Adel sudah tidak bisa lagi mengelak apa yang dikatakan oleh kedua orang tuanya. Apalagi Ayahnya, Adel tidak akan bisa berkutik jika sudah berurusan dengan Ayahnya dan lebih memilih untuk diam saja.
Bundanya sudah tidak mau mendengar semua alasan yang dia lontarkan agar rencana pernikahan itu tidak dilaksanakan, tetapi keputusan kedua orang tuanya sudah bulat dan tidak dapat di ganggu gugat.
Adel sendiri saat ini sudah berdiri di dalam butik, tempat Yusuf memesan gaun pernikahan untuk mereka berdua tanpa Yusuf yang menemani Adel. Ya, Adel datang sendirian dengan Risa yang menemani. Bukan calon pengantin pria melainkan sahabatnya yang menemani Adel untuk fitting gaun pengantin.
"Del, sebentar lagi kamu menikah. Pasti kamu lupa denganku setelah menikah nanti," Ucap Risa dengan sendu membuat Adel melihat ke arah Risa dengan tatapan tidak kalah sedihnya.
"Ris, ini hanya status saja buatku. Kamu tetap akan menjadi sahabatku dan aku tetap menjadi orang pertama yang ada di samping kamu kalau kamu ada masalah."
Risa melihat ke arah Adel dengan air mata yang sudah berkumpul dan sebentar lagi siap menetes saat mendengar apa yang dikatakan oleh Adel.
"Kamu janji ya... kalau kamu melupakan aku karena sudah terlalu senang dengan kehidupan rumah tangga kamu, aku akan mendatangi kamu setiap malam dan meneror kamu sampai kamu tidak ingat kalau mempunyai sahabat yang bernama Risa."
Adel mendekat ke arah Risa dan memeluknya dengan sangat erat. Entah kenapa Adel merasakan Risa memendam kesedihan yang sangat dalam saat mengatakan semua tentang Adel dan pernikahan ini.
"Aku janji Ris, apapun yang terjadi nanti, aku akan menjadi orang pertama yang akan ada saat kamu dalam kesulitan."
Risa melepaskan pelukan Adel dan melihat gaun yang sudah melekat di tubuh Adel dari atas sampai bawah, Risa melakukannya berkali - kali membuat Adel mengerutkan keningnya.
"Ada apa? Ada yang aneh dengan baju ini?" Tanya Adel dengan nada khawatir.
"Bukan, hanya saja...," Risa menghentikan ucapannya membuat Adel semakin penasaran dengan apa yang terjadi. "Kamu seperti bidadari dengan pakaian ini."
Adel memukul bahu Risa tidak begitu keras, membuat Risa meringis. Adel merasa kesal dengan Risa yang sudah membuat dia penasaran dan takut. Adel takut kalau gaun yang dipesan Yusuf ini terlihat aneh dimata orang lain karena Adel tidak merasa cocok dengan pakaian ini. Terlalu kuno bagi Adel.
"Kamu merasa tidak sih kalau gaun ini terlalu kuno?" Tanya Adel sambil memperlihatkan gaunnya agar bisa dilihat Risa dengan lebih jelas.
Risa kembali mengamati gaun yang menempel di tubuh Adel dengan teliti, dia sama sekali tidak masa ada yang aneh seperti yang dikatakan oleh Adel mengenai gaun yang dipakai calon pengantin itu.
"Kamu terlihat seperti bidadari, sangat cantik. Bang Yusuf benar - benar memiliki selera yang sangat bagus," Puji Risa dengan wajah berbinar.
Adel berdecak, di tidak menyetujui apa yang dikatakan oleh Risa mengenai gaun yang dia coba ini.
"Benarkan yang tadi saya bilang? Anda terlihat seperti bidadari mengenakan gaun ini, sangat cantik," Ucap pemilik butik yang membantu Adel memakai gaun yang sedang dia coba ini.
"Benar kata Mbaknya, kamu cantik sekali dengan gaun ini. Aku suka," Tambah Risa dengan antusias.
"Suka dari mana? Aku terlihat seperti orang tua dengan gaun ini," Ucap Adel menggerutu.
Risa menggelengkan kepalanya, dia tidak setuju dengan apa yang dikatakan oleh Adel tentang gaun pengantin yang dicoba oleh Adel saat ini.
"Kamu terlihat sangat sempurna dengan gaun ini, aku acungi empat jempol selera calon suami kamu itu."
