Bag 1.
Dungeon Level 3 Alcanesz Sky Island.
" Chain !!" Teriak Ethan mengayunkan tongkat nya ke arah para monster yang berada di depannya saat ini. monster berbentuk seperti seekor kadal / buaya namun berdiri tegak menggunakan kedua kakinya. Tubuhnya diselimuti oleh lapisan sisik yang sangat keras berwarna hitam pekat dan dikelilingi oleh aliran darah seperti aliran lava. Membawa dua bilah sabit besar yang diselimuti api, monster itu adalah " Moloch".
Ada sekitar 6-7 monster yang mulai mendatangi mereka berempat dari depan, dengan level monster 90.
Ini adalah ke 7 kalinya mereka diserang oleh sekumpulan monster uang berada di dalam Dungeon level 3 ini. Mereka sempat berhadapan dengan Alcatr, Sphinx, dan dark skeleton sebelumnya. Monster-monster tersebut memiliki kesamaan yaitu tingkat keagresifan yang tinggi. Tingkat keagresifan ini akan membuat para monster lebih pekat terhadap para player sehingga mereka akan lebih senang menyerang dari pada di serang.
Jika dalam game lain kita akan mendatangi monster-monster dan menyerang nya, di dalam Dungeon ini monster-monster cenderung yang akan menyerang duluan. Karena itulah tingkat kewaspadaan para player dan kerja sama sangat di butuhkan saat memasuki Dungeon ini.
Memang banyak sekali info yang sudah beredar beberapa hari ini di dalam game LLO, seperti drop item yang lebih banyak, EXP yang bertambah 0.0020% untuk setiap monster yang dikalahkan, dan salah satunya adalah tingkat keagresifan monster yang sangat tinggi. Karena itulah setiap orang yang memasuki Dungeon level 3 ini sering melakukan persiapan seperti full Party dan lainnya. Karena harga Alcanesz Keys sangatlah mahal dan hanya sekali pakai saja, memasuki Dungeon ini harus digunakan sebaik-baiknya.
Berbeda tujuan seperti player lainnya maupun dengan merela bertiga yang saat ini sedang mengumpulkan item khusus dari pelanggannya yaitu 50 Ruby, 5 Diamond, 300 Moloch Skin, 10 Oriental SR scroll, tujuan Rein adalah menemukan jalan menuju level ke 2 di Dungeon ini.
" Lepaskan!!" Setelah rantai keluar dari lingkaran sihir yang muncul di sekitar tubuh Moloch dan membelitnya. Aliran listrik terlihat keluar dan dan merambat menyerang kumpulan monster dan memberikan efek Paralize untuk beberapa saat. Namun skill Chain yang dikeluarkan Ethan memang bukan termasuk skill pada class Elemental Specialist, melainkan skill Suport di class keduanya nya yang memiliki effect paralize untuk membuat para monster berhenti bergerak. Dengan level yang dimiliki Ethan dan seluruh perlengkapannya, seharusnya skill ini mempunyai effect yang lebih besar. Namun jika dilihat, effectnya tidak bertahan cukup lama dan hanya berlangsung sekitar 3 detik saja sebelum Moloch terlihat berusaha keluar dari jeratan rantai pada tubuhnya.
Sudah tau akan hal itu Rein dan Gintaro kini sudah bergerak ke depan siap untuk menyerang para monster tersebut.
"Hyaa !!!" Keduanya berteriak sambil mengayunkan senjata mereka pada kumpulan Moloch. Rein kali ini sedang melawan 5 Moloch, sedangkan Gintaro melawan 2 Moloch tersisa disana.
Gintaro yang merupakan Master Smith sendiri memiliki daya serang kurang kuat karena mereka cenderung focus menaikan status dan skill pada penempaan. Itu dilakukan agar mereka mempunyai persentase keberhasilan sangat tinggi dalam perawatan atau pembuatan item.
Karena itulah Rein tau bahwa dia yang memiliki level paling tinggi Party ini yang memiliki peran lebih besar dalam bertarung. Sementara itu Ethan yang merupakan seorang Elemental Spesialist harus berada di belakang melakukan support dengan serangan jarak jauhnya. Sementara Violet berada di belakang Gintaro melakukan serangan kedua, untuk mengalahkan para monster.
Seorang Gunslinger memiliki daya serang yang sangat kuat dan kelincahan yang tinggi. Dengan Ethan di belakang memberikan support, Gintaro di depan menahan para monster, dan Violet sebagai finishing, mereka adalah contoh dari full Party. Meskipun begitu kombinasi Party seperti ini tidak bisa digunakan dalam sebuah Raid.
Setelah beberapa detik kemudian semua monster di area itu sudah berhasil di kalahkan.
"Fuihhh ini sangat melelahkan. Dari awal masuk ini sudah kesekian kalinya kita diserang" keluh Violet.
"Maafkan aku, dengan area seperti ini aku tidak bisa Megunakan skill lainnya." Ucap Ethan mendekati Gintaro dan Violet. Elemental Spesialist memiliki banyak sekali skill serangan yang cukup kuat namun dengan Bertipe serangan area yang dapat mengakibatkan ledakan yang cukup besar. Saat serangan pertama dia menggunakan Giga Flame untuk mengalahkan monster-monster namun lorong gua yang akan mereka lewati runtuh dan tertutup. Dengan area yang kecil akhirnya Ethan hanya bisa menggunakan skill yang hanya memberikan efek kecil saja.
Jika dalam Dungeon lain biasanya dinding memiliki daya tahan yang sangat kuat atau layaknya "Immortal Onject" yang tidak akan mudah hancur meskipun dihantam dengan skill besar sekalipun. Namun area Dungeon di sky Island ini memiliki daya tahan yang rentan dan dapat hancur. Beberapa kali mereka mendapati jalan yang tertutup oleh bebatuan yang jatuh akibat player lain yang menggunakan skill yang besar. Dengan banyaknya lorong-lorong yang tertutup serta jalan yang sangat rumit, Dungeon level 3 ini bagaikan sebuah labirin di perut bumi.
"Area ini memang sangat sulit. Sebaiknya harus mencari area yang sangat luas." Ucap Gintaro. "Bagaimana menurutmu Rein?" Tanya Gintaro yang melihat Rein yang kini mulai focus kembali pada tujuannya.
Sejak memasuki Dungeon ada 1 tugas lain yang sedang Rein lakukan yaitu membuat peta Dungeon ini.
Sudah bukan hal umum lagi kalau memasuki Dungeon maka menu map pada controller tidak akan bisa digunakan. Para player akan mulai mengamati Dungeon tersebut dan mencari beberapa titik untuk menjadi acuan agar mereka bisa kembali ke titik tersebut tanpa menggunakan map. Berbeda dengan Dungeon biasa yang biasanya cukup gampang menemukan acuannya, di dalam Dungeon kali ini seluruh area terlihat sama. Ini Akan sangat membingungkan bagi para player jika mereka ingin kembali pada titik yang mereka inginkan disini.
Karena itulah Rein membuat sebuah denah map sendiri secara manual.
"Aku akan mengikuti kalian saja. Tugasku hanya mencari jalan menuju Dungeon level 2. Semakin dalam semakin cepat aku menemukannya."
"Kenapa kau begitu dingin sekali Rein." Violet melompat ke punggung Rein dan memeluknya dari belakang. "... Apa membuat map itu sangat penting?"
"Violet lepaskan aku?"
"Dan lagi pembicaraan kita sebelumnya belum selesai. Mengenai gadis itu?"
