webnovel

2 Demon Child

Menceritakan kisah seorang gadis remaja yang hidup diantara dua Alam. Tiada sangka hidupnya menjadi sebuah perantara dua mahluk iblis yang hendak meneruskan kisah hidupnya di zaman modern. ☆. Publish ~ 22 Februari 2021

Nickolas_Rahardian · ファンタジー
レビュー数が足りません
24 Chs

Bab 4

Sapa Guru kala baru memasuki ruang kelas. Lekas menyampaikan sesuatu yang belum tersampaikan dari pagi tadi yakni tentang kegiatan pramuka yang hendak diadakan dalam waktu dekat. (Kemah)

"Pak, Dimana lokasi yang akan dijadikan area berkemah kita nanti, Pak?" Tanya salahsatu siswa teman sekelompok Rio dari bangku nomor dua pojok paling kiri, bernama Albert.

"Tentang itu ... esok kakak pembina yang akan menyampaikannya langsung di kelas ini" Jelas sang guru lekas melangsungkan pelajaran.

Beberapa saat kemudian, lonceng sekolah sudah di bunyikan.

Teng ... Teng ... Teng ...

Guru sudah lebih dulu keluar dari ruang kelas, disusul siswa maupun siswi lain jua bergegas pulang.

"Yeey ... akhirnya bisa bernapas lega deh!" Seru Cika sembari mengangkat kedua lengan ke atas.

"Idih, emangnya sedari tadi loe gak napas hah?" Sahut Vani seraya memasukkan peralatan sekolah kedalam tas. Lekas menyandarkan kepala sejenak di atas meja.

"Iya dari tadi gue tuh nahan napas dari belakang" plesetan Cika.

"Anjir ..." Umpat Vani.

"Dasar Koplak kamu, Cik." Sambung Lavina meliriknya.

"Haha bodo' amat, Eh Guys gue cabut duluan ya, Om sama tante udah nunggu gue dirumah mau ngajak gue keluar siang ini" Pamit Cika tampak buru-buru.

"Widih ... oke lah asik nih yang mau jalan-jalan ..." Ledek Lavina.

"Yo'i Guys ... yaudah gue jalan duluan ya, Bye ..." Pamitnya seraya melangkah pergi nan melambaikan tangan. Alhasil kepala nyaris terpentok pintu kala kurang memperhatikan langkahnya.

"Oit, oit, dasar pintu sialan! Hehe bye bye guys .." Ulang Cika cengegesan.

"Cih, Dasar koplak dia." Gumam Lavina seraya menggelengkan kepala nan menoleh keseluruh ruang kelas sudah tampak sepi.

"Van, Vani ..." Panggil-nya melihat Vani menyandarkan kepala nan memejamkan mata.

"Astaga, malah tidur nih anak. Hey Van!" Seru-nya seraya menepuk pelan pundak Vani.

Plak!

"Oit, em ... ada apa Vin, ngagetin aja." Ucapnya melirik asam.

"Hm ... tampaknya kamu ngantuk Nihan kek tak pedom semalam" Lavina menata buku-buku lekas ia masukkan kedalam tas.

"Iya ni Vin, gegara semalam begadang baca Komik bablas sampai pagi gue, huaaam" Jawabnya seraya menguap-nguap.

"Astaga … sampai segitunya kecanduan komik. Yaudah yuk kita juga pulang, tampak sepi pula ni ruang" Lavina berdiri seraya mengajak Vani lekas beranjak keluar.

___

Setelah sampai pada area parkir, sopir penjemput Vani sudah stay menunggu disana, sementara Sopir Lavina tidak ada.

"Eh, Sopir loe belum jemput, Vin?" Vani beranjak masuk kedalam kendaraan. Lavina menggelengkan kepala seraya mengecilkan mata akibat matahari terlampau terik.

"Oh ... atau loe balik bareng gue aja Vin, Kuy masuk." Ajak Vani.

"Terima kasih Van, ini aku mau coba nelpon. Lagipula arah menuju rumah kita kan berbalik arah, lelah pula nanti sopirmu mengantarkanku, hehe" Lavina cengegesan.

