COP COP COP!! Seperti daging babi yang ditusuk, pisau itu menembus kulit gempal Mister Adam. Sontak pria besar itu membuka matanya dan menyadari tubuhnya telah berlumur darah segar.
Honey yang melotot kembali ingin melayangkan satu tusukan lagi, tapi segera Mister Adam berubah menjadi sosok monster mengerikan dan menahan tangan Honey.
"Bajingan kamu! Aku memang sudah curiga sedari awal, mengapa rasanya hari ini kau begitu bersemanat dalam bercinta? Padahal biasanya kau lesu dan setangah terpaksa melayaniku. Aku telah lengah!" Ia memutar pergelangan tangan Honey hingga pisau yang digenggam akhirnya terjatuh ke lantai.
KLONTANG!
"Lepaskan aku! Akan kubunuh kau sekarang juga!" Honey Bee meronta berusaha mengambil pisaunya lagi, tapi dirinya tak kuasa melawan kekuatan sang monster yang terus memegangi tangannya.
"Hohoo, membunuhku? Kau pikir aku siapa?" Mister Adam tertawa renyah, meski tubuhnya kini berlumur darah. "Sudah banyak orang-orang yang hendak membunuhku. Percobaan pembunuhan bukanlah hal baru bagiku. Kau tak tahu bagaimana kehidupan mafia yang keras, bocah! Dan sekarang, karena kau sudah berkhianat padaku, akan kutunjukkan permainan menarik!"
Mister Adam segera bangkit dari poisisi tidurnya dan dengan tangan besarnya segera memukul Honey Bee di bagian tengkuk kepala.
Duak! Satu pukulan saja tampaknya sudah cukup membuat perempuan cantik itu jatuh pingsan. Tidak ada perlawanan yang berarti dari seorang Honey, sebab Mister Adam adalah monster. Dia pimpinan mafia dari Keluarga EL Santo dari barat, sehingga pantas jika dirinya sangat kuat!
Mister Adam menyeret Honey dengan mencengkram rambutnya menuju ke sofa. Ia tak peduli dengan luka tusuk yang berlubang di tubuhnya, sebab baginya luka seperti itu hanyalah masalah kecil belaka. Mister Adam setidaknya sudah pernah mengalami banyak peperangan selama ini, sehingga luka tusuk adalah hal yang sepele dan tak perllu dikhawatirkan.
Sampi di sofa, Honey segera diikat oleh Mister Adam menggunakan sabuk kulit dan borgolnya. Sabuk kulit untuk mengikat bagian kaki, sedangkan borgol untuk mengikat bagian tangan dari gadis tak berdaya itu. Kini pun, tubuh Honey yang telanjang bulat sudah terikat kuat-kuat di sofa, dengan posisi terlentang tak ada daya. Mata perempuan itu terpejam, dan malaikat maut sudah bersiap mencabut nyawanya.
"Cih, perempuan sepertimu hendak membunuhku? Hoho, lelucon macam apa ini?" Sebentar Mister Adam berpikir, apakah mungkin Honey disuruh oleh seseorang yang merupakan kelompok mafia musuhnya? Atau apakah Honey hanya seorang wanita yang merasa sakit hati kemudian berusaha membunuhnya?
"Ah, apa pun alasannya, pengkhianat tetaplah pengkhianat. Aku akan mencari tahu koneksinya nanti, yang jelas, sekarang akan kubuat perempuan ini mati perlahan-lahan."
Mister Adam kemudian sejenak duduk sambil kembali menenggak minuman berakohol. Tak lupa ia juga mengguyur tubuh gempalnya menggunakan alkohol tersebut, demi bisa mensterilkan luka tusuk yang dalam. Rasanya sangat perih, Mister Adam sedikit meringis saat air alkohol menyentuh permukaan lukanya.
"Agrrhh, sekarang akan kuselesaikan sisanya!" Ia lalu bangkit dan mengambil pisau yang tadi digunakan oleh Honey, kemudian kembali berjalan menuju sofa. Di sana tampak Honey yang belum juga sadarkan diri.
Mister Adam membelai wajah Honey yang sangat cantik, dan merasa sayang jika sampai wajah secantik itu harus mati padamalam hari ini.
"Padahal, jika kau menurutiku, akan kubuat dirimu kaya raya. Kau tak hanya punya wajah cantik, namun juga tubuh yang seksi. Seharusnya kau menjadi selirku dengan patuh, memuaskan hasrat seksualku. Hohoo, dasar bodoh! Sekarang kau malah berusaha melawanku? Maka lihatlah apa yang akan terjadi..."