"Apa maksudmu?" Tanya Rein.
"Kapan kau ada waktu luang, aku akan Menemuimu. Dan jangan lupa kau harus mengajak gadis itu. Mengerti?"
"Ahhh dengarkan Viole—"
"CIH CIH CIH Vio, kau sudah lupa panggil aku Vio saja. Itu namaku." Memotong perkataan Rein.
"Oy kalian berdua, bisakah kalian menghentikannya?" Ucap Rein yang sedikit terganggu dengan tingkah Violet saat ini.
"Maaf Rein aku tidak ingin mengganggu urusan pribadi kalian berdua. Jika menyangkut masalah pekerjaan OSIS aku akan ikut campur."
"..." Gintaro mengalihkan pandangannya karena tidak ingin ikut campur juga.
Meskipun Violet sudah tidak satu kelompok lagi dengan Rein, dia tetap bermain dengan Ethan dan Gintaro sama pak saat ini. Alasannya adalah karena Violet lah yang mengajak mereka untuk bermain pada awalnya.
Mereka bertiga berada disekolah yang sama di dunia nyata.
Violet yang bernama asli Mio didunia nyata adalah ketua OSIS disekolahnya. Pertama kali bertemu dengan Rein saat perlombaan kendo yang mempertemukan kedua sekolahnya. Setelah pertandingan itu, Mio mendatangi Rein dan berkenalan dengannya. Inilah awal mula Mio mulai mengetahui bahwa Rein bermain game Lost Legion Online dan mengikutinya. Mio mengajak Wakil ketua OSIS yang merupakan Ethan untuk ikut bermain sedangkan Gintaro sudah bermain lebih dulu dibandingkan mereka berdua.
Mereka berempat lalu membuat sebuah kelompok di bawah Legion Majestic sebelum akhirnya Rein keluar dan menjadi Chaser.
Violet begitu marah dengan Rein saat itu, namun dia tetap bermain sampai saat ini dengan harapan bisa bertemu dengan Rein di dunia virtual ini. Karena jarak sekolah mereka cukup jauh dimana Violet sendiri berada di prekfektur Kawaguchi, bertemu di LLO adalah cara termudah agar mereka bisa bertemu satu sama lain.
Setelah 1 tahun berpisah, mereka mungkin hanya beberapa kali bertemu karena itulah Violet begitu senang saat bertemu dengan Rein.
Tidak semudah itu menemukan seseorang yang dikenal di dunia LLO karena kita tidak bisa mengetahui posisi pemain lainnya meskipun sudah masuk dalam Friendlist sekalipun.
Mereka terus melanjutkan perjalanan nya menyusuri lorong-lorong Dungeon, sambil menyelesaikan permintaan klien mereka untuk mengumpulkan beberapa item. Namun tujuan mereka masih di area yang sama karena barang terbanyak adalah melawan Monster Moloch.
Sudah hampir 1 jam lebih mereka tidak maju sama sekali, karena itulah Rein berpikir untuk segera melanjutkan tujuannya.
"... Apa masih banyak?" Tanya Rein pada Ethan yang merupakan ketua Party. Drop item akan di transfer secara otomatis padanya.
"Barang yang kita dapat belum mencapai setengah dari permintaan."
"Benarkah?"
"Ah Rein apa kau berpikir akan meninggalkan kami lagi disini dan melanjutkan dengan Solo kan?... tidak boleh, aku ingin lebih banyak berbicara denganmu. Selama ini kau selalu mengabaikan pesanku didalam game maupun di dunia nyata." Violet yang terlihat kesal dan mulai cemberut.
"Karena kita punya tujuan masing-masing aku tidak bisa terus bersama kalian disini."
"Jika kau pergi, aku akan ikut denganmu."
"Tunggu bagaimana dengan Ethan dan Gintaro, mereka tidak bisa melanjutkan mengumpulkan item tanpa dirimu. Kau yang paling kuat Diantara kalian bertiga. Kau sudah tau itukan."
"Biarin saja, sisa item yang kurang nanti aku akan membelinya."
"... Tunggu Violet, kau tau harga barang itu sang—" ucap Ethan yang kemudian dia berhenti setelah Violet menatapnya dengan aura membunuh.
Gintaro memegang pundak Ethan lalu menggelengkan kepalanya. " ...." jangan ikut campur, mungkin itu yang dikatakan oleh Gintaro.
Karena Mengetahui sifat asli Violet di dunia nyata, mereka pun berhenti berbicara dan menoleh. Mulai berjalan dan menjauhi Rein dan Violet agar mereka bisa mengobrol berdua saja.
Setelah Rein dan Violet ditinggal berduaan, pembicaraan mereka mulai lebih tenang saat ini.
"Nee Rein, bukankah sudah saatnya kau menjawabnya. Sudah 6 bulan berlalu sejak itu."
"..." Rein tau maksud dari pertanyaan Darj Violet. Hanya bisa terdiam saat ini tidak dapat membalasnya.
Seperti yang dikatakan sebelumnya bahwa Vio atau Mio pernah mengungkapkan perasaannya pada Rein didunia nyata secara langsung.
6 bulan yang lalu setelah Rein pulang dari sebuah perlombaan karena menelan kekalahan, Violet menemuinya di sebuah lorong dan mencoba menyemangatinya. Dan disana pula violet mengungkapkan perasaannya pada Rein setelah sekian lama sudah saling mengenal.
Namun Rein yang kala itu masih bingung hanya mengatakan " Terima kasih Mio " dan meninggalkannya.
Violet tidak mengejarnya dan lebih memilih menunggunya, namun untuk beberapa alasan yang tidak ketahui Rein di dunia nyata maupun di dalam game mulai menjauhinya. Saat bertemu dia memilih melarikan diri dari Violet.
"Kau selalu melarikan diri saat bertemu denganku. Apa kai membenciku?"
"... A-aku tidak membencimu Violet."
"Lalu kenapa kau melarikan diri dariku?" Tanya Violet dengan mendekatkan wajahnya pada Rein. Begitu dekat, Violet menatap Rein dengan sangat serius.
Namun Rein tidak mampu melihat mata Violet dan memalingkan wajahnya.
"Aku tidak akan membiarkanmu pergi kali ini." Violet mulai bergerak mangambil tangan kiri Rein dan melintirkannya ke belakang punggung. Mengunci tangan kiri Rein kemudian Vio menodongkan senjata miliknya tepat di belakang kepalanya.
"... Vi-violet apa yang kau lakukan?"
"Jika tidak menjawab, aku akan mengakhiri perjalananmu disini. Jika aku menembakmu sekarang, kau akan kembali ke sindria." Ancam Violet.
Gawat jika dia menembakku, semua akan selesai.itulah yang dipikirkan Rein saat ini.
"Kau terlalu berlebihan. Lepaskan aku sekarang juga!!" Ucap Rein sambil berpikir. Mencari pertolongan dari Ethan dan Gintaro pun percuma karena mereka cukup takut dengan Violet. Mereka hanya berani mengintip dari kejauhan saat ini.
Bukannya Rein tidak bisa melarikan diri dari posisi sekarang, namun dia harus memikirkan ulang akibatnya nanti jika dia memberontak dan kabur dari Violet.
"... aku tidak akan melepaskanmu. Kau hanya perlu menjawab Ya atau tidak saja. Itu mudah kan?"
"Mudah katamu." Tapi bagaimana jika aku menjawab tidak, apa yang akan terjadi.
Ada 2 kemungkinan, Violet akan marah dan mulai melontarkan amarahnya dengan menembakku. Atau dia akan membenciku selamanya.
