webnovel

Dungeon No.03

Aku terbang melaju dengan kecepatan sub sonik. Aku melihat di bawahku terdapat hutan yang hijau. Dan jauh didepan sana, di Utara, terdapat pegunungan yang berderet-deret. Mereka tampak kokoh dan kuat, menopang pepohonan beserta kehidupan lainnya, menopang batu-batu besar, dan mata air yang menjadi pendukung kehidupan.

Tak menunggu waktu lama, aku sampai di atas salah satu gunung, dan turun untuk mendarat di kaki gunung tersebut. Pada saat mendarat, aku telah berdiri tepat didepan pintu besi besar yang tampak berat. Ini adalah pintu menuju salah satu dungeon paling berbahaya di wilayah ini. Dungeon No.03. Dilihat dari luar saja, auranya sudah mencekam. Terasa seperti ada entitas yang bersembunyi didalamnya, dan siap menerkam siapa saja yang masuk kesana.

Dulunya aku pernah kesini bersama Neyla. Kami berdua menjelajah cukup dalam, sampai lantai ke 6. Jangan tanya sekuat apa monster didalamnya. Sudah pasti semuanya berbahaya. Bahkan yang paling lemah adalah kelas B. Lalu, bagaimana bisa aku dan Neyla bertahan di dungeon ini, padahal Monster-monster didalamnya kuat? Karena Neyla adalah penyihir yang hebat. Dan aku adalah pembuat jebakan yang handal. Dengan kerja sama kami, kami bisa mengalahkan banyak monster didalam dungeon.

Sebelum kami ke Dungeon, kami mencari informasi tentang monster-monster didalamnya terlebih dahulu. Kami mempelajari mereka, kemudian membuat perencanaan yang matang untuk mengalahkan monster dungeon No.03. Dengan pengetahuan yang kami dapat dan rencana yang kami buat, kami bisa mengatasi segala ancaman tanpa masalah. Aku dan Neyla sudah berpetualang bersama sampai dua tahun lamanya. Kami tak hanya ada sebagai rekan, namun juga sebagai kekasih yang saling mencintai. Kami berdua menerima kekurangan masing-masing dan saling melengkapi satu sama lain.

Beberapa waktu berlalu, ketika aku sudah naik ke kelas D, dia tiba-tiba malah naik ke kelas A. Aku tak curiga ataupun iri, namun malah bangga karena mempunyai kekasih yang merupakan petualang kelas A. Yah, itu adalah kebodohanku. Sampai akhirnya perbuatannya dibelakangku terungkap dan dia menghianatiku.

Ah, aku malah menceritakan ini lagi. Namun aku masih sakit hati. Jadi, akan kulampiaskan kekesalanku disini.

...

Aku mendorong pintu besi besar. Awalnya agak berat, namun lama-lama jadi ringan. Pintu besi besar ini semakin terbuka lebar. Suara gemeretak yang berisik juga muncul ketika aku membukanya. Suara ini sangat menggangu. Akhirnya, aku berhasil membuka pintu ini.

Aku langsung masuk melewati pintu, menuju kedalam dungeon.

Drap... Drap... Drap...

Langkah demi langkah berlalu, aku menjelajah semakin dalam kedalam dungeon. Suara langkahku terdengar menggema di lorong dungeon yang sepi. Lorong dungeon ini dilapisi dengan bata kuning yang kuat di setiap sisinya. Penerangannya berasal dari batu-batu sihir yang menyala, semuanya tersebar di setiap sisi dungeon. Tempat ini dan dungeon lainnya dulunya dibangun oleh manusia, jauh di masa lalu. Fungsinya adalah untuk markas, tempat penyimpanan barang penting, pemakaman, bahkan penelitian. Namun karena terjadi suatu hal, tempat ini kemudian ditinggalkan, dan ditempati monster.