Mister Adam mulai mendekatkan pisaunya ke wajah Honey, dan sebelum membunuhnya, hal pertama yang ia lakukan adalah mengelupasi kulit wajah perempuan itu...
***
Tiga Jam Kemudian.
Sirine polisi berbunyi di depan gedung apartemen, setelah markas mendapat panggilan dari seseorang tak dikenal, bahwa terjadi pembunuhan di Glamoure street, Apartemen Eliite, lantai 3 dan nomor kamar 33. Tak ingin menunggu lama, sekompi polisi datang dengan menggunakan truk untuk mengepung apartemen tersebut.
Warga apartemen jadi geger dibuatnya,pasalnya selama ini apartemen itu adalah elite, dengan penjagaan ketat serta tidak pernah terjadi apa-apa.
"Cepat-cepat! Kita tidak punya banyak waktu, Boy!" ucap Agen One. Dia adalah seorang Agen Polisi pimpinan operasi ini.
Begitu seluruh anak buahnya telah sampai di lantai 3, Agen One menyuruh mereka guna menobrak pintu kamar nomor 33.
BRAK!!
Gelap.
"Cari saklar dan cepat nyalakan lampu!" Agen One memekik, sesaat kemudian anak buahnya merangsek masuk ke dalam apartemen tersebut. Mereka lekas mencari saklar lampu dan CEKLEK!
Pemandangan mengerikan!
Di hampir seluruh bagian dinding terurapi degan bercak darah yang menempel dimana-mana. Hal ini langsung membuat seluruh anak buah Agen One bersiaga, sebagai standar operasi penyergapan, mereka berjaga-jaga jika ada sebuah gerakan kecil yang mencurigakan, mengacungkan pistol ke segala arah.
"Kamar mandi Clear!"
"Di sini juga Clear!"
"Oke, langsung masuk ke kamar utama!" pekik Agen One menyuruh seluruh anak buah untuk menilik ke kamar utama. Firasatnya mengatakan bahwa mayat korban berada di sana, sebab ia melihat ada bekas seretan darah segar dari sofa menuju ke ranjang.
Dan benar saja, pemandangan puncak yang paling mengerikan rupanya ada di atas ranjang!
Seorang wanita bertelanjang dan terikat kaki tangannya. Darah berlumuran di atas sprei putih itu, dan bau cukup menyengat tericum di hidung.
Tak hanya itu saja, yang paling mengerikan dari mayat tersebut adalah kulit wajahnya mengelupas, seperti baru dikelupas dengan paksa oleh seseorang. Jelas ini tidak hanya pembunuhan, melainkan lebih kepada seorang psikopat yang sudah melakukannya.
Agen lalu One menyuruh anak buahnya cepat mendekat, "Tilik denyut nadinya, coba pastikan apakah dia masih hidup atau sudah mati?"
Meski laporan mengatakan ada pembunuhan, namun ini adalah prosedur, memastikan bahwa korban benar-benar telah mati.
Si anak buah mendekat, memeriksa denyut nadinya, jantungnya, juga napasnya. Lalu ia menoleh ke arah Agen One dan menggeleng pelan.
"Baik, mari lakukan evakuasi! Dan beri garis batas polisi di sekitar gedung apartemen. Suruh semua penghuni di lantai 3 untuk pergi sementara!"
"Siap, Agen One!" Segera semuanya menjalankan perintah Agen One tersebut. Secepat kemudian jenazah perempuan tak dikenal dievakuasi untuk diidentifikasi identitasnya.
Ambulan pun segera datang, dan membawa mayat perempuan tersebut ke rumah sakit untuk diotopsi. Sekitar apartemen menjadi geger. Wartawan datang secepat kemudian meliput beritanya, membuat kejadian ini tersebar secara cepat dan masif di seluruh penjuru Italia.
Sedangkan di saat bersamaan, Casanova yang sedang membeli sesutau di sekitar apartemen memandangani dengan penuh curiga.
"Ada apa ini?' tanya Casanova kepada salah satu penjaga yang ada di sana.
"Ada pembunuhan."
"Apa? Dimana lokasi tepatnya?"
"Kalau sejauh ini, informasi yang kami terima berada di apartemen lantai 3, nomor kamar 33."
"Sial!" Casanova membelalak mendengar kenyataan tersebut. Karena ia masih mengingat benar bahwa itu adalah tempat dimana Honey Bee tinggal.
"Mister Adam, yah, pasti pelakunya adalah dia," gumamnya pelan.