Mencari jalan lain, itulah yang harus aku lakukan saat ini. "... Baiklah aku menyerah."
"Eh benarkah."
"Kalau begitu lepaskan tanganku Violet."
"... ah maaf-maaf." Mulai memasukan senjatanya kembali pada sarung di pinggangnya. "... jadi apa jawabanmu Rein?" Mulai menunggu.
Rein mulai membalikkan badannya dan menatap Violet yang terlihat mulai menunggu jawaban darinya dengan harap-harap cemas.
Melihat ekspresi violet membuat Rein sangat sulit menjawab tidak saat ini.
"Tgl 25 Agustus nanti apa kamu tidak ada acara?"
"Eh?" Terkejut.
"Aku akan menjemputmu di stasion pada tanggal itu, jadi jangan lupa." Ucap Rein sambil berjalan meninggalkan Violet yang masih terdiam membeku.
Violet terkejut karena ini adalah kali pertama Rein mengajaknya untuk bertemu satu sama lain. Karena Rein begitu tertutup, beberapa kali Violet sering datang ke Tokyo dan menemui Rein di sekolah. Klub kendo sendiri mempunyai jadwal latihan setiap akhir pekan pagi sampai siang hari. Violet yang mengetahui itu selalu datang ke sekolah Rein setiap akhir pekan. Melihat dan menunggunya selesai latihan sebelumnya akhirnya mengajaknya untuk berjalan-jalan.
Tapi kali ini dia sendiri yang mengajaknya untuk bertemu, membuat janji untuk bertemu.
Tgl 25 Agustus kalau tidak salah ada sebuah festival di Tokyo.
"... Kencan?"
"Ah ayolah cepat Violet atau aku akan meninggalkanmu."
Rasa senang yang menyelimuti perasaan Violet begitu bergejolak saat ini, dia tidak bisa menahan rasa senangnya. Senyuman terpancar dari wajahnya.
Begitu juga dengan Rein yang sangat malu memperlihatkan wajahnya saat ini, dan menghindari bertatap Muka dengan Violet.
Tapi dengan begini, Rein bisa melanjutkan tujuannya.
Bag 2.
"Rein, selamat." Tiba-tiba Ethan berbicara.
Begitu juga dengan Gintaro yang memberikan jempolnya padaku.
"... apa maksud kalian berdua?" Tanya Rein yang kebingungan.
"Bukankah sudah jelas kalian sudah meresmikannya kan. Melihat Tingkah Violet disana, bukankah sudah kelihatan jelas bahwa dia dalam keadaan yg sangat senang sekali. Akhirnya dia tidak akan melimpahkan kekesalannya padaku lagi." Ucap Ethan. "... aku bangga padamu Rein, terima kasih banyak." Ethan pun memberikan jempolnya pada Rein.
"Apa kau ayahnya. Lagian aku tidak meresmikan apa-apa?"
"Eh apa maksudmu, terus apa yang kalian bicarakan berdua tadi?" Tanya Ethan.
"...." Rein memalingkan wajahnya dan mencoba mengelak membicarakan itu.
"Wajahmu memerah Rein." Cetus Gintaro.
"Berisik."
"Yang penting kau sudah membuat suasana hati Violet dalam kondisi bagus."
Sejak pembicaraan sebelumnya, Violet terus berada di garis depan dan mengalahkan para monster yang mendatangi mereka berempat. Terlihat jelas perbedaannya saat ini, dia begitu bersemangat, ceria, dan terus menebar senyuman pada Rein.
Hanya dengan alasan seperti itu membuat Violet begitu senang.
Tingkah Violet itu membuat Rein begitu malu saat ini. Dia tidak bisa focus dalam melanjutkan tujuannya. Mencoba mengalihkan pembicaraannya, Rein mulai berbicara kembali. "... Ethan bagaimana dengan Item yang kalian kumpulkan saat ini?"
"Meskipun item drop disini dikatakan lebih mudah keluar, tapi tetap saja mendapatkan Ruby atau Diamond sangatlah sulit. Moloch skin sendiri hampir selesai. Namun Ruby, diamond masing-masing baru mendapatkan 1."
"Kita sudah berada disini selama 2 jam lebih benarkan. Apa sebaiknya kita pindah ke tempat lain, karena Moloch skin sendiri sudah hampir selesai. Mungkin dengan melawan monster tipe lain, persentase mendapatkannya lebih besar lagi." Ucap Gintaro memberi ide.
"Aku juga berpikiran begitu. Bahkan kita belum mendapatkan oriental SR Scroll sejauh ini." Jawab Ethan sambil berpikir. "... mungkin saja Oriental SR Scroll tidak akn keluar dari Moloch."
"Tidak mungkin, beberapa hari lalu pelangganku yang menggunakannya di tempatku, dia mengatakan Oriental SR scroll di dapatkannya saat melawan Moloch."
Oriental SR Scroll sendiri adalah item tambahan untuk membuat senjata tipe Super Rare. Ada 4 tingkatan tipe senjata di LLO yaitu Normal, Rare, Super Rare, dan Ultra Rare yang merupakan senjata paling kuat dan langka di game ini. Salah satu senjata ultra Rare yang sudah di ketahui adalah milik XiaoLynn " Ancient sword of Typareth", lalu milik Lucius " Sword of God ", dan banyak lagi.
"Memang sangat sulit untuk mendapatkan barang langka seperti itu." Ucap Gintaro.
Saat Rein, Ethan, dan Gintaro sedang berbincang. Tiba-tiba Violet dengan suara cukup tinggi memanggil mereka bertiga yang berada di belakang. "... Hei Kemarilah."
"Ada apa?"
Mendengar itu Rein, Ethan, dan Gintaro bergegas berlari menghampiri Violet yang cukup jauh di depan. Lorong yang mereka lewati terlihat mulai membesar. Hampir 4 kali lebih besar dari sebelumnya dan di ujung lorong dimana Violet berada terlihat cahaya yang cukup terang di depan sana.
Setelah melewatinya, mereka seperti mulai berpindah tempat kali ini.
"Tempat apa ini."
"Apa kita benar-benar berada di pulau langit. Tapi kenapa semakin lama kita seperti masuk lebih dalam ke dasar bumi." keluh Ethan.
Di depan mereka, jalanan kini berbentuk menyerupai jembatan tanah yang saling menyambung. Sementara itu di sisi kanan kiri merupakan kurang yang sangat dalam. Ada beberapa air terjun Lava yang keluar dari dinding gua besar ini yang mengalir dan jatuh ke dalam jurang di bawah jembatan-jembatan tanah ini. Seperti sebuah sungai Lava terlihat sangat jelas berada di bawah mereka yang siap memlahap apapun yang jatuh kedalamnya.
"Akhirnya kita keluar juga dari terowongan itu." Ucap Rein sambil memperbaharui denah map manual miliknya.
Sambil berjalan, ada beberapa mulut gua juga yang terlihat di beberapa sisi sudut gua yang merupakan rute lain ke tempat ini.
Ada banyak sekali rute lain untuk memasuki area ini.
Saat menyeberangi beberapa jembatan dan bergerak lebih jauh, mereka melihat banyak sekali Party yang berada di tempat ini.
D setiap ujung jembatan ada sebuah area yang berbentuk sepeti sebuah payung datar yang saling di hubungkan oleh jembatan-jembatan ini. Di setiap area itu sepertinya adalah tempat para monster berkumpul.
