webnovel

CINTA YANG TULUS

"Kau yakin pulang minggu depan?" tanya Arjuna.

"Yakin, Mas. Anak itu selalu saja memberi kejutan. Aku baru saja akan memarahinya jika ia mengatakan ingin melamar Kezia. Aku tidak suka dengan gadis sosialita yang sok artis itu."

"Untung saja mereka putus."

"Kau sependapat, kan. Kita harus pulang, Mas. Untuk mencari pembantu yang baru juga. Tidak mungkin calon besan mau kita suruh bekerja. Sutinah dan Laela tidak boleh tinggal di rumah kita lagi. Begini saja, bagaimana kalau sementara Mbak Markonah yang bekerja di rumah Dominic bekerja di rumah kita. Lalu, Mbak Sutinah dan Laela tinggal di rumah Dominic. Jadi, mereka tidak tinggal satu atap. Orang Jawa bilang pamali, Mas kalau mau menikah sudah tinggal serumah. Itu sebabnya kita harus pulang dulu minggu depan, sekalian mengurus kepindahan sekolah Krisna."

"Aku setuju saja, sayang."

"Mas ini, selalu saja begitu."

"Aku kan sudah berjanji untuk selalu mengabulkan segala permintaanmu, asalkan bukan hal yang tidak baik."

Zalina hanya tersenyum, ia merasa bahagia. Selama ini Arjuna selalu menjadi suami yang baik dan juga begitu mencintai keluarga.

**

_Jakarta_

Dominic langsung menarik tangan Laela untuk masuk ke dalam. Saat mereka masuk, Sutinah tampak sedang membersihkan dapur.

"Mbak, saya mau bicara," kata Dominic dengan serius. Sutinah langsung menghentikan pekerjaannya, dengan wajah panik ia pun segera menghampiri Dominic.

"Di ruang makan saja, ya."

"Ada apa toh, Mas. Walah kok Mbak jadi deg-degan ya."

"Saya baru saja menelepon Mami dan Papi di Singapura, minggu depan mereka pulang dan akan mengatakan secara resmi. Tapi,malam ini saya katakan lebih dulu saja, ya."

"Ada apa, Mas?"

"Mbak, saya dan Laela saling mencintai dan saya ingin melamar Laela menjadi istri saya."

Sutinah merasa kaget luar biasa. Wajahnya langsung pucat pasi, ia merasa panik. Ia merasa senang Dominic mencintai putri semata wayangnya yang begitu ia cintai. Artinya derajat mereka akan terangkat. Tapi, tidak dengan anak majikan juga.

"Astagfirullah, Mas. Ini saya lagi di prank kayak acara televisi yang Uya Kuya itu? Pasti lagi bercanda ya? Aduh apa nanti kata Ibu sama Bapak, Mas?"

"Ada apa ini?"

Dominic menoleh, tampak Aruga dan Arasy berjalan mendekat.

"Apa ini, Kak?" tanya Arasy.

"Kebetulan, Om, Tante aku hanya sedang melamar Laela meski belum resmi. Mami dan Papi sudah mengizinkan."

Aruga dan Arasy saling pandang.

"Kak, ini melamar anak gadis orang, loh. Kok, enak bener sih tinggal lamar aja," kata Arasy.

"Mami dan Papi akan pulang minggu depan untuk melamar secara serius, Tante. Dari pada nanti jadi fitnah kalau aku dekat sama Laela. Jadi, lebih baik kalau aku meminta Laela secara resmi begini, kan?"

"Aduh, gustii, nyuwun hapunten, Pak, Bu. Saya ini kok jadinya bingung, saya nggak mau dianggap tidak tau diri. Selama ini, Ibu dan Bapak sudah begitu baik pada saya. Lah kok tiba-tiba anak saya nggak tau diri, menggoda Den Dominic."

"Yang menggoda saya siapa, Mbak? Laela tidak pernah menggoda saya. Saya yang memang jatuh cinta pada Laela."

Diluar dugaan Sutinah menangis tersedu sambil menelungkupkan wajahnya ke atas meja.

"Mbak, kalau memang keduanya saling mencintai, biarkan saja. Dominic juga sudah dewasa, secara materi dia sudah cukup mapan. Laela tidak akan kekurangan apapun jika menikah dengan Dominic," kata Aruga.

"Tapi, apa pantas anak pembantu menikah dengan anak majikan, Pak?"