Monster-monster yang menempati dungeon terus berkembang biak hingga jumlahnya menjadi sangat banyak, dan mayat-mayat dari monster yang mati akan melepaskan mana/energi sihir dalam jumlah besar. Energi sihir itu kemudian diserap oleh monster yang masih hidup, dan membuatnya menjadi lebih kuat. Monster yang kuat suatu saat akan mati, maka dia akan melepaskan mana lagi dalam jumlah yang lebih besar, yang kemudian akan diserap oleh monster lainnya yang masih hidup, dan membuatnya menjadi lebih kuat lagi dari sebelumnya. Siklus ini terus berulang tanpa henti, sehingga itulah kenapa monster di dalam dungeon bisa menjadi sangat kuat sekali. Para petualang wajib melakukan penjelajahan dungeon untuk membersihkan beberapa monster berbahaya. Itu dilakukan supaya jumlah mereka tidak membludak yang nantinya malah berakhir menyerang manusia di luar dungeon.

Kalian pasti bertanya, kalau para petualang melakukan pembersihan terhadap para monster, bukankah mereka malah membuat monster lainnya menjadi lebih kuat? Ya, meski kematian satu monster dapat memperkuat monster lain, namun sebagian besar spesies monster memiliki batasan dalam menjadi lebih kuat. Misal, ada satu spesies dimana dia seharusnya rank C, bisa naik ke rank A karena menjadi lebih kuat. Namun kalau batasnya sampai disitu, maka dia tak bisa lagi menjadi lebih kuat.

Oh iya, kita lanjutkan dulu penjelajahannya.

.....

Aku sekarang sudah berada di lantai enam dungeon No.03. Anehnya, aku tak menemukan satu monster pun. Aku keheranan, seharusnya ini adalah salah satu dungeon paling berbahaya. Tapi aku tak menemukan adanya monster, bahkan seekor pun tak ada. Perasaanku diantara jengkel dan khawatir. Jantungku berdetak kencang bagai mesin diesel ketika dinyalakan. Berjalan di lorong dungeon yang sepi dengan pencahayaan remang-remang dari batu sihir memberi efek liminal space padaku, sehingga aku merasa aneh dan tidak nyaman. Ini bukan pertama kalinya aku menjelajah dungeon. Namun perasaan aneh ini adalah yang pertama kalinya bagiku.

Aku berjalan melalui lorong dungeon selama 10 menit, dan akhirnya aku sampai di ujungnya. Di ujungnya terdapat sebuah pintu batu raksasa dengan tinggi 17 meter lebih, lebarnya 7 meter, dengan ukiran-ukiran indah, dan ditengahnya terdapat pola ukiran berbentuk matahari besar. Pintu raksasa itu sedikit terbuka. Itu adalah.... pintu masuk menuju ruang boss dari dungeon ini.

"Apa yang..." kataku dengan wajah terkejut.

Ya, ini aneh. Seharusnya kalau pintu ruang boss terbuka, maka ia akan terbuka dengan lebar. Namun didepanku, pintu raksasa itu terbuka sedikit saja. Membukanya pun harus dengan kunci batu permata, yang menjadi kunci pembuka dan penutup pintu boss dungeon. Tapi aku tidak melihat adanya kunci disana. Aneh... bagaimana bisa pintu itu terbuka?

Aku dengan curiga melangkah kedepan, kemudian memasuki ruangan boss dungeon melalui pintu raksasa yang sedikit terbuka. Langkahku senyap, tak terdengar oleh telinga. Sebelum aku benar-benar memasuki ruangan boss, aku terlebih dahulu bersembunyi dibalik celah pintu raksasa yang terbuka dan diam-diam mengintip ruangan boss.

Ini adalah pertama kalinya aku masuk ke ruangan boss. Dulu ketika aku masih bersama Neyla, aku hanya sampai didepan pintu batu raksasa dan berbalik arah karena takut terhadap boss didalamnya. Belum ada satupun petualang yang yang berani masuk kedalamnya, bahkan meski itu adalah petualang kelas S. Dan sekarang aku masuk kedalam tempat mengerikan ini sendirian, mendahului petualang manapun.