Namun dari beberapa area berbentuk payung datar ini, sepertinya Party lain yang sudah lebih dahulu memasuki area ini telah meng claim nya sebagai tempat bertarung mereka.
Rein sudah bertanya pada mereka bahwa seluruh area berbentuk payung datar ini sudah terisi oleh banyak Party. Respawn monster yang sangat cepat membuat para player enggan meninggalkan tempat ini, dan saling claim area sudah menjadi hal lumrah sejak Dungeon ini terbuka. Seluruh jenis monster yang sebelumnya keluar pun saling bergantian muncul di area ini, karena itulah mengumpulkan drop item di tempat ini sangatlah mudah bagi kelompok Yang lengkap. Tanpa perlu berjalan lebih jauh, diam di tempat ini pun menjadi keuntungan yang sangat besar bagi mereka.
Party yang mereka tanya sekarang pun harus menunggu selama 6 jam untuk mendapatkan giliran tempat di Dungeon ini.
Waktu yang cukup panjang karena mereka harus menunggu persediaan item Penambah HP atau MP seluruh Party menipis.
Untuk Ethan, Violet, dan Gintaro yang memiliki tujuan untuk mengumpulkan Drop Item, tempat ini adalah yang paling cocok untuk mereka. Namun mereka tentu saja Harus menunggu giliran.
Sementara itu berbeda dengan Rein yang mencoba mencari jalan menuju level ke 2.
Tidak lupa Rein pun sempat menanyakan pada Party-Party di tempat ini mengenai Jalan menuju level ke 2, namun tidak ada satupun dari kelompok yang berada di area ini yang bertujuan untuk menyelesaikan event dari Game master Raie atau mencari jalan selanjutnya. Sebagian dari mereka adalah Chaser atau player yang tidak mempunyai Legion. Mencari keuntungan dari Drop item lebih berguna ketimbang menyelesaikan event.
Bukan pilihan yang salah karena mereka pun tau bahwa kemungkinan besar mereka akan bertemu masalah yang sangat besar jika ingin menyelesaikan event ini . Contohnya saja mungkin mereka harus melakukan Raid boss.
Setelah tidak ada hasil sama sekali tentang menuju ke level ke 2 Dungeon ini, Rein mulai melanjutkan perjalanannya kembali menuju ke tempat yang lebih jauh lagi. Namun Rein yang tau akan tujuan Ethan dan yang lainnya mulai berbicara kali ini. Tujuannya adalah untuk meninggalkan mereka bertiga dan melanjutkan penelusuran sendirian.
"Aku akan melanjutkannya sendirian saja, maafkan aku."
"Aku sudah bilang, jika kau Solo aku akan mengikutimu." Ucap Violet.
"... Tapi—"
"Sudahlah Rein kau tidak perlu sungkan pada kami. Lagian Pacarmu tidak akan mengizinkannya. Kami akan menemanimu sampai tujuan mu selesai." Ucap Gintaro. "...Benarkan Ethan."
"Seperti yang pacarmu bilang, sebagian item kita bisa membelinya. Jadi Kau tidak perlu sungkan."
"Dengarkan Violet bukan pac—"
Melihat Violet yang mukanya begitu merah dan tersipu malu, Rein mulai berhenti bicara. Mengalah dan mengikuti apa yang mereka katakan.
"... Huh baiklah, aku terima kebaikan kalian. Tapi maaf jika terlalu lama."
"Aku akan mengikutimu sampai selesai."
"Apa kalian tidak punya urusan di dunia nyata apa."
Tiba-tiba saat mereka mulai mengobrol, seorang player mendekati mereka berempat.
"Permisi!!" Ucap player tersebut.
Jika di lihat dari perlengkapannya, dia adalah seorang dari job bade Warior karena dia membawa sebuah pedang besar di punggungnya.
Tapi ada yang aneh?
Itulah yang di pikirkan oleh Rein.
"Ya Ada apa?" Jawa Ethan.
"Aku dengar kalian mencari jalan menuju Level ke 2 area ini. Aku mendengarnya dari beberapa player di area belakang tadi bahwa ada kelompok berjumlah empat orang sedang mencari informasi menuju level ke 2 Dungeon ini. Karena itulah aku mencari kalian kesini.
"Apakah kau salah satu player dari kelompok yang berada di area jurang disana?" Tanya Rein.
"Tidak-tidak, aku bukan dari kelompok mereka. Aku beberapa saat lalu sedang melakukan Solo leveling di area ini, dan kebetulan masuk area jurang di belakang tadi."
"Solo player kah, kau pasti sangat kuat?" Tanya Ethan.
"Aku baru level 105. Karena EXP yang di dapat di Dungeon ini sangat cepat, aku melakukan Solo leveling."
Jika player tersebut level 105, itu artinya dia belum mampu masuk ke 3rd Class. Dilihat dari perlengkapan yang dia pakai yang bukan termasuk item-item yang sangat kuat. Yang di pakainya adalah item standar, tidak kuat maupun tidak lemah.
"Jadi?"
"Aku punya informasi. Sebuah jalan menuju level ke 2 ?"
"Bernarkah?" Ucap Ethan terkejut.
"Ya aku menemukan gerbang besar beberapa saat lalu. Aku masih ingat jalannya, tapi aku tidak akan memberikan informasi itu secara gratis."
"Tentu saja aku sudah menduganya."
"Harga Alcanesz Keys sendiri sudah sangat mahal di pasaran. Aku hanya mempunyai satu Alcanesz Keys saja dan sudah menggunakannya. Itu artinya aku tidak akan bisa kembali ke Dungeon ini jika kembali ke sindria. Karena itulah aku ingin membuat sebuah penawaran untuk kalian, jika bersedia aku akan mengantar kalian ke gerbang besar tersebut bagaimana?"
"Apa itu?" Tanya Rein.
"Tunggu Rein. Hei, apa kau benar-benar tidak berbohong kan?" Tanya Violet yang mulai curiga dengan player tersebut.
"Itu terserah kalian mau percaya atau tidak. Aku pun tidak tau apakah gerbang itu adalah jalan menuju level kedua atau bukan karena aku tidak berani membukannya. Yang pasti aku masih ingat jalan menuju kesana. Bagaimana apa kalian tertarik untuk menuju kesana?"
Dia mempunyai skill berdagang dengan baik.
Meskipun dia sudah mendapatkan keuntungan dengan memberikan informasi ini pada Rein, ada kemungkinan juga dia akan membocorkan informasi ini pada orang-orang yang juga ingin menuju level ke 2.
Dia mempunyai keuntungan yang besar disini, informasi yang sangat berharga yang dapat di jual dengan sangat mahal. Dia sangat beruntung, mungkin saja Legion seperti Ariandale akan membayar mahal untuk informasi ini karena ketua Legion tersebut terobsesi untuk mengalahkan Raie dan mengambil kembali wilayah miliknya.
"Apa saja yang kau inginkan, ehhh siapa namamu?" Tanya Rein.
"Kau bisa Memanggilku Ragna."
"Ok Ragna, aku akan membeli informasi itu. Apa yang kau inginkan."
"Ada 2 yang ku inginkan untuk informasi ini. Yang pertama adalah Potion HP dan AP, aku ingin pake full untuk item tersebut. Karena aku ingin melanjutkan Solo leveling, aku perlu item tersebut karena punyaku sudah habis."
"Itu artinya 300 buah untuk setiap item ya benarkan?... itu bukan hal yang sulit. Lalu yang kedua?" Tanya Ethan.