"Astagfirullah, Mbak. Kami tidak pernah membedakan anak siapa. Yang paling penting, Dominic bisa bahagia. Apalagi jika Zalina dan Arjuna sudah memutuskan untuk pulang minggu depan artinya mereka sudah benar-benar setuju. Hanya tinggal Mbak saja, mengizinkan atau tidak jika Laela menikah dengan Dominic," sahut Arasy.

"Bagaimana dengan kuliahnya?"

"Saya yang akan bertanggung jawab atas biaya kuliah Laela. Lagipula, banyak kan mahasiswi yang sudah menikah tapi masih melanjutkan kuliah? Saya tidak akan melarang Laela untuk tetap kuliah," jawab Dominic dengan mantap.

Sutinah menoleh pada Laela, "Nduk, kau mencintai Mas Dom? Mau jadi istrinya?" tanya Sutinah. Laela mengangguk perlahan.

"Maafkan Laela, Bu."

"Mas Dom serius ingin menikahi Laela? Apa tidak akan menyesal? Anak saya ini hanya gadis kampung biasa, gadis desa. Tidak sama seperti mantan kekasih Mas Dom dulu."

"Memang kalau gadis desa kenapa, Mbak?" celetuk Calista yang entah kapan sudah berdiri di ambang pintu dapur.

"Bukannya kau mau tidur?" kata Dominic.

"Mana bisa jika tiba-tiba terdengar ribut-ribut. Jadi, bagaimana jawaban atas pertanyaan saya tadi, Mbak? Memangnya kalau gadis desa kenapa? Apa bedanya gadis desa dan gadis kota? Apa gadis kota lebih cantik dibandingkan gadis desa? Rasanya tidak,kan. Atau gadis desa makannya beling dan pecahan kaca, begitu?"

"Maksud saya..."

"Manusia itu sama, miskin atau kaya sama-sama ciptaan Tuhan. Yang membedakan hanya amal dan ibadahnya, memangnya harta dibawa mati? Malaikat nggak akan tanya apa pekerjaan kita di sana nanti,jadi ngapain sih Mbak pikirin masalah pekerjaan Mbak yang sekarang. Apa Mbak mencuri atau merampok? Nggak, kan?"

Seperti biasa dengan gayanya yang acuh tak acuh Calista langsung kembali naik ke kamarnya. Arasy dan Aruga yang melihat itu hanya bisa saling berpandangan dan menggelengkan kepalanya.

"Zalina muda, persis sama seperti itu. Terkadang menyebalkan," celetuk Arasy.

"Adikmu kan," timpal Aruga.

"Adik iparmu, Mas."

"Jadi, kembali ke masalah tadi. Bagaimana, Mbak Sutinah?"

"Wes, saya manut, Pak. Kalau memang nanti Pak Arjuna dan Ibu Zalina setuju, saya setuju saja, Pak."

"Ya sudah kalau begitu."

Suasana yang tadinya tegang mencair seketika, namun ada sepasang mata yang mengintip dengan penuh air mata. Gadis itu tak lain adalah Ratu. Ya, selama ini Ratu selalu mencintai Dominic. Bahkan, rasa kagum dan suka itu tumbuh sejak kecil. Sejak kecil Ratu sslalu suka jika Dominic datang berkunjung ke rumahnya apalagi jika menginap. Ratu selalu suka sikap Dom yang sedikit dingin dan angkuh kepada hampir setiap anak perempuan. Tapi, tidak kepadanya, dulu ketika kecil Ratu bahkan sering minta diajari membuat Peer. Bukan karena tidak bisa atau tidak mengerti tapi, supaya ia bisa berdekatan dengan Dominic.

Saat pertama kali ia tau akan dijodohkan hatinya berbunga-bunga, tapi sayangnya Dominic menolak karena sudah ada Kezia. Setelah Kezia tidak lagi menjadi halangannya dalam mengejar cinta Dominic, Ratu kembali berusaha menarik perhatian Dominic dengan menginap di rumah Zalina. Semata karena ingin dekat-dekat dengan Dominic. Tapi, bukannya dekat Dominic malah melirik wanita lain. Ratu hanya bisa merasakan sakit dihatinya kini.

Perlahan, ia pun kembali ke kamarnya. Tidak ada yang lebih menyakitkan dari pada sakit hati .

***