommy. Rumah itu semua Mami yg urus, sampai surat balik nama dan lainnya. Pas gue tanya kenapa uang dari Mommy nggak pernah dia pake, lu tau apa jawabannya? Mami bilang, 'Kalian anak Mami, membesarkan dan merawat kalian ya tanggung jawab Mami. Buat apa Mami ambil uang tabungan milik kalian.' Padahal semua juga tau, Mommy gue kalo masih ada pasti bakal pake duit itu buat kita."

Dodi menggelengkan kepalanya. Sejak dulu, ia menggagumi Zalina, tapi mendengar cerita sahabatnya kekagumannya makin bertambah.

"Coba ada satu aja perempuan yang punya budi pekerti kayak Mamimu, gue mau satu," sahut Dodi.

"Langka, bro!"

"Hahahah...."

Kedua pemuda itu tertawa terbahak-bahak. Namun, diam-diam Dodi sedikit resah, sudah sejak lama ia menaruh hati pada Elena. Tapi, Dodi merasa tidak enak pada Dominic. Dia tidak ingin menodai persahabatan mereka karena cinta. Belum tentu Dominic juga setuju dengan hubungan mereka. Dan yang lebih penting, Dodi ragu jika Elena juga memiliki perasaan yang sama.

**

"Bagaimana Elena, sayang?" tanya Arjuna saat pulang dari kantor. Ia baru saja selesai mandi dan mengganti pakaiannya. Zalina menggelengkan kepalanya sambil menundukkan kepalanya dengan sedih. Melihat kesedihan di wajah cantik istrinya itu, Arjuna langsung mendekat.

"Istriku yang cantik ini kenapa sedih?"

Tak kuasa menahan perasaan, Zalina pun menumpahkan tangis di dalam pelukan suaminya itu. Arjuna pun langsung memeluk Zalina dan membelai rambut sangat istri dengan lembut.

Setelah puas menumpahkan tangis dan perasaan sedihnya Zalina pun menceritakan semua kejadian sepanjang hari. Lengkap, tanpa ada yang ia tutupi atau ia lebihkan.

"Sabar ya, sayang. Aku yakin, Elena juga sedang merasa sedih saat ini. Dia pasti dilema, dalam hati yang terdalam ia pasti ingin pulang bersamamu, tapi di sisi lain ia juga memikirkan Liemey. Kita harus tetap memberikan dukungan pada Elena."

"Aku khawatir padanya, Mas."

"Aku mengerti perasaanmu, sayang. Oya, Dominic benar hanya retak saja? Tidak ada luka serius lain?" tanya Arjuna.

"Iya, Mas. Aku liat tadi kakinya sudah di beri gips. Tidak terlalu parah, tapi membutuhkan proses penyembuhan yang tidak sebentar. Bagaimana kalau nanti, dia pulang ke rumah ini, Mas? Boleh?"

"Kau ini menanyakan pertanyaan yang kau sudah tau apa jawabannya. Kau sudah tau apa jawabanku, Zalina. Sejak pertama aku mendekatimu untuk menjadikanmu istriku, aku sudah menerima Dominic dan adik-adiknya. Jadi, kau tak perlu tanyakan hal sepele seperti itu, sayang. Mereka boleh pulang ke rumah ini. Dominic, Elena. Mereka anak-anakku juga."

"Terima kasih ya, Mas."

Arjuna mengangguk dan senyuman penuh cinta pada Zalina. Namun,tiba-tiba seolah teringat akan sesuatu Damian menatap Zalina.

"Tunggu, apa kau tadi benar- benar menghajar Damian?" tanya Arjuna.

"Iya, Mas. Aku emosi melihat kondisi Elena, bayangkan pergelangan tangannya lecet dan memerah, bibirnya pecah. Ayah macam apa yang tega berbuat seperti itu pada anaknya sendiri. Semarah apapun orang tua, tidak sepantasnya memukul anak seperti itu. Tadinya, aku tidak mau menghajarnya, tapi dia menyerangku dari belakang. Aku hajar lah dia sekalian."

"Luar biasa garang sekali istriku ini. Tapi, lain kali kendalikan emosimu, Lin."

"Iya, Mas. Maafkan aku, ya."

"Hmm, sepertinya perutku lapar sayang. Bisa kita makan malam sekarang?" tanya Arjuna.

Zalina pun tertawa kecil dan langsung menggandeng tangan suaminya menuju ke ruang makan. Tampak Sutinah sedang menata meja dibantu oleh Laela dan Calista.

"Krisna dan Arlina ke mana, kak?" tanya Arjuna pada Calista.

"Di ruang belajar, Papi. Krisna sedang mengajari Arlina membuat keterampilan. Kakak panggilkan, ya."

"Iya, tolong panggilkan, sayang. Kita makan malam bersama, ya."

Calista pun segera menuju ke ruang belajar, tepat saat ia baru saja akan memanggil Krisna dan Arlina, keduanya sudah menyelesaikan pekerjaan mereka.

"Makan dulu,dek. Mami sama Papi sudah menunggu," ajak Calista.

"Iya kak," jawab Krisna dan Arlina.

Seperti biasa mereka makan malam dengan penuh kehangatan. Arjuna akan bertanya tentang apa saja kegiatan mereka sepanjang hari. Tidak ada yang namanya gadget ketika sedang berada di meja makan. Arjuna sendiri terbiasa untuk mematikan ponsel jika sudah berada di rumah. Jika ada hal yang benar-benar penting,karyawan Arjuna akan menelepon ke rumah.

Baru saja selesai makan, tiba-tiba saja mereka di kagetkan oleh kedatangan Liemey.