"Tentu saja uang. Aku membandrol informasi ini dengan harga setengah harga dari Alcanesz key."
"125 juta galant?... kau pasti bercanda." Teriak Violet sedikit marah.
"Aku perlu uang itu untuk memperbaiki senjata dan armor milikku. Jadi harga segitu aku yakin cukup terjangkau."
"Kau pasti akan menjual informasi ini kepada player lainnya nanti kan?... Kau begitu licik."
"Aku juga mengeluarkan banyak uang untuk sekali pergi kesini. Jadi mengambil keuntungan tidak ada salahnya benarkan?... lagian kalian juga bisa menjual informasi ini pada player lainnya."
"Apa kau bilang." Violet terlihat marah.
"Hentikan Violet." Gintaro mencoba menenangkan Violet.
"Bagaimana menurutmu Rein?" Tanya Ethan.
"Baiklah, aku setuju."
"Ehhh Rein apa kau serius?... Bagaimana jika dia berbohong?" Tanya Violet.
"Aku akan membayarnya ketika kita sudah sampai disana."
"Tidak ada jaminan kalian akan kabur, jadi aku ingin setengah dari keinginanku di bayar terlebih dahulu. Bagaimana?"
"Hmmm baiklah kita akan melakukan transaksi sekarang."
Membuka menu controller, Rein mulai mengajak orang di depannya untuk melakukan transaksi. Memasukan seluruh Item potion miliknya dan membayar 67.5 juta Gallant, akhirnya mereka berhasil melakukan transaksi.
"Maaf Ethan, aku pinjam item posion milikmu nanti." Ucap Rein setelah melakukan transaksi.
"Baiklah."
"Kalau begitu aku akan mengantar kalian, ikuti aku." ucap Ragna setelah menerima setengah bayarannya.
Mereka berempat pun akhirnya mengikuti Ragna menuju Gerbang besar yang di bicarakannya.
Memerlukan waktu sekitar 30 menit, akhirnya mereka berada di sebuah lorong yang besar setelah menuruni sebuah tangga. Lorong tersebut berbeda dengan lorong-lorong sebelumnya yang ukurannya lebih kecil. Lorong tersebut begitu besar serta memiliki pilar-pilar yang berjajar di sisi kanan dan kiri area tersebut.
Selain itu ada sebuah obor menyala berjajar di jalan lurus yang mereka sedang lewati saat ini. Tidak ada jalan lain lagi disini, hanya jalan satu arah menuju sebuah gerbang besar yang menunggu mereka di ujung jalan tersebut.
Dia tidak berbohong dan akhirnya membawa Rein dan lainnya ke sebuah gerbang besar di Dungeon ini.
Tidak salah lagi, pintu ini adalah ujung dari Dungeon Level 3. Bisa dikatakan ini ada pola yang sama di Dungeon-dungeon lainnya. Jika benar maka dibalik pintu ini adalah area Raid Boss.
Ada NPC jubah hitam yang menunggu mereka tepat di depan gerbang besar yang berada di depan mereka, NPC yang sama seperti yang berada di Sindria.
"Kita sudah sampai. Kalau begitu aku meminta sisa bayarannya."
"Sepetinya kau tidak berbohong." Menilai transaksi kembali akhirnya Rein membayar sisanya langsung kepada Ragna.
"Senang berbisnis dengan kalian. Kalau begitu aku pergi dari sini, sampai jumpa." Dengan berlari tergesa-gesa, Ragna meninggalkan tempat ini dengan cepat. Ke arah tangga yang sempat mereka lewati sebelumnya.
"Jadi apa yang akan kita lakukan sekarang Rein, kau sudah tau kan apa yang berada di balik pintu ini. Apa kita akan masuk?" Ucap Ethan.
"Meskipun kau sangat kuat, kita berempat tidak akan bisa melakukan Raid boss sekarang."
"Apa yang dikatakan Violet benar. Di event ini monster-monster yang keluar sangatlah kuat-kuat. Seperti The Gate Guardian yang levelnya mencapai 200. Aku yakin monster sekuat itu ada di balik pintu ini. Kita pasti kalah." Gintaro memberikan pendapatnya.
"Memang benar. Karena tujuan utamaku sudah tercapai, maka tujuan selanjutnya adalah memasuki area ini. Mengetahui kekuatan Monster didalam berguna untuk membuat strategi nantinya."
"Aku sudah menduganya. Apa kau benar-benar berniat menyelesaikan event ini?" Tanya Ethan.
"Sepertinya aku belum mengatakan tujuan utamaku pada kalian. Bukan tujuanku, tapi tujuan utama Legion Ludnica."
"Tujuan utama Legion Ludnica."
"Benar, tujuan utama kami adalah Menghancurkan kelompok Evilstain."
Mendengar apa yang dikatakan oleh Rein membuat mereka begitu terkejut.
"Evilstain katamu?"
"Benarkan?"
"Kau pasti bercanda kan Rein?"
"Ketua Legion kami menerima bantuan dari seseorang yang tidak terduga. Karena itulah aku terpaksa untuk membantu saat ini karena aku sudah menjadi bagian dari Legion ini."
"Tapi menghancurkan kelompok Evilstain, bagaimana caranya?" Tanya Gintaro.
"Aku harus menuju ke ujung Dungeon Ke 2 lalu menunggu kelompok Evilstain dan menghancurkan mereka di sana. Tujuan mereka adalah mendirikan Legion Evilstain dengan mengalahkan Raie. Dengan wilayah yang sangat banyak yang akan di dapatkan setelah menyelesaikan event ini maka mendirikan Legion tidak akan sulit."
"Apa benarkah tujuan utama kelompok itu untuk mendirikan Legion?"
"Ya itu yang dikatakan mantan ketua kelompok tersebut pada kami?"
"Mantan ketua kelompok Evilstain?"
"Ya dia yang meminta pertolongan pada Legion kami untuk menghancurkan Evilstain."
"Benarkah itu Rein?"
"Ya."
"Aku memang bukan pemain lama, tapi akun pernah dengar kelompok itu sangat lah kejam dimasa lalu."
"Kalau begitu ayo kita masuk?" Ajak Violet. "... Jangan terlalu banyak berdiam diri. Kita belum tau apa yang berada di balik pintu ini kan?"
"Benar juga, kita tidak perlu buang-buang waktu. Yang terpenting sekarang adalah engetahui apa yang ada di balik gerbang ini." Ucap Ethan yang terlihat sudah bersiap bertarung, begitu pun Gintaro dan Violet.
Melihat itu Rein pun tidak punya pilihan lain selain berterima kasih pada mereka. Meskipun dia tidak ingin mereka bertiga ikut masuk, tetapi mereka sangat sulit di hentikan.
Rein mulai mendekati NPC pria berjubah hitam dan menekan sebuah Icon di depannya untuk berkomunikasi. Sesaat itu, ada sebuah hologram yang bertuliskan sebuah pertanyaan di depan Rein dengan 2 kotak jawaban.
" Do You want open this Gate?"
Rein menekan 1 kotak bertuliskan << Yes >> di tubuh NPC itu.
2 buah obor yang berada di samping kanan dan kiri pintu itu mulai berkobar besar, jika sebelumnya api obor tersebut berwarna merah. Kini api tersebut berubah menjadi berwarna biru, hijau, dan kemudian hitam. NPC itu menghilang dan sesaat kemudian suara pintu mulai terdengar bergemuruh. Perlahan-lahan pintu gerbang besar itu mulai terbuka.