....

Ketika aku mengintip dari celah pintu batu raksasa, yang kulihat bukanlah boss dungeon. Namun sesuatu yang lebih mengerikan. Aku merasakan... bulu kudukku merinding disaat aku melihatnya. Apa yang kurasakan sekarang sama seperti menerjang badai salju tanpa busana apapun.

Segalanya terasa beku dan dingin.

Didalam ruangan boss yang luas dan besar, terdapat 50 orang berjubah hitam sedang berdiri diatas lingkaran sihir merah darah, melakukan gerakan-gerakan aneh. Mereka melakukan gerakan yang... terlihat mengerikan bagiku, bahkan aku sampai tak bisa menjelaskannya dengan kata-kata. Lingkaran sihir dibawah kaki mereka memiliki pola-pola yang rumit sekali.

"Para pengikut Nucceru..." Kataku dengan wajah tegang.

Aku tahu siapa mereka. Mereka adalah anggota kelompok kepercayaan sesat, yang menjadi buronan di seluruh kerajaan sihir.

Para pengikut Nucceru menyebarkan ajaran sesat yang merugikan, menebar ketakutan, dan melakukan ritual-ritual aneh yang bisa berakibat buruk bagi lingkungan sekitar. Ini bukan pertama kalinya aku melihat mereka. Aku pernah melihat kelompok sesat itu Sebelumnya, bahkan memergoki mereka berkali-kali. Namun dalam jumlah yang kecil, sekitar 4 sampai 8 orang saja.

Tapi, apa yang ada di depanku ini malah berjumlah 50 orang. Kalau mereka melakukan ritual dengan jumlah orang sebanyak itu, pastinya akan terjadi suatu hal besar.

Aku tak langsung tancap gas untuk menghentikan ritual aneh kelompok kepercayaan sesat itu. Aku mengambil ponselku, dan merekam ritual mereka. Aku bukannya norak atau apa, namun aku ingin menjadikan rekaman ini sebagai sebuah bukti dan informasi. Kalau aku menangkap mereka semua, maka aku akan dapat bayaran tinggi! Lalu aku akan menjadi kaya!

...

Aku melihat tanganku bergetar disaat aku merekam ritual mereka dengan ponselku. Tak lama kemudian, 50 orang itu berhenti bergerak. Mereka berdiri tegak dan tak bergeming sedikitpun. Aku mulai memasang sikap waspada sambil berjaga-jaga kalau mereka melakukan sesuatu yang tak terduga.

Dibalik celah pintu batu raksasa, aku masih merekam mereka. Keringat dingin bercucuran dari dahiku. Perasaan cemas mulai meluap-luap dihatiku. Aku menggigit bibir bawahku, sebagai tanda bahwa aku menahan kecemasanku.

Dan secara tak terduga, 50 orang berjubah hitam itu langsung menoleh kearahku. Dan...

Srrt!!

Jantungku langsung berdegup kencang tanpa pemanasan. Bulu kudukku langsung merinding, dan tenaga di tubuhku rasanya seperti terkuras habis tak tersisa. Kurasakan kedua kakiku bergetar, bahkan aku tak bisa menggerakkannya. Bagaimana mungkin aku bisa setakut ini?

"Hey, siapa kau!!"

"Berani-beraninya kau mengintip ritual suci kami!"

"Tangkap dia!"

Ah, aku ketahuan. Lima dari mereka mulai maju kearahku. Masing-masing dari kelima orang berjubah itu memunculkan rantai panjang di kedua tangannya. Bukannya mundur, aku hanya berhenti merekam mereka, dan malah menantang mereka dengan berjalan maju.

Ya, buat apa aku takut. Aku sekarang sudah kuat. Aku akan menghajar gerombolan orang sesat itu dengan mudah, sama seperti ketika aku membantai 100 Treeman di desa Fcihyn.

....

