"Itu tergantung pada siapa yang mengoperasi Qiao Chen," jawab Lu Rao, lalu berpura-pura menyebut secara tidak sengaja, "Aku kenal seseorang yang sangat ahli melakukan operasi seperti ini. Jika kau bisa membuat orang ini melakukannya, angka kesembuhan adikmu bisa mencapai 90%. Tapi…"
Angka kesembuhan mencapai 90%? batin Qiao Mianmian. Jantungnya seketika tenggelam dalam harapan singkat dan ia langsung bertanya, "Tapi apa? Presiden, apa kau mengenal dokter di rumah sakit ini?"
"Tidak." Lu Rao menggelengkan kepalanya. "Dia seorang pengusaha yang sudah bertahun-tahun tidak berkecimpung di dunia kedokteran. Karena itulah, aku bilang dia tidak pasti dapat membantu."
Secercah harapan yang baru saja menyala di lubuk hati Qiao Mianmian kembali padam. Ia pun membatin, Sudah tidak berkecimpung di dunia kedokteran selama bertahun-tahun? Apakah dia masih bisa mengoperasi Qiao Chen? Tapi...
Walau Qiao Mianmian hanya memiliki satu persen harapan, ia tidak boleh menyerah. Qiao Chen adalah satu-satunya adik kandungnya yang ia sayang di dunia ini. Tidak peduli metode apa yang orang itu akan gunakan, ia harus berjuang untuk Qiao Chen. Setelah termenung sejenak, ia memandang Lu Rao dengan tatapan memohon. Ia tampak sedikit gelisah dan gugup saat meminta, "Presiden, bisakah kau memberiku kontak pengusaha itu? Aku akan berbicara dengannya."
Mata Lu Rao langsung berkilat-kilat, tetapi wajahnya tampak malu. Setelah beberapa detik hening, ia mengangguk dan berkata, "Baiklah, aku akan memberi nomor telepon dan alamat pengusaha itu. Tetapi, saat bertemu dengannya, jangan memberi tahu orang itu bahwa aku yang memintamu mencarinya."
Wajah Qiao Mianmian menunjukkan kegembiraan. "Terima kasih, Presiden!"
———
Qiao Mianmian memandang menara yang menjulang ke langit. Kini, ia berdiri di luar pintu kaca yang berputar di depan Perusahaan Mo. Ia mendadak tidak berani. Namun, saat teringat akan Qiao Chen, ia kembali memberanikan diri. Ia pun menarik napas panjang dan segera melangkah masuk.
Ada dua karyawan wanita yang cantik dengan perawakan menarik di meja resepsionis. Ketika Qiao Mianmian sampai di sana, salah satu dari mereka mencegatnya. Riasan di wajahnya dan beberapa beberapa perhiasan mewah yang ia kenakan membuatnya terlihat semakin cantik. Dari pandangan pertama, penampilannya terlihat seperti orang kaya. Saat karyawan itu melihat Qiao Mianmian yang sangat cantik, ia pun merasa benci. Ia juga melihat pakaian Qiao Mianmian yang biasa saja dan itu membuatnya merasa semakin sombong.
"Nona, jika Anda mencari seseorang, Anda harus membuat jadwal terlebih dahulu. Siapa yang Anda cari?"
"Saya ingin bertemu dengan Mo Yesi. Apa dia ada di sini?"
Setelah Qiao Mianmian menyebutkan nama yang diberikan oleh Lu Rao dengan ragu-ragu, terdengar dua suara tarikan nafas. Karyawan wanita yang tidak bersikap terlalu baik itu semakin membenci Qiao Mianmian dan menatapnya dengan tajam. "Siapa Anda? Beraninya menyebut nama Tuan Mo. Jika Anda mencari Tuan Mo, Anda harus membuat janji terlebih dahulu. Apakah Anda sudah ada janji dengan Tuan Mo?"
Apakah pria bernama Mo Yesi itu adalah orang paling tinggi dalam perusahaan ini? Qiao Mianmian bergumam dalam hati. Melihat reaksi dari dua karyawan di meja resepsionis, sepertinya Mo Yesi memiliki jabatan yang tidak murahan. Ia pun menjawab dengan jujur, "Belum ada janji."
"Oh." Ketika karyawan wanita itu mendengar bahwa Qiao Mianmian tidak punya janji, ia mencibir dengan acuh tak acuh. "Bukan sembarang orang yang dapat bertemu dengan Tuan Mo. Anda tidak punya janji, tapi masih ingin tetap bertemu dengan Tuan Mo? Akhir-akhir ini, beberapa wanita memang bermuka tebal. Mereka hanya menginginkan kekayaan. Apakah Tuan Mo bisa Anda inginkan sesuka hati?"
Qiao Mianmian mengerutkan kening. Lalu, ia berusaha menjelaskan dengan sabar, "Sepertinya Anda salah paham. Saya tidak—"
Sebelum Qiao Mianmian selesai berbicara, karyawan wanita itu menyela dengan tidak sabar. "Saya tidak tertarik mendengar apa yang Anda bicarakan. Singkatnya, Tuan Mo tidak akan pernah bertemu dengan Anda tanpa janji. Anda bisa pergi."