Sebuah sosok besar terdengar mulai berjalan di balik pintu gerbang itu, sosok besar yang sangat menyeramkan bahkan membuat mereka berempat terkejut.
Sebuah kotak hologram muncul di atas tubuh monster itu dengan 8 bar HP. Kotak paling atas bertuliskan << lvl 200. Ifrit >>.
Seperti yang di duga bahwa monster berbentuk seperti kadal kepala seperti srigala dengan 2 tanduk bagian atasnya. Tubuhnya di selimuti oleh api yang berkobar sangat panas. Bahkan ketika bernafas pun, api keluar dari sela-sela taringnya keluar. Api pun berkobar di jalan yang di tapakinya.
Boss Monster Ifrit memang sudah ada dalam sebuah quest di LLO, namun hanya mencapai level 120. Namun boss monster Ifrit yang berada di hadapan mereka berempat memiliki bentuk yang berbeda. Ifrit berlevel 200 ini bagaikan sudah berevolusi.
Untuk kedua kalinya boss Monster level 200 menjadi boss monster berikutnya dalam event ini.
Melihat ini Rein pun berpikir bahwa dengan hanya berempat tidak akan bisa mengalahkannya.
Bagian 3.
Ludnica, 08:24 PM.
Sejam setelah Rein mulai memasuki, Kagura mulai melalukan Log in kembali. Seperti yang dikatakan sebelumnya dalam pembicaraan bersama LunaClaire dan lainnya, bahwa dia akan melakukan Log in 3 hari mendatang.
"Selamat malam Kagura." Sebuah ucapan selamat datang menyambut kedatangan Kagura, dia adalah Cecilia dan Alice yang sedang duduk dan berbincang disana sejak tadi. Hanya ada mereka berdua saja sejak tadi disini.
"Selamat malam."
"Kami sudah menunggumu, LunaClaire belum bisa log in karena sedang bersama dengan keluarganya sekarang. Katanya mereka makan malam di sebuah restoran. Karena itulah dia meminta kami Menemuimu karena kau sudah berjanji akan log in hari ini sebelumnya" ucap Cecilia.
"Mungkin sebentar lagi LunaClaire akan segera Login jadi kau bisa menunggunya bersama kami." Alice mendekati Kagura dan membawanya untuk duduk bersama.
"Sebenarnya aku tidak akan terlalu lama log in, ada keperluan penting yang harus aku datangi juga setelah ini. Aku hanya ingin memberitahu kalian tentang nomor telepon ku saja kali ini."
"Nomor telepon?"
"Ya aku akan menitipkan nomor telepon asli ku pada kalian saja. Dan jika persiapan penyerangan sudah selesai aku ingin kalian menghubungiku di dunia nyata."
"Baiklah kalau begitu aku akan menerimanya." Jawab Cecilia.
"Kenapa waktu bermain mu sangat sedikit Kagura, ini sudah malam dan besok hari minggu?" Tanya Alice.
"Sebenarnya aku sedang melakukan Dive di dalam mobil saat ini. Aku sedang menuju sebuah meeting penting saat ini, mungkin 10 menit lagi aku akan sampai di tempat tersebut. Karena Pekerjaanku, aku tidak punya banyak waktu."
"Lalu bagaimana dengan sebelumnya?" Tanya Alice kembali.
"Waktu itu aku mempunyai cukup banyak waktu karena sedang berada di dalam pesawat jet milikku saat kembali dari China. Karena itulah aku punya sedikit waktu."
"Pesawat jet?" Cecilia terkejut.
"Eh Kagura, jika boleh tau apa pekerjaanmu."
"Aku adalah CEO dari perusahaan kosmetik ***** dan pemilik hotel *****."
Mendengar itu Cecilia dan Kagura begitu sangat terkejut. Kedua nama kosmetik dan hotel yang di sebutkan oleh Kagura itu sangat lah terkenal. Bisa dikatakan Kagura sangatlah kaya raya, bahkan dia punya sebuah jet pribadi.
"Jika kalian mau, aku bisa membuat sebuah Sechedule untuk makan malam bersama seluruh anggota Ludnica Legion di hotel milikku."
"Eh tidak tidak usah, kau pasti sangat sibuk."
"Kami tidak ingin mengganggu pekerjaanmu."
"Aku memang sibuk, tapi aku bisa membuat sebuah schedule untuk makan malam bersama Dengan kalian semua. Sebenarnya untuk berterima kasih aku ingin mengajak kalian makam malam. Jadi kalian boleh mengirimkan pesan padaku tgl berapa kalian memiliki waktu kosong, aku akan mengosongkan restoran di hotel milikku pada hari itu."
"Eehhh."
Mendengar itu Cecilia dan Alice kini sangat kebingungan dan tidak bisa menjawabnya. Mereka berdua tau bahwa hotel milik Kagura adalah hotel bintang 5 dan terbilang sangat mewah di Tokyo. Mereka tidak pernah bermimpi sekalipun untuk memasukinya karena tentu harganya yang sangat mahal dan selalu menjadi primadona orang orang kalangan atas yang berkunjung ke negara Jepang terutama Tokyo.
Namun kali ini mereka berada di depan pemilik hotel tersebut, tentu saja itu tidak di sangka-sangka oleh mereka. Terutama ajakan dari Kagura yang begitu mewah membuat mereka cukup senang dan juga sangat kebingungan untuk menjawabnya.
Saat mereka berdua kesulitan mencari cara untuk menjawab ajakan itu, dari sudut ruangan terlihat sebuah cahaya muncul, cahaya yang berkumpul di satu titik yang menandakan seseorang sedang log in. Dari cahaya tersebut mun ulah sosok LunaCalire.
"Selamat ma—-, uahhhh."
Cecilia dan Alice berlari mendekati LunaClaire dan mengajaknya ke surut ruangan ini.
"Gawat-gawat."
"Bagaimana ini?"
"Apa yang kalian lakukan, aku ingin menyapa Kagura."
"LunaClaire ini gawat?"
"Kau tidak pasti akan terkejut mendengar ini."
Beberapa menit setelah Alice dan Cecilia berbicara dengan LunaClaire, mereka kembali duduk bersama saat ini dengan wajah LunaClaire yang bersinar-sinar.
"Tanggal 25 Agustus, aku kosong pada hari itu. Bagaimana dengan kalian berdua Alice, Cecilia?" Ucap LunaCalire yang terlihat sangat bersemangat kali ini.
"..."
"..."
Meskipun Alice dan Cecilia mencoba untuk menghentikan LunaClaire untuk tidak usah menerima permintaan makan malam dari Kagura. Namun setelah mendengar bahwa Kagura adalah pemilik Hotel *****, dia kemudian langsung berlari menghampiri Kagura dengan sangat senang.
"Saat masih kecil, aku ingin sekali menginap di hotel milikmu Kagura. Terutama restoran yang berada di lantai paling atas adalah Spot terbaik untuk melihat kembang api pada festival nanti."
"Ya festival, apa kalian berdua sibuk hari itu?" Tanya LunaClaire pada Alice dan Cecilia.
"Aku belum ada acara."
"Aku juga."
"Kalau begitu?" Menatap.
Melihat LunaClaire yang begitu semangat, mereka berdua pun tidak bisa menolaknya. Tapi bagaimana cara untuk menghentikannya saat melihat dia begitu antusias saat ini.
"...Tapi bagaimana dengan tamu lainnya, kita akan merepotkan mereka." Bisik Alice.
