Sementara itu di istana Eispalast.. sang peniru masih menjalankan perannya sebagai Erick Silverstream. Bernaung di besarnya ruang tahta istana kutub utara, tangan kanannya memegang gelas kaca berisi minuman favorit Erick. Ia duduk santai merayakan keberhasilannya merenggut tahta King of Draecorona dan klan Dragons yang menuruti perintahnya.
“tiara ini sangat hebat.. aku heran kenapa King of Dragons yang asli tidak memanfaatkannya sebaik diriku.. selain duduk di tahta di istana yang besar ini, apa yang sebenarnya Ia kerjakan.. saat pertama tiba di sini kukira klan Dragons sangatlah kejam dan menonjolkan kekuatan mereka.. tapi, cihh.. terlalu banyak kedamaian di sini.. kasihan para Dragons.. punya kekuatan besar tapi Rajanya lembek...” Ia teguk lagi minumannya. Sepi nya Eispalast saat itu menjadi kebebasan tersendiri baginya. Dari luar dan dalam Ia nampak sangat mirip Erick, namun sorot mata dan kepribadiannya amat berbeda. Adapun yang membuat Dragons patuh padanya ialah kuasa mutlak dari Blue spirit.
“tapi yaa.. Draecorona merupakan kerajaan yang paling mudah buatku.. dibandingkan klan-klan lain seperti.. Celestial misalnya, mereka turunan malaikat yang bertugas membasmi iblis.. aku yang dikuasai kegelapan tidak mungkin bisa merasuki mereka..” Ia lanjutkan pembicaraannya sendiri, membandingkan 9 klan Arc Chaestra lain yang tak bisa Ia gapai.
“Siren.. ah, ujung-ujungnya aku hanya akan menguasai laut, bukan seluruh Arc Chaestra. Manusia.. dijaga oleh para Unicorn.. kuda-kuda itu akan cepat menyadari keberadaan jiwaku.. Demigod? Sama saja dengan Celestial.. begitu pula Miwamori.. kaki ku terbakar saat melewati jimat pelindungnya.. juga Nereida yang dilindungi anugrah rembulan.. baru satu malam aku berada disana kepalaku pusing karena energi positif dari rembulan yang terlalu kuat..” kini Ia berdiri dan perlahan menuruni tangga, turun dari tingginya kursi singgasana. Sebenarnya meniru Erick yang memiliki tanduk dan ekor agak kurang nyaman baginya. Tapi Ia tak peduli selama perlahan 9 kerajaan bisa jatuh ke tangannya.
“hmm…. Lalu Mavr Lykos.. harusnya bisa ku masuki karena Shapeshifter juga perwakilan kegelapan tapi.. yahh mereka punya jiwa dan pendirian kuat.. sama dengan para Beast.. hingga aku tiba disini.. hahahaha.. tak kusangka Dragons sangat mudah di provokasi apalagi dengan adanya tiara ini.. luar biasa.. hahahah bahkan leader item Shapeshifter dan Beast tidak mampu berbuat begini..” jemarinya menyentil batu safir yang terpasang di tiara milik Erick. Tak hanya menipu klan Dragons secara tak langsung sang peniru juga menipu tiara sakral itu.
Eispalast putih, biru dan perak seisinya karena pemegang tahta saat ini merupakan Erick yang berwujud Naga es dan memiliki warna Magia biru keperakan. Eispalast istana ajaib yang akan berubah warna sesuai dengan Magia golongan naga mana yang memegang tahta. Meski rupa mereka beragam, hanya ada tiga jenis naga di Draecorona yaitu naga api, naga air/laut, dan naga es.
Semua Dragon memiliki tanduk dengan bentuk yang unik masing-masing individunya. Sepasang sayap mereka kokoh dan mampu mengantar mereka ke jarak sejauh manapun itu. Hanya naga laut yang tidak bisa terbang karena tak memiliki sayap. Meski tak bersayap sirip-sirip berlapis di tubuh mereka tak kalah fungsional dengan sayap milik naga api dan es. Naga laut juga merupakan penakluk ombak dan dalamnya biru samudra.