Kelima orang berjubah melempakan ujung rantai besi mereka kearahku. Rantai besi itu meluncur dengan cepat, membuat mata manusia biasa tak bisa melihatnya, namun aku bisa melihatnya dengan jelas.

Aku tak menghindar, hanya diam membiarkan rantai itu melilitku.

Aku memang sengaja melakukannya.

Aku ingin tahu seberapa kuat orang-orang ini.

Rantai besi mulai melilitku dengan erat. Kelima orang berjubah hitam juga mempererat pegangannya pada rantai besi milik mereka.

"Kita berhasil menangkapnya!"

"Mari kita eksekusi orang ini. Dia telah mengotori ritual suci kita!"

"Eksekusi dia!"

Mereka mengatakannya beramai-ramai. Tak lama kemudian, salah satu dari orang berjubah hitam yang tidak memegang rantai maju kearahku sambil membawa pedang.

Pedang yang dia bawa adalah pedang bilah melengkung bermata satu. Orang itu dengan pedangnya bersiap untuk menebaskannya di kepalaku.

Lalu dia berkata...

"Ada kata-kata terakhir, penyusup?" Katanya dengan nada dingin. Dari suaranya, aku yakin dia seorang pria.

"Hey, kenapa kalian melakukan ritual disini? Lalu, dimana boss dungeon ruangan ini? Apa kalian telah mengalahkannya?" Aku bertanya dengan penasaran.

"Kami tak akan memberitahumu. Kau tak berhak tahu. Matilah!"

Dia mengayunkan pedangnya, menuju leherku. Aku bisa mendengar sejenak suara dari bilah pedang yang memotong udara, sebelum itu mengenai leherku. Lalu... aku menyeringai.

Clang!!

Bilah pedang patah ketika mengenai leherku. Semua orang berjubah hitam

sontak terkejut melihat kejadian barusan, terutama orang yang menebasku. Dia mundur beberapa langkah, dan badannya terlihat bergetar.

"B-Bagaimana bisa.... pedangku patah?! Siapa sebenarnya kau?!"

Dia bertanya dengan ketakutan yang terukir di tatapan matanya. Aku malah terkekeh, terhibur dengan reaksi orang-orang itu.

"Siapa aku? Itu tidak penting. Kau tidak berhak untuk tahu siapa aku." Kataku dengan santai.

"Sialan, mati kau!"

Dia mengepalkan tangan kirinya, lalu melesatkan pukulannya pada wajahku. Aku bisa melihat kepalan tangannya memancarkan aura biru yang redup. Kurang dari 2 detik, pukulan tangan kirinya menghantam wajahku dengan keras. Suara dari pukulannya juga tak kalah keras, hingga menciptakan gelombang kejut.

"Aaaaargh!!"

Pria berjubah hitam itu mengerang kesakitan memegangi tangan kirinya, lalu terjatuh ke belakang. Dia menggeliat di lantai dengan penuh derita. Wajahku yang baru saja dia pukul tak merasa sakit sedikitpun. Sedangkan dia kesakitan setelah memukul wajahku.

"Hahahaha!!! Rasakan! Hahahaha!!!"

Aku tertawa terpingkal-pingkal. Aku benar-benar tak bisa menahannya. Entah kenapa, momen ini terasa lucu bagiku.

"Jangan tertawa! Bagaimana dengan ini!"

Kelima orang berjubah hitam yang mengikatku dengan rantai besi mulai menyiapkan sesuatu. Kudengar, mereka seperti berkomat-kamit membaca mantra, atau... mereka memang membaca mantra?

Jrrrrt!!!

"!!!"

Tiba-tiba aliran listrik bertegangan tinggi merambat di seluruh rantai besi. Aku yang sedang terikat olehnya tentu saja tersetrum oleh listrik itu.

Meski tersetrum, entah kenapa rasanya hanya membuatku geli. Andai manusia biasa tersetrum listrik dengan tegangan setinggi ini, pasti dia akan hangus menjadi daging gosong.

