Khanza begitu terenyuh saat melihat keadaan Ratna. Tangannya terpaksa diikat karena beberapa kali mengamuk dan hampir mencelakai pasien yang lain. Mendengar kabar dari Arman membuatnya berinisiatif untuk ikut bersama dengan Arman ke rumah sakit jiwa untuk menjenguk Ratna.
"Kasian dia, Mas," ujar Khanz a lirih.
"Kau tidak dendam padanya, Za?" tanya Arman dengan dahi berkerut.
Khanza mengembuskan napas perlahan.
"Marah, kecewa itu sudah pasti, Mas. Tapi, itu dulu saat pertama kau memilih Ratna dari pada aku dan anak-anak. Sempat aku berpikir untuk mengakhiri saja hidupku dan kedua anak kita. Tapi, kemudian aku berpikir untuk apa? Apakah dengan mengakhiri hidup akan menyelesaikan segala masalah? Yang ada aku justru berhadapan dengan masalah yang lebih berat lagi. Seiring berjalannya waktu, aku jauh lebih ikhlas. Dan, aku anggap kita memang sudah tidak berjodoh. Tidak mengapa, mungkin Allah memang ingin supaya aku kuat dan membesarkan anak-anak kita dengan baik."
webnovel.com で好きな作者や翻訳者を応援してください