"Hilih, ya kagak lah ... pak sopir gue kan tampan dan dermawan pastinya tak masalah mengantarkan nona pulang ke rumahnya, bukan begitu pak?" Ledek Vani kepada sang sopir membuat gelak tawa sang Sopir itu.

"Yaudah kalo emang gitu, gue balik duluan ya Vin," Pamit Vani kala Lavina bersikeras tidak menerima ajakan-nya.

"Hu um, hati-hati dijalan Van." Pungkas Lavina melambaikan tangan.

___

Cuaca hari ini sangat terik membuat kulit Lavina tampak memerah. Lekas ia melangkah kembali ke arah halaman sekolah untuk berteduh dibawah pohon besar yang terletak disana sembari menunggu sang sopir menjemputnya.

Suasana lingkungan sekolah yang ia pijak saat ini cukup sepi, namun masih terdengar suara ibu kantin dari arah kejauhan serta terdengar suara petugas kebersihan yang masih bertugas.

Lavina masih berdiri di tempat itu sembari mengibas-ngibaskan tangan akibat kepanasan. Tak selang waktu lama, ia melihat ada seorang siswi yang ia kenali tengah melangkah menuju ke arah belakang sekolah.

'Eh, itu Angel belum pulang juga kah?' Gumamnya lekas melangkah.

"Hei Angel! Angel!" Serunya lekas mempercepat langkahnya sebab siswi tersebut semakin di kejar semakin melangkah cepat. "Haissh malah main kejar-kejaran dia, dasar kunyuk! Awas loe ya .." Gumamnya. "Hai Angel!" Serunya lagi.

Kini ia sampai dihalaman belakang sekolah, berdiri dibawah pohon beringin sembari menoleh keseluruh penjuru arah akibat kehilangan jejak siswi yang ia lihat seperti Angel tadi.

"Haissh, terbang apa gimana sih dia, cepat sekali langkahnya, huuff ..." Gumamnya seraya berputar keseluruh penjuru arah. Mungkin saja Angel tengah mengerjainya. Pikirnya.

Namun, disaat ia tengah memutarkan badan, salah satu kaki-nya berbenturan dengan kaki satunya lagi akibat tidak begitu memperhatikan posisi berdirinya. Alhasil ia terjatuh dalam posisi berlutut hingga lututnya tergores akar beringin yang menjalar di pijakan kakinya tersebut.

Brak!

"Aissh, Awh perih" rintihnya seraya duduk melihat lutut yang tergores itu. Lekas ia membuka tas hendak mencari tisu ataupun kain yang biasanya ia bawa.

"Aih, mana gak kebawa pula tuh tisu!" melihat isi tas kosong tak ada benda itu. Alhasil lekas meraih daun hijau dari pohon beringin yang berjatuhan di tanah.

Ia tiup-tiup sejenak untuk memastikan kehigienisan daun tersebut sebelum menyapu darah dari lututnya tersebut.

Lantas disaat daun itu tengah ia tempelkan pada luka gores di lututnya, tiba-tiba telinganya berdenging cukup kuat membuatnya sangat terkejut.

Guingggggggg …..

"Oh Tuhan! Apa ini ... Arrggh!" Ia memejamkan mata seraya menutup kedua telinga akibat rasa penging itu sangat mengganggunya.

Lantas disaat mata terpejam tiba-tiba merasakan sensasi yang tidak sewajarnya, yakni melihat suatu bayangan samar seperti disebuah tempat yang terdapat telaga lengkap dengan bayangan tempat misterius bak sebuah kerajaan yang amat megah.

Sungguh indah tempat itu, bak gambaran yang biasanya ada di Film Fantasi, durasi bayangan itu teramat singkat Lantas beralih ke bayangan tempat misterius yang cukup mengerikan. Alhasil Lavina lekas membuka kembali matanya.

"Oh Tidak, Apa ini!"

Bulu kuduk semakin merinding lantaran apa yang dialaminya ini sungguh tidak masuk Logika, lantas bergegas berdiri kemudian lari pergi dari sana.