Namun, karena aku bukan lagi manusia biasa, listrik ini bukanlah apa-apa bagiku.

"Hey hey hey, apakah hanya ini serangan terkuat kalian?! Mengecewakan!!!"

Setelah mengatakan itu, aku langsung melepas rantai dengan memutus ikatannya menggunakan kekuatan fisiku. Rantai-rantai besi terputus, lalu kulemparkan sisa rantai yang ada, kembali pada pemiliknya. Karena rantai masih dialiri listrik, tentu saja... pemiliknya langsung tersetrum.

"Aaaaargh!!!'

Kelima orang berjubah itu tersetrum oleh listrik mereka sendiri. Kulihat mereka menggeliat hebat dilantai, seperti cacing kepanasan, bahkan lebih parah lagi. 20 detik berlalu, listrik berhenti mengalir. Kelima orang berjubah hitam itu mati dengan mayat yang sepenuhnya gosong. Bukannya ngeri, aku malah tertawa melihat mereka mati konyol. Orang-orang berjubah hitam lainnya mulai menatap kelima mayat rekan mereka dengan penuh kengerian dan menatapku dengan penuh kebencian.

Mereka semua mulai memunculkan senjatanya masing-masing, seperti tombak, pedang, tongkat sihir, belati, kapak dan sebagainya. Aku tanpa senjata apapun, dengan beraninya maju menantang mereka sambil tersenyum licik.

"Majulah! Kalian pasti sama lemahnya dengan mereka!"

Aku memberi provokasi supaya pertarungan ini lebih menyenangkan.

Semua orang-orang berjubah hitam melesat kearahku secara bersamaan.

Aku juga melesat kearah mereka.

Ketika jarak kami sudah sangat dekat, aku menghindari semua serangan mereka, lalu menggunakan salah satu sihirku untuk melakukan serangan balasan.

"Sihir angin, gelombang penyapu!"

Woossh!

Gelombang angin besar muncul dari tangan kananku yang kuarahkan pada mereka. Gelombang angin itu menyapu semua orang-orang berjubah hitam, dan membuat masing-masing dari mereka bertebaran bagai sekumpulan bulu yang dilemparkan. 15 dari mereka bangun, lalu menyerang ku lagi. Kali ini mereka menggunakan sihir. Lima orang menggunakan sihir bola api, lima lainnya menggunakan sihir listrik, dan lima lainnya lagi menggunakan sihir es.

Bola api terlebih dahulu menghantamku, lalu meledak. Dilanjutkan dengan menyambarnya kilatan listrik yang menghujam badanku bagai air terjun. Gabungan ledakan bola api dengan Sambaran listrik menciptakan daya hancur yang luar biasa. Lalu sentuhan terakhir adalah sihir es, front nova. Gas bersuhu sangat dingin yang tebal menyelimutiku, sehingga aku langsung membeku menjadi es.

Sayangnya, aku tak benar-benar membeku. Sebuah penghalang yang kuat melindungi diriku. Semua serangan yang mereka telah tertahan oleh penghalang kuat ini.

"Apa?!"

"Dia menahan sihir kita!"

"Tidak mungkin..."

Orang-orang berjubah hitam itu terkejut melihatku yang masih segar bugar, tak tergores sedikitpun oleh serangan kecil mereka. Aku merespon reaksi mereka dengan menyeringai dan terkekeh.

"Dasar orang-orang lucu. Aku berharap terlalu tinggi pada kalian. Tapi ternyata kalian tak lebih dari sekumpulan kecoa. Oke, sekarang giliranku."

Aku menghentakkan kakiku ke tanah.

Lalu, terjadi keanehan pada 15 orang berjubah hitam. Mereka kehilangan keseimbangan badan, lalu tersungkur ke lantai. Mereka tampak seperti menahan beban yang berat pada tubuh mereka. Semakin lama, beban pada tubuh mereka semakin berat hingga mereka tak mampu berdiri lagi. Kudengar mereka merintih kesakitan.