"Jika itu yang kalian cemas kan tidak usah khawatir. Aku tidak akan jadi menutup restorannya, bagaimana kalau aku yang akan menyiapkan sendiri masakan untuk kalian. Kalian bisa tinggal d ruangan pribadiku yang ada di sana. "
"... A-apa ini tidak merepotkanmu nona Kagura?" Tanya Cecilia."
"Aku sudah bilang tidak apa-apa. Aku akan mengatur schedule ku pada hari itu. Jadi kalian harus datang." Terdiam sejenak, Kagura terlihat memainkan tangannya. Sepertinya hologram pemberitahuan muncul di depan tubuhnya. ".... Sepertinya aku harus segera kembali. Aku akan menunggu pesan dari kalian. Mohon kerjasama nya." Kagura berdiri dan kemudian mengucapkan salam. ".... Selamat Malam."
Tubuh Kagura di selimuti cahaya putih sebelum akhirnya sosoknya menghilang.
"LunaCalire kenapa kau menerima ajakannya?... kita akan merepotkannya, dia adalah wanita yang sangat sibuk dan orang penting. Kita tidak bisa mengganggu kehidupannya." Ucap Alice.
"..." Cecilia menganggukkan kepalanya karena sependapat dengan Alice.
"Tidak enak jika kita menolak ajakannya kan, dia sudah berusaha menyempatkan waktunya untuk kita. Jadi kita harus menerima kebaikannya."
"Itu benar sih tapi?"
"Bagaimana dengan pakaian kita, aku tidak punya pakaian bagus untuk menemui orang seperti dirinya."Ucap Alice.
"Ah."
"Di tempat semewah itu, apa yang perlu kita pakai?" Tanya Alice kebingungan.
"Aku juga tidak punya pakaian yang cocok untuk ke tempat seperti itu." Begitu juga dengan Cecilia.
"Hei LunaClaire kau yang blasteran francis pasti punya pakaian bagus kan. Tolong pinjamkan kami berdua."
"Aku juga tidak punya pakaian khusus." Ucap LunaCalire.
"Uahhh tamat riwayat kita."
"Bagaimana ini."
Alice dan Cecilia terlihat kebingungan.
"Karena hari itu ada festival bagaimana kalau kita memakai kimono saja. Area hotelnya dekat dengan parade nya kan, memakai kimono sepertinya tidak akan terlalu mencolok."
".... Aku pikir itu ide yang baik. Aku punya kimono di rumahku, sepertinya aku harus pulang dulu untuk mengambilnya."
"Aku tidak mau memakai kimono. Orang seperti kutidak cocok memakainya." Alice memang sangat tombol di dunia nyata. Bahkan saat pertama kali bertemu pun dia memakai celana pendek dan jaket hitam.
"Apa kau mau berpakaian seperti biasanya?" Tanya Cecilia.
"..." terdiam.
"Kalau begitu bagaimana kalau kita pergi belanja bersama besok. Banyak sekali kan jenis kimono modern sekarang, mungkin saja kita menemukan kimono yang cocok nanti. Bagaimana?"
"Tapi bagaimana dengan latihan mu?" Tanya Alice.
"Tidak perlu khawatir, pelatih mengizinkan ku untuk istirahat minggu ini, jadi tidak ada masalah." Karena LumaClaire akan mengikuti kejuaran judo, di liburan musim panas kali ini klub judo mengadakan banyak sekali latihan karena di bulan Desember nanti kejuaran antar SMA akan segera di mulai memperebutkan 1 posisi untuk wilayah Tokyo untuk kejuaraan nasional. "Bagaimana?"
"Kimono terlaku mahal, uang ku tidak akan cukup saat ini."
"....Kau bisa menggunakan uangku dulu Alice."
"Terima kasih, aku akan mencari pekerjaan paruh waktu untuk melunasinya."
"Kalau begitu sudah diputuskan. Kita akan bertemu besok jam 12 siang." Ujar LunaClaire yang terlihat cukup senang.
"Baiklah."
"Ngomong-ngomong Apa kau sudah menentukan job mu Alice. Kau belum menentukannya kan?" Tanya LunaClaire.
Di pertemuan sebelumnya LunaClaire telah memberikan informasi mengenai job Base yang ada di game ini.
Game ini memiliki cukup banyak job Base yang terdiri dari Warior, Knight, Mage, Cleric, Thief, Smith, Hunter, dan Fighter. Setiap job Base memiliki 2 tingkat lanjutan yang dapat di ubah seiring dengan bertambahnya level. Selain job Base pun, ada job istimewa yang akan di berikan kepada para player jika mereka beruntung yang dinamakan special job, salah satunya miliki LunaClaire yang merupakan special job dari Fighter.
Karena jumlah job Base cukup banyak membuat Alice sulit untuk memilih salah satu sampai sekarang meskipun dia sudah mencapai level 12 saat ini.
"Belum aku sangat bingung memilihnya."
"Kalau tidak salah kau memilih Sprigan kan di Alfheim Online?"
"Benar."
"Bagaimana jika memilih job berdasarkan kelebihan dari karakter Alfheim milikmu. Kalau tidak salah Character mu memakai pedang kecil serta sihir dengan elemen gelap kan?" Tanya Alice.
"Benar, tapi aku tidak begitu bisa bertarung menggunakan senjata. Karena itulah aku sangat lemah dalam serangan jarak dekat."
"Kalau begitu bagaimana dengan job Base Mage dan Hunter. Mage menggunakan sihir untuk menyerang dari jarak jauh, kalau Hunter sendiri banyak menggunakan skill jarak jauh." Ucap LunaClaire.
"Mage dan Hunter ya?" Alice sedang berpikir kali ini. ".... Dengan penampilanku saat ini, sepertinya menjadi penyihir adalah pilihan yang cocok untukku." Avatar milik Alice sendiri terlihat seperti zombie dan memang terlihat cukup gelap seperti Avatar sebelumnya sprigan yang menggunakan banyak sihir gelap. ".... Tapi, menghafalkan kata kata sihir itu sangatlah sulit. Aku bahkan hanya bisa mengingat kurang dari 5 sihir serangan 15 kata saat berada di Alfheim online."
"Cukup sama dengan Alfheim online, LLO memiliki sistem cukup sama. Tapi LLO untuk mage memiliki fitur original Magic."
"Original Magic?"
"Original Magic adalah sebuah item yang dapat di gunakan oleh player mage untuk mengubah susunan kata rafalan sebuah skill. Item ini hanya bisa digunakan oleh Job Base Mage dan kau bisa mengubah sihir dengan rafalan panjang menjadi lebih pendek. Barang tersebut pun tidak sulit untuk di dapatkan dan banyak sekali player sering menjualnya."
Original Magic Scroll adalah barang yang cukup berguna di LLO dan cukup mahal untuk dijual. Barang ini adalah barang kedua setelah permata yang banyak di penjual belikan oleh para pedang karena harga dan kegunaannya.
Ada 3 jenis Orginal Magic Scroll berdasarkan jumlah rafalan ya yaitu Rare, Superrare, dan Master.
Untuk Rare sendiri di gunakan kepada skill kurang dari 8 suku kata, sementara Superrare digunakan untuk skill kurang dari 12 suku kata, dan yang terakhir adalah master yang dapat digunakan untuk skill di atas 15 suku kata.
Skill yang memiliki suku kata terbanyak yang telah terbuka dan terdaftar di situs resmi LLO adalah 30 suku kata yang di miliki oleh beberapa special job mage.
Mage adalah salah satu job Base yang memiliki banyak sekali special job saat ini, terhitung yang sudah terbongkar saat ini adalah 17 special job untuk mage. Ke 17 special job tersebut memiliki banyak sekali perbedaan terutama pada jenis sihirnya.
