webnovel

Part 6

Ibu membuka pintu rumah dan menekan saklar lampu yang berada di ruang tamu. Dapat kulihat Ayah tengah terbengong memandang seluruh isi rumah kami.

"Ini rumah kalian?" tanyanya yang masih setia memandangi rumah dengan tatapan kagum.

Aku menganggukkan kepalaku guna membalas pertanyaan Ayah.

"Ilona, kamu gitu banget sih!" Ibuku terkaget, dan memandang bingung Ayah.

"Kenapa?"

"Gak pernah ajak aku kesini!" jawab ayah dengan tawa lebarnya.

Oke, saat ini aku dan Ibuku benar-benar Speechless sekarang.

"Udah, kamu beresin barangmu dan mandi, Nora sama Lona sekarang mandi, terus nanti kita makan malam!" perintah Ibuku kepadaku, Lona dan juga Ayah.

.

.

'Beep....Beep

"Iya Ibu," teriakku dari kamar dan segera turun ke teras untuk berangkat menuju ke sekolah.

.

"Lho!" Aku terbengong melihat Ayahku tengah duduk di kursi penyetir.

"Kok Ayah dis-," Belum selesai aku berbicara, Ayahku memotongnya

"Hari ini ayah yang anterin kamu sama Lona," ucapnya senang.

"Ayah mau dateng ke sekolahmu. Lagian sudah lama gak nyapa teman-teman Ayah, terutama 'dia'."

Aku menoleh, "Dia siapa, yah?" tanyaku.

Namun ayah hanya merespon pertanyaanku dengan senyumannya tanpa berniat menjawab pertanyaanku.

.

.

Setelah selesai mengantar Lona ke sekolahnya. Aku sampai di sekolahku.

Ayah dan aku turun dari mobil kami menuju pintu masuk sekolah.

Orang-orang mulai memperhatikan Kami dengan seksama. Mereka mencuri pandang ke arah Ayahku.

"DIA DIOS!!!" teriak salah satu murid dari kerumunan sontak membuat para guru yang mendengarnya ikutan berkerumun.

"Dios! Sudah lama gak ketemu!" panggil guru BK yang kulihat di hari pertama sekolah.

"Alex, wah gak nyangka kamu makin keren saja," puji ayahku.

"Ngomong-ngomong, 'dia' mana?" tanya ayahku pada guru Bk.

"Dia? Maksudmu Acardo?" tanya Pak Alex pada Ayah ku.

Aku sama sekali tidak mengerti apapun yang sedang mereka bicarakan saat ini.

"Iya betul, rival terkuat bagiku, Acardo Theodore. Dimana dia?" tanya Ayahku sekali lagi.

"Dia lagi istirahat di mansion nya, kalau mau ke sana ngomong ke anaknya," ucap Pak Alex memandang sekeliling dan terpaku pada Vince.

"Vince sini!" panggil Pak Alex.

Vince berjalan menembus kerumunan orang yang ingin melihat Ayahku.

"Ada apa Bapak memanggil saya?"

"Nah, perkenalkan ini Vince Theodore, anak Acardo," jelas Pak Alex.

Anak rival Ayahku? Berarti rival Ayahku merupakan seseorang dari kaum Vampir.

"Wah, sejak kapan dia punya anak seganteng ini!" kaget Ayahku memandang wajah Vince dengan mata berbinar.

Ia memegangi bahu Vince dan memutar-mutar badannya untuk memperhatikan seberapa perfect anak rivalnya.

Aku menutup wajahku dengan tangan.

Malu sekali rasanya ketika mendapat pandangan bingung dari Vince yang seperti bertanya 'Hey, ada apa dengan Ayahmu?'.

"Ayah!" panggil ku.

Ayahku segera berhenti memperhatikan Vince dan menoleh ke arah ku.

"Iya? Ah! Maaf Ayah lupa. Kamu boleh ke kelas mu sekarang, Vince tolong temanin anak ku, oke?" tanya Ayahku pada Vince.

Aku terkaget pada ucapan Ayahku.

Ingin sekali aku berteriak, 'Gimana bisa dia nganter aku sedangkan bicara bareng aja gak pernah!'

Namun pikiran tersebut menghilang seketika saat melihat Vince menganggukan kepalanya seraya berucap,

"Baik, Pak Dios. Kalau begitu saya permisi dulu."

Vince memandangku, aku segera tersadar dan berjalan pergi meninggalkan Ayah.

.

Ahhh....Tolong aku dari situasi canggung ini. Sedari tadi kita berdua tidak berbicara apapun.

"Kamu sekelas sama aku 'kan?" tanyaku setelah mendapat bahan pembicaraan.

"Hn," jawabnya.

Aku memandang bingung pada Vince. Jawaban macam apa itu, aku gak ngerti dia bermaksud ngomong apa, bahkan sekarang aku mempertanyakan apa dia mengerti perkataanku barusan?

"Iya."

Aku terkaget mendengar suaranya yang tiba-tiba berkata 'Iya'. Tunggu? Apa dia bisa baca pikiran orang?

"Bisa."

Apa! Beneran bisa. Aku sering nonton drama tentang vampir habis itu baca beberapa sumber di google mengenai vampir, tapi gak pernah ada sumber yang mengatakan kalau vampir bisa baca pikiran tuh.

"Kami keluarga istimewa kaum Vampir." jawabnya.

Keluarga istimewa? Maksudnya bangsawan vampir seperti yang ada di webtoon-webtoon yang membahas tentang vampir berusia dua ribu tahun?

"Iya."

Kekuatannya keren banget! Lalu Vince, berapa usiamu? Atau jangan-jangan kamu sudah ratusan tahun lebih tua daripada aku?

"Kita udah sampe tuh!" ucap Vince yang tidak menjawab pertanyaan di otakku lagi. Yah, lagipula jika benar sudah sampai berarti memang nasibku untuk tidak mengetahui umurnya, bisa apa aku.

Aku menatap ganggang pintu kelas ku yang masih tertutup. Tangan ku meraih kenop tersebut kemudian menurunkannya hingga membuat pintu kelas terbuka sedikit.

Vince yang sedari tadi diam saja langsung berjalan masuk ke dalam kelas. Aku mengikutinya masuk kelas dan duduk di bangku ku.

"Nora!" sapa Inanna dengan senyum ramahnya dan melambaikan tangannya ke arah ku.

"Pagi, Inanna!" balasku tersenyum ramah dan balik melambaikan tangan.

"Jenny sama Risa di mana?" tanyaku karena sedari tadi tidak melihat mereka berdua.

"Kalau gak salah kata mereka di bawah ada Dios jadi mereka samperin," jelas Inanna.

Aku terkaget mendegar ucapan Inanna.

'Semoga mereka berdua gak ngeliat aku tadi' doa ku dari dalam hati.

'Blamm...

Pintu terbuka lebar dan menampilkan dua sosok gadis yang tengah menatapku dengan intens.

Aku dapat merasa firasat buruk saat ini. Mereka mulai berjalan mendekatiku dengan tatapan tajam nan garang mereka. Entah kenapa tatapan mereka jauh lebih menyeramkan di bandingkan tatapan teman-temanku di sekolah lamaku. Apa mungkin ini yang dinamakan perbedaan antara makhluk mitologi dan manusia?

"Nora!" panggil mereka

Oke. Matilah aku.

次の章へ