"A-Apa yang terjadi?!"

"Badanku terasa sangat berat!!!"

"Aaargh!! Sesak!!! Aku sulit bernapas!!"

"Apa yang kau lakukan pada kami!"

Hahaha, betapa menghiburnya. Aku suka melihat reaksi mereka. Ah, aku ingin sekali membuat mereka ketakutan dan memohon ampun.

"Hey, kalian tahu kenapa tubuh kalian terasa sangat berat? Itu karena aku meningkatkan tekanan gravitasi di sekitar kalian. Semakin besar tekanan gravitasinya, maka semakin berat pula badanmu. Kalau aku mau, aku bisa meningkatkan gravitasinya lagi sampai tekanannya setara dengan ditindih ribuan naga." Kataku sambil tersenyum jahat.

"Kau bisa menggunakan sihir gravitasi? Jangan-jangan... kau petualang kelas S?" Tanya salah satu orang berjubah hitam.

"Ini bukan sihir, ini adalah kekuatan esper." Jawabku

"Esper? Tidak mungkin! Kekuatan esper adalah kekuatan yang berlawanan dengan sihir, tidak mungkin kau yang tadinya memakai sihir angin... juga bisa memakai kekuatan Esper!!! Itu mustahil!"

Kulihat, dia mengatakannya dengan panik. Dia juga menderita karena menahan tekanan gravitasi yang sangat besar.

Ya, kemampuan yang barusan kusebut adalah bagian dari kekuatan esperku. Entah kenapa, diantara banyaknya kekuatan yang diberikan Kiara, hanya kekuatan esper lah yang bisa kuingat dan kupakai. Kekuatan lainnya masih samar-samar di ingatanku. Aku juga heran kenapa aku bisa memiliki kekuatan yang saling berlawanan.

Yah, sekarang aku sudah bosan dengan drama ini. Aku akan meningkatkan lagi gravitasinya supaya mereka tak lagi mengoceh.

Kesampingkan dulu keinginan untuk membuat mereka memohon ampun.

Aku ingin cepat-cepat menyerahkan mereka pada kepolisian lalu mendapatkan banyak hadiah karena berhasil menangkap anggota aliran sesat paling berbahaya didunia.

Click!

Aku menjentikkan jariku lagi. Tekanan gravitasi meningkat 10 kali.

"Aaaaarggh!!!"

15 orang berjubah hitam yang tersiksa oleh tekanan gravitasi tinggi berteriak bersamaan. Sebagian mulai kehilangan kesadaran, sebagian lagi masih bertahan namun tersiksa. Aku bisa mendengar suara retaknya tulang-tulang mereka. Hingga pada akhirnya, semua yang tersisa hilang kesadaran. Tak ada satupun orang yang masih sadar, semuanya tergeletak tak berdaya di lantai ruangan ini. Hanya aku satu-satunya orang yang masih berdiri.

"Ahh, jadi beginikah rasanya menjadi kuat, lalu mempermainkan mereka yang lemah? Aku merasa jahat pada mereka. Tapi sensasi ini cukup menyenangkan. Aku ingin mencobanya pada Neyla, juga pada teman brengseknya yang lain. Hahahaha!!!"

Aku melangkah kedepan sembari mengatakan itu. Ku dekati para anggota aliran sesat yang tergeletak di lantai. Lalu menatap mereka dengan curiga. Entah kenapa aku merasa ada yang aneh pada mereka. Seperti... ada sesuatu yang tersembunyi. Agak aneh bila orang selemah mereka bisa masuk ke ruangan boss dungeon ini.

Bahkan aku tidak melihat mayat monster apapun disini. Jadi, apa yang sebenarnya terjadi?

Disaat aku sedang menatap mereka sambil berpikir keras, tiba-tiba tanpa kusadari seseorang menendangku dengan kuat di punggungku. Aku terpental kearah depan dan menghantam dinding ruangan boss ini, hingga membuatnya hancur sebagian. Rasanya tidak sakit, tapi tendangan itu tadi mengejutkanku.