Salah satu yang sangat terkenal adalah special job milik Master Legion Majestic yaitu Dark Magician.
Harga Original Magic scroll pun sangat berbeda-beda dan tentu saja type master merupakan yang termahal di kelasnya.
Selain kegunaannya, item tersebut sangat sulit di dapatkan. Bahkan dalam boss Raid sendiri item ini memiliki persentase 0.1% didapatkan. Sementara tidak ada 1 quest mana pun yang menjadikan item type master sebagai hadiah utamanya. Item ini sering menjadi hadiah utama dalam beberapa event yang muncul di game ini. Karena itulah di pasaran harganya dapat mencari angka termahal sebesar 3 milliar per satu item.
Meskipun begitu item semua type item ini memiliki kesamaan yaitu hanya dapat berhasil jika suku kata dalam rafalannya berbeda dengan yang lainnya. Jika proses pembuatan suku kata nya memiliki kesamaan dengan yang sudah terdaftar dan tersimpan di dalam system, maka proses nya akan menemui kegagalan. Meskipun semua orang berbeda, tidak jarang pembuatan rafalan 2 sama pak 3 suku kata menemui kegagalan. Terutama pembuatan rafalan suku kata menggunakan type master yang memiliki harga sangat mahal, jika gagal maka item tersebut akan hancur. Karena itulah para pemilik item master sering membuat rafalan di atas 6 suku kata yang memiliki presentasi Keberhasil 100% saat ini.
"... itu artinya aku bisa membuat rafalan miliku sendiri?"
"Seperti itulah. Selain itu sihir dengan rafalan 10 suku kata ke atas hanya di miliki oleh job tingkat ke tiga, jadi tidak perlu khawatir saat ini."
"Sepetinya sudah diputuskan. Aku akan menjadi mage saja kalau begitu."
"Aku akan membantumu menaikan level Alice."
"Terima kasih."
"Ka harap kau bisa mencapai level 20 lebih cepat agar bisa secara resmi bergabung dengan Legion Ludnica. Tapi aku tidak bisa membantu karena batasan level."
"Jika aku sudah bergabung nanti, kau bisa membantuku juga kan. Tunggulah sebentar lagi LunaClaire."
"... Kalau begitu apakah kita berangkat sekarang. Aku akan membantumu mengubah job Base ke mage."
"Mohon bantuannya."
Setelah itu mereka bertiga mulai berdiri dari tempat duduknya dan menuju ke altar untuk melakukan teleportasi. Altar teleportasi tidak jauh dari bangunan markas Legion Ludnica 300 meter ke barat.
Untuk mengubah job Base ke mage sendiri, harus menyelesaikan beberapa quest di kota Mysidia. Kota Mysidia sendiri adalah salah satu kota netral yang ada di LLO selain sindria.
Sesaat berada di depan altar teleportasi, mereka bertiga melihat cahaya mulai bersinar disana yang pertanda seseorang akan muncul. Sosok yang muncul di sana adalah Rein.
"Oy Rein." Ucap LunaClaire saat mereka saling bertemu.
"Kalian bertiga apa yang sedang kalian lakukan disini?" Tanyanya saat mulai mendekati mereka bertiga.
"Kami akan pergi ke Mysidia mengantar Alice memilih job Base."
"Mysidia?"
"Ya sepertinya aku ingin mencoba menjadi Mage." Jawab Alice.
"Ehhh job itu sepertinya cocok dengan penampilan zombie mu Alice."
"Benarkan."
"Tunggu Rein jika kamu sudah kembali kesini apa kau sudah memasuki Alcanesz Island?" Tanya LunaClaire.
"Ya aku sudah pergi kesana 3 jam yang lalu."
"Sendirian?"
"Tidak aku membuat Party dengan teman lamaku. Tapi aku kembali setelah mati di level 1. Maaf Alice aku membuang sia-sia Alcanesz Keys yang kau berikan padaku."
"Tidak usah meminta maaf, lagian aku bisa menggunakannya."
"Di level 1 kamu mati, apa monster disana kuat-kuat."
"Kaminberhasil menemukan gerbang menuju level 2, tapi seperti dugaan sebelumnya kita harus melakukan boss Raid. Dengan berempat kami kalah telak."
"Boss Raid, monster apa yang ada disana?"
"Boss monster level 200, Ifrit."
"Level 200, bukankah Ifrit hanya berada di level 120 sebelumnya?"
"Selain bentuk, pola serangannya pun berbeda. Aku hanya bisa bertahan 5 menit saja disana sebelum akhirnya mati."
"Apakah monster itu sekuat dengan monster yang muncul di Sindria?" Tanya Cecilia.
"Bisa jadi. Dua duanya memiliki 8 bar HP sama seperti dengan The Gate Guardian. Aku kira kita tidak bisa menerobosnya dengan jumlah yang sedikit LunaClaire." Dalam rencana yang sudah di rencanakan sebelumnya, hanya Rein, LunaClaire, Alice, dan Kagura saja yang akan ikut dalam misi menghacurkan kelompok Evilstain. XiaoLyn menolak untuk bergabung karena dia ingin ikut campur dalam misi ini dan hanya membantu meminjamkan sebuah pedang pada Kagura.
Saat boss Raid melawan The Gate Guardian pun LunaClaire kesusahan untuk melawannya. Jika tidak ada Layla master Legion Ariandale dan bawahannya, mungkin LunaCalire tidak akan bisa mengalahkan The Gate Guardian.
Begitu juga dengan pendapat Rein mengenai Boss Raid kali oni Ifrit. Berempat saja kemungkinan besar tidak akan bisa mengalahkan boss Raid di level satu Dungeon Alcanesz Island.
"Benarkah?"
"Aku kira hanya ada 1 kemungkinan kita akan berhasil menerobos level 2."
"Apa itu?"
"Kita harus bekerjasama lagi dengan Master Legion Ariandale Layla. Seperti katamu sebelumnya bahwa Layla sangat terobsesi untuk mengembalikan wilayah mereka yang di rebut oleh Raie. Mereka pasti akan mencoba menyelesaikan event ini, karena itulah bekerjasama dengan mereka kembali adalah pilihan terbaik saat ini. Kita tidak tau kapan mereka akan bergerak, karena itulah bergerak bersamaan akan sangat menguntungkan. Evilstain sendiri pasti menunggu momen terakhir dan mengambil keuntungan saat Layla berhasil menerobos ke level terakhir."
"Itu artinya kita harus menemu Layla?"
"Itu adalah bagian tersulitnya. Aku pikir kau yang sudah pernah bertemu dengannya bisa pergi ke Ariandale dan berbicara dengan mereka. Aku tidak bisa menemuinya sendiri karena mereka pasti tidak akan mengizinkan orang asing bertemu dengan master mereka. Berbeda denganmu."
"Kalau begitu, kita harus mendiskusikannya dengan Kagura."
"Ah benar aku lupa. Kagura sempat memberikan nomor teleponnya padaku. Dia mengatakan untuk menghubunginya jika ingin membahas rencana bersamanya." Ucap Cecilia.
"Benarkah?"
"Jadi bagaimana LunaClaire?" Tanya Rein.
"... Kita akan mengikuti caramu Rein, soal strategi kau lebih hebat menyusunnya dari pada aku." Ucap LunaClaire tanpa pikir panjang. ".... Aku akan mencoba menghubungi Kagura untuk meminta persetujuannya."