Fatimah Azzahra namanya sering dipanggil Ara. ia gadis yang sangat cantik, lembut, sangat ramah. Ghibran Naufal Rizal, suami yang sudah di pertemukan oleh Oma Rizal sendiri. " Ara sayang. apakah kamu mau di khitbah oleh cucu ku?" pertanyaan yang dilontarkan Oma kepada Ara. Pernikahan pun dilalui keduanya. Kini Rizal sangat menyayangi Ara, namun di balik semua itu badai pun selalu menghampiri rumah tangganya.
Namanya Fatimah Azzahra, sering di panggil dengan sebutan Ara. Gadis bercadar, berkulit putih bersih, matanya yang indah, siapapun yang memandangnya takkan pernah lepas dari pandangannya.
Ara terlahir dari keluarga yang sederhana, mempunyai 2 saudara laki laki. Namun ke 2 kakak nya sudah berumah tangga. Ara yang masih kuliah, tinggal bersama ayah bundanya.
Setiap pagi, Ara selalu menyempatkan pergi kepasar, belanja keperluannya. Di pagi hari yang sejuk masih terasa embun yang dingin, Ara segera keluar rumah. Pasar yang begitu ramai, kotor, selalu dia lewati. Cadar yang selalu menutupi wajahnya, dengan senyum yang tidak terlihat membuat orang selalu menghormatinya sebagai perempuan.
Setiba nya di pasar, pedagang yang tidak asing terhadapnya melayani dengan ramah. Namun setelah pulang di jalan yang begitu sepi Ara melihat ibu paruh baya sedang menangis dan berteriak.
" assalamu'alaikum, nek kenapa menangis? ada yang bisa saya bantu?" ucapnya dengan sopan dan lembut.
" wa'alaikumsallam, tas oma di ambil nak."
Ara melihat sekitarnya, berharap masih ada tanda tanda orang yang mengambil tas nenek tersebut. Dan benar saja, ia melihat orang yang berlari dengan melihat kiri kanan, tanpa berfikir panjang Ara langsung mengejarnya.
" aaaaa.. pasti dia orangnya." gumam Ara. " nenek tunggu disini, jangan kemana mana," bergegas Ara pun berlari mengejar laki laki berjaket hitam memakai topi. Dengan segera ia mengambil beberapa bambu dari tas nya lalu meruncingkannya sambil berlari ke arah jambret itu. Tanpa berpikir panjang, bambu itu segera dilemparnya, dan sssrrraakk.. bambu itu melukai kaki si penjambret. Ara yang sangat ahli memanah, lemparan ia tak pernah meleset.
" aaarhhh." jambret itu terjatuh seketika karna bambu yang sedikit dalam melukai kaki nya. dia berusaha melarikan diri, namun Ara segera menghampirinya.
" diam disana, atau ku tusuk lagi kaki mu lebih dalam." Ara mengancam penjambret itu. Tak bisa dielak lagi. penjambret itu segera mengembalikan tas yang di ambilnya. Ara segera meninggalkan laki laki itu dan menghampiri wanita paruh baya tersebut.
" Ini tas nya nek, semoga tas dan isinya masih utuh" ujar Ara. nenek itu segera ngengecek isi tasnya.
" alhamdulullah masih utuh nak. terima kasih nak sudah menolong oma. maaf, namamu siapa nak?" tanya nenek
"saya Ara nek. rumah nenek dimana? biar saya antar."
"tidak usah sayang. oma bisa sendiri. apa boleh oma main kerumahmu nak?" ujar sang nenek
"boleh kok nek, dengan senang hati Ara menerima kedatangan nenek." ucapnya dengan sopan terhadap nenek.
" ya sudah, lain waktu oma mampir kerumahmu.. ini kartu nama oma, tolong disimpan ya nak. tolong kamu hubungi nomor yang tertera disana. oma tunggu ya. kamu tidak usah hawatir, oma sudah menghubungi cucu oma. sebentar lagi dia datang." ucap nenek
" ya sudah, Ara pamit ya nek, assalamu'alaikum" Ara mencium pundak tangan nenek dengan di balas senyum lebar dari sang nenek.
" wa'alaikumsallam. hati hati ya nak."
" iya nek." Ara berbalik meninggalkan nenek, tak lupa ia membawa belanjaannya yang mau dimasak untuk ayah dan bundanya.
" ya Allah, ternyata masih ada anak yang begitu tulus dan berani seperti dia. dan dia sangat ahli melempar benda hingga melukai seseorang dengan melemparkan bambu yang ada di tangannya. semoga dia bisa menjadi istri untuk cucu ku yang sangat keras dan dingin." gumamnya dalam hati.