Aku berbalik arah untuk melihat siapa yang menendangku. Kulihat, satu orang anggota aliran sesat dengan jubah hitamnya yang kotor, berdiri dengan gagah, menatapku dengan tatapannya yang dingin. Hey, aku tak tahu kalau ada satu orang kuat disini. Bahkan dia mampu membuatku membuatku terpental dengan tendangannya yang kuat. Siapa orang ini?

"Heh, ternyata ada satu orang yang bisa membuatku terkejut. Kau benar-benar kuat, berbeda dari teman-temanmu yang lain. Sepertinya aku harus lebih serius untuk mengalahkanmu."

Setelah mengatakan itu, aku melesat kearahnya. Aku memanggil pedang suciku, "Azheryo" dan memunculkannya di tangan kananku.

Kemudian, disaat jarakku sudah sangat dekat pada orang itu, aku menebaskan pedangku padanya. Namun dia menghindarinya dengan mudah. Aku mencoba berkali menebasnya dengan pola serangan yang berbeda. Namun dia tetap bisa menghindarinya.

Karena seranganku tak bisa mengenainya, aku mulai menggunakan serangan yang lebih kuat. Kuangkat pedangku diatas kepala, lalu cahaya biru terang menyelimuti bilah pedangku.

"Gelombang Dingin Sur-"

Sebelum aku menyelesaikan kalimatku, orang berjubah hitam itu menendang wajahku dari kanan, dan membuatku terpental jauh ke samping. Pedangku juga terlepas dari tanganku, membuat cahaya yang menyelimutinya sirna seketika.

Sial, bagaimana mungkin aku tak menyadari tendangannya?

"Maaf, kau adalah ancaman. Aku tak bisa berlama-lama disini. Aku akan melaporkan ini pada pemimpin kami, lalu memasukkanmu ke daftar target utama. Selamat tinggal, penggangu."

Orang berjubah hitam itu menepuk tangannya tiga kali. Tak lama kemudian, kabut putih menyelimuti seluruh ruangan boss dungeon. Jarak pandang mulai berkurang drastis, membuat area sekitar tak terlihat jelas karena kabut yang tebal.

"Sihir angin, gelombang penyapu!"

Aku dengan sihir anginku menciptakan gelombang angin besar yang menyapu seluruh kabut putih. Setelah kabut putih tersapu, rupa seluruh ruangan ini mulai terlihat dengan jelas. Namun yang mengejutkan, 50 orang berjubah hitam telah menghilang, termasuk lima lainnya yang telah mati. Hanya lingkaran sihir besar saja yang tersisa.

Aku terkejut sekaligus kesal.

"Sialan! Mereka malah kabur. Dengan begini, aku tidak jadi dapat hadiah besar. Sial sekali aku..."

Aku menghela nafas, lalu meredakan amarahku.

"Tapi... setidaknya aku punya rekaman ritual mereka, beserta lingkaran sihir besar itu. Mungkin itu dapat membantu pihak kepolisian untuk melengkapi informasi tentang aliran kepercayaan sesat, para pengikut Nucceru."

Benar, meski tidak menangkap mereka, setidaknya aku punya bukti tentang keberadaan mereka disini.

Hari ini adalah hari yang penuh dengan hal tak terduga. Tujuanku kesini hanya untuk membasmi monster. Tapi yang kudapati malah aliran sesat yang sedang melakukan ritual. Bahkan aku tak menduga bahwa salah satu anggota mereka sangat kuat sekali, sampai membuatku kewalahan. Namun, itu malah membuatku percaya bahwa mereka memang benar-benar mengalahkan boss dungeon ini. Mungkin mayat dari boss dungeon ini juga mereka musnahkan, atau mereka teleportasikan entah kemana, sehingga seolah-olah dia menghilang tanpa jejak.

Bersambung