Ciri khas naga es ialah berkulit atau sisik putih dengan belang biru muda ke biru gelap. Warna rambut mereka cenderung putih, pirang, atau keabu-abuan. Sedangkan naga api bersisik oranye atau merah seling kuning keemasan. Rambut mereka pun berwarna terang seperti merah, hitam, atau oranye. Meski ber elemen air, naga air justru lebih sering berkegiatan di darat, tinggal di desa-desa berdampingan dengan naga-naga lain. Sisik mereka hijau ke biru gelap dengan warna rambut yang senada.
Draecorona adalah kutub utara. Kerajaan itu unggul dalam bidang pertambangan batu berharga dan perikanan. Lapisan es abadi yang menghampar sejauh mata memandang menampilkan keindahan tersendiri. Putih yang bersanding dengan biru. Nama Draecorona berasal dari 2 kata yakni Draken yang berarti naga dan Corona yang berarti mahkota. Penjelasan yang cukup dimana memang seluruh naga disana berada dibawah kendali Blue spirit. Selain ditinggali oleh klan Dragons, terdapat juga kekayaan fauna seperti beruang kutub, rubah arktik, burung hantu, karibu, kelinci arktik, anjing laut dan masih banyak lagi.
Apa yang Dragons makan? Berbeda dengan Beast yang karnivora, mereka adalah omnivora. Mereka suka berburu rusa, kelinci, domba, juga menjaring ikan di laut arktik. Sayur-sayur seperti kubis dan lobak masih dapat ditanam dan dipanen di bagian pinggir kerajaan itu.
Saat Ziel menjadi raja, Eispalast berwarna merah, jingga dan emas karena Ziel merupakan Naga api dengan Magia jingga kemerahan. Saat ada Raja dari golongan Naga laut, kursi tahta akan menurun membentuk cekungan yang kemudian terisi oleh air. Bendera serta karpet berlambang Draecorona terpampang mengisi setiap ruang kosong. Lambang berupa naga bersayap berwarna biru gelap, yang digambar ribuan tahun silam oleh para moyang klan Dragons. Potret lukisan Raja pertama hingga Erick terpasang rapi di sepanjang lorongnya yang jauh.
Asteria memilih Raja mereka dari keturunan, Nereida mendapat pemimpin mereka berdasarkan pilihan dari bunga Moon flower. Draecorona? Dari pemenang sebuah ujian yang diadakan tiap Raja lama sudah habis masa menjabatnya. Siapa yang mampu membawa keperkasaan Dragons namun berpegang teguh pada kerendahan hati, ialah yang pantas dinobatkan sebagai King of Dragons.
Terdapat penjaga di setiap pintu ruangan penting seperti ruang tahta, ruang kerja, perpustakaan, hingga kamar Erick yang bergantian berjaga setiap siang dan malam. Pastinya Erick sendiri mengenali setiap wajah dan nama dari penjaga-penjaga di istananya. Ia akan dengan ramah menyapa dan menanyakan tiap-tiap kabar mereka seolah tak ada sekat antara sang Raja dengan bawahannya. Tak terhitung berapa kali Ziel merasa bangga padanya, tak salah memilih seorang Erick sebagai penerus tahta.
Kadang kita berpikir kitalah sebenarnya tokoh utama cerita kehidupan.. tapi sebenarnya bukan..
Sang peniru mengalihkan pandangannya ke luar, meneguk kembali sisa minuman di gelasnya.
“..!!!”
PRANNGG…!!!!!
“hoekk.. uhuk uhukk..” gelas kaca yang ada di tangannya tiba-tiba jatuh dari genggaman dan pecah di lantai.
“… ada sesuatu.. dalam minuman ini…” kulit wajahnya perlahan mengelupas, menampakkan rupa wajah hitam yang menyeramkan dibaliknya.
“aakkhhh…. Ada apa dengan wajahku… tidak… penyamaranku yang sempurna….”
“…. Aku tau.. ada yang salah dari Raja kami..”