Adel menggeleng dan merasa kesal, kenapa semua memihak kepada Yusuf padahal apa yang dilakukan oleh Yusuf sudah dinilai jelek oleh Adel? Adel kalah telak dengan Yusuf, kedua orang tua dan sahabatnya sudah tidak ada lagi yang peduli dengan Adel dan semua itu membuat Adel benar - benar kesal.
Ponsel Adel bergetar, nada dering yang biasa terdengar sedang tidak dinyalakan oleh Adel, dengan malas Adel mengambil ponselnya dan nama bunda Anita terpampang jelas di latar ponsel milik Adel.
Adel panik, antara menjawab atau membiarkan panggilan dari calon mertuanya itu, jika Adel tidak menjawabnya nanti Adel dikatakan tidak memiliki sopan santun? Apa yang harus dia lakukan?
"Siapa yang menghubungi kamu?" Tanya Risa sambil mengintip ke arah ponsel Adel.
Adel dengan cepat menyembunyikan ponselnya dari Risa tapi terlambat, Risa sudah mengambil ponsel Adel dan menggeser tombol hijau ke atas, menjawab panggilan yang masuk ke ponsel Adel.
"Assalamualaikum," Ucap Risa setelah menggeser tombol hijau.
Risa mengabaikan Adel yang mengepalkan tangan ke arahnya dengan mata yang melotot, mengancam Risa untuk tidak melanjutkan kelakuannya lagi.
"Waalaikum salam. Maaf, ini benar ponsel milik Adel?" Tanya bunda Yusuf ragu.
"Iya Bunda, Adel sedang memakai gaunnya di dalam. Ada yang bisa Risa bantu, Bun?" Tanya Risa dengan akrab, seperti Risa sudah mengenal akrab dengan wanita yang sedang berbicara dengannya ini.
"Oh... jadi kalian sudah ada di butik? Kalau begitu, sampaikan kepada Adel kalau bunda sebentar lagi sampai. Ini masih di jalan dan terjebak macet," Jelas bunda Yusuf lembut.
Risa merasa seperti mendengar suara seorang bidadari, terdengar lembut di telinganya seperti bunda Adel. "Baik Bunda, nanti akan Risa sampaikan kepada Adel kalau dia sudah keluar."
"Baiklah kalau begitu, terima kasih Risa... Assalamualaikum."
"Waalaikum salam Bunda."
"Siapa yang sedang memakai baju?" Tanya Adel sambil mengambil ponselnya dengan paksa di tangan Risa.
Risa meringis, apa yang dikeluhkan oleh Adel adalah ulahnya. "Habisnya kamu seperti tidak ada niat untuk menjawab panggilan dari bunda bang Yusuf, jadi aku jawab saja daripada bunda dari bang Yusuf kecewa dengan calon menantu kebanggaannya ini."
Adel melongo, apa yang dikatakan oleh Risa tidak berdasar sama sekali. Darimana Risa bisa mengatakan semua penilaiannya itu padahal Adel sudah mau menjawab panggilan wanita lembut itu pada ponselnya.
"Memangnya kamu tahu kalau aku tidak mau menjawab panggilan itu? Dasar sok tahu!" Ucap Adel kesal lalu meninggalkan Risa untuk melepas gaun yang dia pakai saat ini.
Adel benar - benar kesal dengan apa yang dikatakan oleh Risa, tanpa bertanya terlebih dahulu kepadanya Risa mengatakan semuanya dengan seenak jidat.
"Del... mertuamu sudah dalam perjalanan kesini! Itu yang tadi dikatakan oleh bundanya bang Yusuf!" Teriak Risa menyampaikan pesan dari bunda Anita.
"Sudah tahu! Kami sudah menghidupkan speakernya tadi, sampai - sampai seluruh pengunjung butik mendengarnya!" Jawab Adel kesal di balik bilik.
Risa meringis, dia memang sengaja menghidupkan speaker agar Adel bisa mendengar semua yang dikatakan oleh mertuanya karena Risa tahu kalau Adel tidak senang dengan pernikahan ini. Adel merasa terpaksa tanpa Risa tahu alasannya apa.
"Hei... calon manten dilarang cemberut ya ketemu mertua! Harus tersenyum!" Teriak Risa sekali lagi, mencoba membuat Adel bisa merubah ekspresinya yang dari tadi terlihat kesal dan tidak suka.
"BODO'!"