“?!”
Seorang pelayan wanita, muncul di belakangnya. Memergoki wujudnya yang perlahan berubah menjadi mengerikan. Si peniru pun terkejut melihat kedatangannya yang tiba-tiba. Pelayan wanita itu memegang pisau perak di tangan kanannya, berusaha mengungkap apa yang tengah terjadi.
“… kau…” sambil menutupi wajah dengan kedua tangannya si peniru menatap sang pelayan.
“.. gelas itu.. aku melapisnya dengan Magia murni kami.. Magia perak.. nampaknya kemurnian dari Magia kami lah yang mengungkap kepalsuan dan kegelapan yang disembunyikan sosokmu..” sungguh berani pelayan bernama Joanna itu. Kesehariannya yang sering bertemu dan bicara sepatah dua kata dengan Erick membuat hatinya peka bahwa ada yang salah dari Raja yang selama ini ia layani.
Si peniru mengalihkan pandangannya pada gelas yang pecah. Memang jika diperhatikan dengan seksama terdapat sinar tipis dari Magia perak yang dilumuri oleh Joanna.
“.. APA YANG KAU LAKUKAN PADA RAJA KAMI..!!!” Joanna maju, pisau perak dihunuskan ke arah Erick palsu.
Lawannya tersenyum tipis dan tak bergerak sedikitpun hingga..
Ting.. tring…
Pisau perak di genggaman Joanna terjatuh. Pelayan itu kini dicekik dan diangkat oleh kuatnya tangan si peniru.
“berani juga kau.. menantangku.. padahal cuma pelayan rendahan di besarnya Eispalast..”
“hkk… uhh.. le.. pas.. kann….” Joanna hanya bisa pasrah mencoba melepaskan genggaman lawannya. Jemari lentiknya mencakar-cakar genggaman itu, membuat goresan berwarna putih yang sayangnya tak berhasil melukai lawannya.
“lupakan.. lupakan apa yang baru saja kau lihat.. kau tidak melihat apapun….” Wajah Erick palsu yang sudah kembali seperti semula kini menatap kosong mata Joanna, menghipnotisnya agar melupakan apa yang baru saja ia lihat dari wujud asli nya.
“.. aku.. tak akan memb—“
“… lupakan..” mata Erick yang biasanya jernih berwarna biru muda kini berubah merah dan mengerikan. Joanna tak habis pikir makhluk apa yang sedang ia hadapi ini.
“.. pen.. jahat.. bu.. sukk…”
“kau akan lupa….”
“”… tidak….”
“….. lu.. pa..” tatapan tegas dari sorot mata Joanna perlahan pudar. Mata kuningnya layu dan kemudian terpejam. Pelayan pemberani itu kini tak sadarkan diri di genggaman sang penjahat. Tubuhnya lesu dan lunglai.
BRAKK…!!! Pintu-pintu besar ruang tahta dibuka, dua orang penjaga masuk karena mendengar keributan dari dalam.
“.. yang mulia, kami mendengar suara teriakan.. anda baik-baik saja?”
“ah tidak.. tidak ada apa-apa kok.. pelayan ini, dia hanya terkejut karena gelas yang ku genggam jatuh dan pecah di lantai..” wajah Erick palsu entah bagaimana sudah kembali seperti semula dengan kulit mulus, mata biru dan tanduk keemasannya.
“pelayan? Joanna? Sedang apa kau..?”
Joanna sedang berdiri kaku menatap kosong ke arah jendela. Ia tak segera menjawab pertanyaan sang penjaga. Rambut pirangnya yang sedikit berantakan menutupi sebagian wajahnya.
“…..”
“Joanna? Kau baik-baik saja?” sang penjaga menghampiri, khawatir karena melihat gelagatnya yang sedikit aneh.
“ada apa denganmu? Tadi kau tidak sepucat ini..”
“………….” Joanna masih menunduk, terdiam tanpa kata.
“Joanna heyy..!!!”
“… tadi.. aku sedang melakukan apa ya?”